Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2022 sebesar 5,72 persen (yoy). Angka ini lebih tinggi dari capaian di kuartal II-2022 sebesar 5,44 persen (yoy).
Menanggapi itu, Wakil Ketua INDEF Tauhid Ahmad meminta pemerintah tidak terlena dengan tingginya pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung.
Baca Juga
Di kuartal IV tahun ini, dia melihat ada potensi perlambatan ekonomi. Pertumbuhan di kuartal IV memiliki basis pertumbuhan yang sudah tinggi yakni 5,02 persen di tahun 2021 lalu.
Advertisement
Sementara pada kuartal I-III tahun ini memiliki basis yang rendah karena tahun lalu masih dihadapkan perlambatan ekonomi akibat pandemi.
"Di kuartal IV ini nanti best year effect sudah hilang karena kuartal IV-2021 pertumbuhannya sudah di atas 5 persen. Ini akan mengurangi pertumbuhan di kuartal IV tahun ini," kata Tauhid dalam konferensi pers: Waspada Perlambatan Ekonomi Akhir Tahun secara virtual, Jakarta, Selasa (8/11).
Lebih lanjut Tauhid menjelaskan, perlambatan ekonomi ini akan berdampak pada kenaikan harga barang konsumsi rumah tangga. Sebenarnya, hal ini sudah mulai terasa sejak akhir September lalu seiring dengan meningkatnya inflasi.
"Tingkat inflasi ini terus berlanjut di bulan Oktober dan di November ini ada sedikit moderasi dan agak melambat," kata dia.
Dalam kondisi demikian, Taudi menyebut akan berdampak pada penurunan konsumsi masyarakat. Sehingga hal ini perlu diwaspadai pemerintah.
Â
Pertumbuhan Ekonomi Melambat
INDEF pun memprediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV akan melambat di level 5,3 persen. Lebih rendah dari capaian di kuartal III yang mampu tumbuh 5,72 persen.
"Kami melihat situasi ini pertumbuhan ekonomi di Q4 tahun 22 kami proyeksikan 5,3 persen, lebih rendah dari Q3," kata dia.
Sehingga secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2022 tumbuh 5,1 persen. Lebih rendah dari proyeksi yang dibuat pemerintah yakni tumbuh 5,2 persen.
Â
Advertisement
Yang Harus Dilakukan Pemerintah
Demi mencapai pertumbuhan di atas 5 persen tahun ini, INDEF memberikan tiga hal yang perlu dilakukan pemerintah. Agar pertumbuhan di kuartal IV bisa mendorong ekonomi ke level 5,1 persen sepanjang tahun.
Pertama, mempercepat belanja modal dan belanja barang yang masih belum optimal. Berdasarkan data, belanja modal pemerintah baru mencapai 66,38 persen dari pagu yang dianggarkan.
Begitu juga dengan belanja barang yang baru mencapai 66,4 persen.
"Ini perlu ada terobosan sehingga dengan waktu terbatas ini bisa diselesaikan. Ini nanti akan sangat sia-sia, SiLPA besar tidak berarti apa-apa," tuturnya.
Â
Suku Bunga BI
Kedua, penyesuaian suku bunga acuan Bank Indonesia secara moderat. Tauhid mengatakan, memang sudah ada penyesuaian. Namun langkah tersebut dinilai terlambat dalam merespon kondisi yang ada.
"Memang sudah dilakukan tapi ini telat. Makanya perlu moderasi mengikuti perkembangan inflasi yang dipengaruhi dinamika global," kata dia.
Ketiga, risiko perlambatan ekonomi di kuartal akhir ini perlu direspon dengan penguatan pasar domestik. Khususnya bagi produk-produk dalam negeri yang memiliki daya saing di pasar global.
"Serta mempercepat industri substitusi impor di tengah menguatnya arus importasi bergam produk industri," pungkasnya.
Â
Reporter:Â Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement