Sukses

Laris di Tengah Pandemi, Pengembang Gencar Pasarkan Proyek Properti

Dalam kondisi pandemi Covid-19 namun sejak awal tahun hingga September 2022 aktivitas pemasaran properti baik residensial maupun komersial di Bali terbilang masih bergairah.

Liputan6.com, Jakarta Ketenaran Bali sebagai destinasi wisata dunia masih menjadi daya tarik tersendiri bagi aktivitas bisnis property development. Iklim usaha properti diyakini terus meningkat seiring kedatangan wisatawan mancanegara ke Pulau Dewata tersebut yang kian bertambah. 

Meskipun dalam kondisi pandemi Covid-19 namun sejak awal tahun hingga September 2022 aktivitas pemasaran properti baik residensial maupun komersial di Bali terbilang masih bergairah. 

Setidaknya, hal itu dibuktikan oleh pengembang Greenwoods Grop serta Alaya Hotels & Resorts yang sukses memasarkan Damara Village Ubud Alaya Collection tahap pertama sold out 100 persen dalam kurun waktu 9 bulan. 

Karenanya Greenwoods Grop serta Alaya Hotels & Resorts kembali merilis pemasaran tahap kedua sebanyak 34 unit. Hunian bernuansa resort di Kawasan Ubud ini ditawarkan dengan harga mulai dari Rp 3,8 miliar hingga 11 miliar.

CEO Greenwoods Group Okie Imanto mengatakan, pandemi Covid-19 yang sudah menyusut memicu peningkatan jumlah kunjungan pariwisata di Bali. Kondisi ini berdampak langsung terhadap aktivitas berbagai sektor ekonomi termasuk pemasaran hunian. 

“Saat pariwisata lesu akibat pandemi Covid-19, sektor properti di Bali justru menjadi incaran investor dalam dan luar negeri. Ini menegaskan bahwa Bali memang jadi incaran sebagai pilihan tempat untuk second home,” ujarnya, saat launching pemasaran tahap kedua dan peresmian rumah contoh, di Gallery Marketing Damara Village Ubud, Alaya Collection, Kedewataan, Bali, Kamis, (3/11/2022). 

Okie menuturkan, sebagai destinasi wisata internasional, Bali selalu menjadi magnet bagi masyarakat dunia. Ini memacu kebutuhan properti sebagai salah satu pendukung utamanya terus meningkat dari waktu ke waktu. 

“Damara Village Ubud Alaya Collection merupakan jawaban bagi masyarakat Indonesia maupun para ekspatriat dan investor yang ingin memiliki hunian premium di sekitar destinasi wisata internasional sekaligus investasi menjanjikan. Kita tahu untuk segmen pasar ini pasokannya masih terbatas,” imbuh Okie.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Lokasi Premium

Dijelaskan, Damara Village Ubud Alaya Collection terletak di lokasi super premium, hanya 4 menit ke Mandapa Ritz Carlton Ubud, 5 menit ke Four Seasons Ubud, 5 menit ke Ayung River, 10 menit ke Monkey Forest, dan 10 menit ke Pison Ubud. 

Dilengkapi beragam fasilitas yang dapat memanjakan bagi setiap pemiliknya. Salah satunya, Jungle Club by Pison. Di sini, penguhuni bisa menikmati beragam aktivitas seperti kolam renang, gym, yoga park, amphitheatre dan food and beverage (F&B). 

Menurut Okie, Damara Village Ubud Alaya Collection nantinya akan dikelola oleh Alaya Group, operator hotel dan resort bintang 5. Selama ini, Alaya Group telah sukses mengoperasikan sejumlah resort di Bali, seperti Alaya Resort Ubud, Alaya Dedaun Kuta, Dala Spa, Cerita Manisan Restoran, dan Pison Coffee Ubud. 

Damara Village Ubud Alaya Collection akan dibangun di atas lahan seluas 1,3 hektar pada kawasan Kedewatan Ubud yang memiliki panorama indah dan asri. “Kondisi ini memungkinkan bagi penghuni untuk dapat menikmati hidup yang nyaman karena Damara Village Ubud Alaya Collection dikembangkan dengan tema Living by Nature,” terangnya.

Reputasi Greenwoods Group sebagai salah satu pengembang terkemuka tanah air terutama di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabedetabek) serta Bali sudah tidak diragukan. Telah sukess mengembangkan lebih dari 60 proyek perumahan dengan brand Damara, Citaville, dan Bale‘Arsa.

 

3 dari 4 halaman

Kebijakan DP 0 Persen Kredit Kendaraan dan Properti Diperpanjang hingga Desember 2023

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) kembali memperpanjang aturan uang muka alias Down Payment (DP) kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor dan properti menjadi paling sedikit nol persen. Perpanjangan ini berlaku efektif 1 Januari sampai 31 Desember 2023.

"Langkah tersebut dilakukan sebagai lanjutan implementasi kebijakan makroprudensial akomodatif untuk mendorong penyaluran kredit atau pembiayaan perbankan kepada dunia usaha," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dikutip dari Antara, Kamis (20/10/2022).

Kebijakan DP 0 persen diberikan untuk semua jenis kendaraan bermotor baru. Langkah ini untuk mendorong pertumbuhan kredit di sektor otomotif dengan tetap memerhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko.

Sementara untuk properti, BI melanjutkan pelonggaran rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) kredit atau pembiayaan properti menjadi paling tinggi 100 persen untuk semua jenis properti yakni rumah tapak, rumah susun, serta ruko.

Pelonggaran tersebut akan menyebabkan bank yang memenuhi kriteria rasio kredit atau pembiayaan macet atau Non Performing Loan/Non Performing Financing (NPL/NPF) tertentu bisa memberikan uang muka Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menjadi paling sedikit nol persen pula kepada masyarakat.

Melalui kebijakan tersebut, pertumbuhan kredit di sektor properti diharapkan bisa meningkat dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko.

4 dari 4 halaman

OJK: Kredit Bank Tumbuh 10,62 Persen pada Agustus 2022

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan kredit perbankan pada Agustus 2022 tumbuh relatif stabil 10,62 persen secara tahunan, utamanya ditopang oleh kredit jenis modal kerja yang tumbuh sebesar 12,19 persen secara tahunan.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menuturkan, secara bulanan, nominal kredit perbankan naik sebesar Rp 20,13 triliun menjadi Rp 6.179,5 triliun. 

"Kredit perbankan pada Agustus 2022 tumbuh relatif stabil 10,62 persen yoy, utamanya ditopang oleh kredit jenis modal kerja yang tumbuh sebesar 12,19 persen yoy. Adapun, secara mtm, nominal kredit perbankan naik sebesar Rp20,13 triliun menjadi Rp6.179,5 triliun,” kata Dian dalam Rapat Dewan Komisioner OJK pada Senin (3/10/2022). 

Sementara itu, laju pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Agustus 2022 tercatat sebesar 7,77 persen menjadi Rp 7.608 triliun, laju pertumbuhan melambat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,59 persen secara tahunan, yang utamanya didorong perlambatan giro.

“Di tengah tren turunnya likuiditas sebagai dampak pengetatan kebijakan moneter baik melalui kenaikan GWM maupun kenaikan suku bunga, likuiditas industri perbankan pada Agustus 2022 terpantau masih dalam level yang memadai dengan rasio-rasio likuiditas yang terjaga,” kata dia.

Sedangkan, rasio alat likuid/non-core deposit (AL/NCD) dan alat likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing sebesar 118,01 persen (Juli 2022: 124,4 persen) dan 26,52 persen (Juli 2022: 27,92 persen), jauh di atas ambang batas minimum masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.

“Profil risiko perbankan pada Agustus 2022 masih terjaga dengan rasio NPL net perbankan sebesar 0,79 persen (NPL gross: 2,88 persen),” kata Dian.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.