Liputan6.com, Jakarta - Kualitas udara di DKI Jakarta membaik dalam beberapa waktu terakhir. Salah satu penyebab membaiknya kualitas udara di Jakarta ini karena kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi.Â
Direktur Pencemaran Udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Luckmi Purwandari, menjelaskan, dari hasil pantauan di enam Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) di DKI Jakarta terlihat adanya perbaikan. Salah satu penyebabnya adanya kenaikan harga BBM subsidi pada September 2022.
Baca Juga
"Sampai dengan saat ini selama 65 hari kecenderungan kualitas udaranya membaik. Jadi Indeks standar pencemaran udara (ISPU) yang tercatat di KLHK itu nilainya menurun," ujar Luckmi dalam diskusi publik, Jakarta, Selasa (8/11/2022).
Advertisement
Luckmi pun belum bisa membeberkan berapa persen angka penurunan dari kualitas udara DKI Jakarta. Tetapi terlihat bahwa trend tersebut mulai membaik.
"Jadi trennya menurun cuma kami belum menghitung berapa persen penerunnya," jelas dia.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) , Tulus Abadi menyebut juga ada faktor lain yang membuat kualitas udara DKI Jakarta membaik, yakni masyarakat yang mulai bermigrasi menggunakan bahan bakar dengan kualitas tinggi yakni RON 92.
"Karena memang mungkin tren penggunaan migrasi penggunaan bahan bakar masyarakat yang dari mungkin dari pertalite berpindah ke pertamax, sehingga tentu akan menurunkan kadar emisi yang dikeluarkan dari bahan bakar itu," terang Tulus.
Hal tersebut, lanjutnya, perlu terus didorong supaya pencemaran udara terus mengalami penurunan yang signifikan, khususnya di Jakarta.
Tulus pun menilai, walaupun adanya angkutan umum di DKI Jakarta masih belum bisa mewadahi kepentingan seluruh masyarakat DKI Jakarta.
"Saya kira ini merupakan salah satu upaya untuk menekan emisi dengan menggunakan angkutan umum tetapi kan angkutan umum blm bisa mewadahi kepentingan seluruh masyarakat sehingga penggunaan kendaraan pribadi masih sangat dominan dan itulah bahan bakarnya harus di migrasikan ke yang lebih baik," kata dia.
Â
KLHK Ajak Generasi Muda Gaungkan Hari Udara Bersih
Upaya mencapai kualitas udara yang lebih baik, tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja tetapi butuh keterlibatan masyarakat.
Hal itu dikatakan Sesditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Tulus Laksono memperingati Hari Udara Bersih Internasional untuk Langit Biru.
"Kita harus lebih memasyarakatkan Hari Udara Bersih, supaya semua masyarakat merasa bertanggung jawab dan menjaga kualitas udara," kata Tulus di Jakarta, Rabu (7/9/2022).
Ia menyatakan dengan melihat semakin tingginya kepedulian masyarakat, seharusnya target mencapai kualitas udara, seharusnya lebih mudah dicapai.
"Tentunya dengan animo dan kepedulian masyarakat yang lebih tinggi, terutama para generasi muda, targetnya akan lebih mudah dicapai. Karena sejatinya, udara dan semua lingkungan ini merupakan Pinjaman dari generasi setelah kita. Sehingga perlu jaga kualitasnya dengan baik," tuturnya.
Sementara itu, Direktur Pengendalian Pencemaran Udara, Luckmi Purwandari mengharapkan Hari Udara Bersih Internasional ini dapat menjadi momen untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang udara bersih.
"Saya mengharapkan warga Indonesia menyadari bahwa udara bersih adalah hak kita bersama dan sekaligus menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaganya," kata Luckmi.
Â
Advertisement
Butuh Sinergi
Dan untuk mewujudkannya, Luckmi menyatakan dibutuhkan sinergi, kolaborasi dan kerjasama semua pihak.
"Semua pihak harus terlibat. Baik itu pemerintah, masyarakat atau komunitas, pelaku usaha, civitas academica, dan media sosial. Harus bersinergi dan bersama sama, terus menerus dan tidak berhenti untuk mewujudkan udara yang lebih bersih. Sehingga betul betul menjadi budaya bangsa Indonesia," tuturnya.
Ia mengharapkan untuk kedepannya, semakin banyak praktik-praktik perbaikan kualitas udara yang dilakukan oleh masyarakat.
Misal, siswa siswi SD SMP SMA bersepeda ke sekolah karena ada zonasi sekolah jadi jaraknya tidak terlalu jauh, sekolah yanh ramah pesepeda, kab/kota ramah pesepeda, banyak warga yang lebih senang menggunakan transportasi publik, bertambahnya ruang terbuka hijau, dan zona low emision.
"Usaha atau kegiatan yang menghasilkan emisi baik gas maupun debu dapat konsisten mengendalikan dan mengurangi beban emisi yang dihasilkannya," tandasnya.
Reporter:Â Siti Ayu Rachma
Sumber: Merdeka.com