Sukses

Lebih Cepat dan Mudah, Informasi Debitur Sekarang Bisa Diakses Lewat Aplikasi iDebKu

aplikasi iDebKu sangat vital untuk mengakomodasi penyediaan informasi debitur (iDeb) guna melakukan efisiensi pemberian kredit.

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi meluncurkan iDebKu, aplikasi permohonan informasi debitur pada Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK). Acara peluncuran itu dilaksanakan secara online maupun offline (hybrid), Selasa (8/11/2022).

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyampaikan, aplikasi iDebKu sangat vital untuk mengakomodasi penyediaan informasi debitur (iDeb) guna melakukan efisiensi pemberian kredit.

"Ini salah satu terobosan untuk meringankan beban, karena tuntutan teknologi sangat menuntut kita untuk efisien. Oleh karena itu, iDebKu akan membuka akses data informasi pada seluruh perusahaan maupun individu," kata Dian dalam acara peluncuran iDebKu, Selasa (8/11/2022).

Deputi Komisioner Sumber Daya Manusia dan Manajemen Strategis IB Aditya Jayaantara menceritakan, inisiasi penerbitan aplikasi iDebKu awalnya muncul gara-gara pandemi Covid-19, yang mendesak kecepatan melalui sistem digital dalam penyediaan data informasi.

"Sebelumnya, kita dilayaninya publik melalui aplikasi konsumen.ojk.go.id. Cuman memang baik di kantor pusat maupun kantor daerah daftar tunggunya, saya dapat laporan cukup lama, 5 hari," paparnya.

"iDebKu ini kalau SLIK adalah tempat nyimpen datanya, iDebKu untuk kita masuk dalam antrian atau daftar tunggu. Jadi ini cukup penting, supaya lebih terlayani semua masyarakat," ujar dia.

Menurut data yang dihimpun OJK, platform SLIK saat ini sudah dimanfaatkan lebih dari 2.000 pelaku industri jasa keuangan. Rinciannya, 94 bank umum, 33 bank umum syariah/unit usaha syariah (BUS/UUS), 1.400 lebih bank perkreditan rakyat (BPR), 167 bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS), 152 perusahaan pembiayaan, 18 perusahaan modal ventura, hingga 118 perusahaan efek.

"Jadi ini yang semua dapat memanfaatkan aplikasi iDebKu. Aplikasi iDebKu ini sama seperti website OJK lain, aplikasi portal perlindungan konsumen, bantu masyarakat memperoleh informasi dan ajukan pertanyaan," tuturnya.

2 dari 3 halaman

OJK: Rp 294 Triliun Dana Debitur Perbankan Masuk Kategori Hijau

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerima laporan 10 debitur besar dari Bank Buku III dan IV dengan ditemukan per Juni 2022, ada 100 debitur dengan total Rp1.065 triliun yang masuk taksonomi hijau, termasuk Rp294 triliun masuk kategori hijau.

Pengawas Eksekutif Senior Otoritas Jasa Keuangan Uli Agustina mengatakan, laporan itu merupakan pilot project yang diterapkan OJK guna mengecek portofolio keuangan hijau perbankan.

"Suatu hal yang bagus dari laporan tersebut, ternyata 20-30 persen sudah masuk kategori hijau. Ini masih taksonomi hijau 1.0 atau tahapan pertama, tahapan ke depan dengan adanya berbagai masukan dari pelaku usaha dan debitur, OJK akan kembangkan secara berkelanjutan sehingga bisa menyasar sektor yang lebih banyak lagi," kata Uli dikutip dari Antara, Rabu (24/8/2022).

Uli menambahkan OJK akan melanjutkan pilot project dengan 100 debitur menjadi 340 debitur pada 2023.

Selain itu, ujar dia, OJK juga mengembangkan sistem pelaporan daring yaitu Apolo. Sistem ini adalah pengumpulan informasi yang dilakukan OJK untuk mempermudah pengawasan.

"Pembiayaan proyek hijau memerlukan modal besar dan juga pengembalian yang lama sehingga perbankan kadang sangat memikirkan risiko dan juga mitigasi risiko. Karena perbankan itu kan lembaga intermediary (perantara) dengan dana dari masyarakat sehingga selalu mempertimbangkan risiko," katanya.

OJK, ujar dia, mendorong perbankan agar terus meningkatkan pembiayaan di sektor keuangan hijau.

Pembicara lainnya Chief Sustainability Officer DBS Group Helge Muenkel mengatakan Bank DBS akan memublikasi laporan dalam waktu dekat kepada publik tentang upaya yang dilakukan Bank DBS untuk mencapai komitmen emisi nol.

"DBS tidak hanya fokus pada perubahan iklim tapi juga ke hal lain terkait keberlanjutan. Kami melakukan kolaborasi dengan klien contohnya memberitahu klien bahwa bisnisnya belum menerapkan net zero. Kami juga mengupayakan agar klien kami ikut menerapkan praktik yang berkelanjutan," katanya.

 

3 dari 3 halaman

Emisi Nol

Helge menambahkan DBS mengapresiasi target pemerintah Indonesia mencapai target emisi nol pada 2060. Namun, Indonesia masih belum berada di jalur yang tepat untuk bisa mencapai target tersebut.

Karena itu, DBS menekankan empat elemen yang harus menjadi fokus pemerintah Indonesia, antara lain kepastian kebijakan. Kata Helge, sektor industri menanti kebijakan pemerintah terkait pajak karbon dan lain-lain sehingga bisa langsung mengimplementasikan dan menyiapkan pendanaan.

Kedua adalah pendanaan campuran. Menurut Helge, Menkeu Sri Mulyani mengatakan Indonesia perlu 250 miliar dolar Amerika untuk mencapai target emisi nol sehingga perlu pendanaan campuran untuk bisa meraih pendanaan yang dibutuhkan.

Ketiga adalah inovasi. Helge memberi contoh, DBS membuat platform digital yang memungkinkan petani kecil di Indonesia untuk mendapatkan karet.

Elemen terakhir adalah kolaborasi multisektor termasuk di pemerintahan. Menurut Helge, tidak cukup hanya dengan membuat mobil listrik tapi bisa dimulai dari pembuatan baterai mobil listrik.

Karena itu, masih menurut dia, perlu pabrik nikel yang bisa menyediakan bateri mobil listrik. Selain itu, perlu mekanik yang paham dengan mobil listrik sehingga bisa memperbaiki apabila terjadi kerusakan.

Â