Sukses

Dilepas Chevron, Proyek Gas IDD Jalan Lagi di 2023

Dahulu proyek gas IDD dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) yakni sebagai pemegang operator proyek pengembangan gas.

Liputan6.com, Jakarta Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan proyek gas Indonesia Deepwater Development (IDD) akan mulai dijalankan kembali pada tahun 2023.

Dwi menyebut Pengembangan proyek gas IDD saat ini sudah ada penggantinya. Sebelumnya proyek gas IDD dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) yakni sebagai pemegang operator proyek pengembangan gas.

"IDD pemegang ini adalah Chevron, dan Chevron sudah memutuskan untuk off dari proyek IDD ini, dan sekarang sudah ada penggantinya," ujar Dwi, dalam rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI, Jakarta, Rabu (16/11).

Dia menjelaskan, karena sudah memiliki calon pengganti, saat ini sedang dalam proses dan dijanjikan pada akhir tahun ini ada perubahaan operator shift dan proyek IDD bisa mulai jalan tahun depan.

"Dan dijanjikan akhir tahun ini ada perubahan operator shift" terang Dwi.

Lebih lanjut, Dwi menyampaikan bahwa pada proyek besar ini akan memproduksi gas yakni sebesar 884 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

"Jadi IDD ini ada 844 juta standar kubik per hari rencana produksinya cukup besar," tutur Dwi.

Untuk mengetahui lebih lanjut, IDD adalah sebuah proyek pengembangan pada lima lapangan gas di laut yakni dengan kedalaman 975 meter hingga 1.785 meter. Proyek tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gas pasar domestik dan juga Kilang LNG bontang.

Kemudian PT Chevron ini pada tahun 2016 berencana untuk mengembangkan proyek gas IDD. Namun pada tahun 2018 Chevron mundur dari proyek gas IDD.

2 dari 4 halaman

Kepala SKK Migas Minta Inpex dan Shell Tak Sandera Proyek Blok Masela

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto meminta kepada Inpex Corporation dan Shell untuk segera menyelesaikan pembicaraan mengenai hak partisipasi. Dwi melihat dengan belum selesainya masalah hak partisipasi ini membuat kedua perusahaan migas ini menyandera proyek Abadi Blok Masela.

"Kami terus memaksa Impact dan Shell untuk tidak menyandera proyek ini (Abadi Masela) karena ini strategi masing-masing korporasi," ujar Dwi Soetjipto dalam RDP DPR RI Komisi VII, Jakarta, Rabu (16/11/2022).

Untuk diketahui, Shell Upstream Overseas Ltd hengkang dari konsorsium Inpex di Blok Masela dua tahun lalu. Shell meninggalkan porsi hak partisipasi (participation interest/PI) sebesar 35 persen. Sampai saat ini pembicaraan mengenai hak partisipasi tersebut belum selesai. 

"Ada waktu itu untuk negosiasi antara Inpex dengan Shell yang kemudian negosiasi ini gagal sehingga Inpex tidak mengambil alih," terang dia.

Saat  negosiasi tersebut gagal, Shell melakukan bidding tender secara terbuka. Dwi pun mengakui pada saat lelang terbuka tersebut ada beberapa yang tertarik untuk masuk ke Blok Masela.

Kendati begitu, kata Dwi, pada update data posisi terakhir Inpex sudah mencoba membangun kolaborasi strategi dengan Pertamina sebagaimana yang telah diarahkan oleh pemerintah waktu itu.

"Pertamina sudah melakukan data room study dan dijanjikan oleh Pertamina November ini menyampaikan namanya non founding over kepada Shell. Kami sedang menunggu itu," jelas dia.

Disisi lain, Dwi pun menambahkan bahwa Petronas juga tertarik untuk masuk dan kalau mungkin bisa bekerja sama dengan Pertamina dalam hal pergantian Shell.

"Ini perkembangan tentang Shell," tutupnya.

3 dari 4 halaman

Petronas Ingin Garap Proyek Blok Masela

Perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Malaysia Petronas berminat untuk mengelola lapangan gas bumi abadi Blok Masela, di Kepulauan Tanimbar Maluku. Blok ini tadinya akan digarap oleh Shell tetapi kemudian menyatakan mundur dari proyek pengembangan Blok Masela.

"Ada yang nawarin Petronas dia tertarik, kita masih kaji. Petronas tinggal nunggu komitmen pemerintah, mekanisme masih diomongin lanjut. Cuma menyatakan berminat," ujar Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), Fatar Yani Abdurrahman, kepada media, Jakarta, Selasa (15/11/2022). 

Menurut Fatar pemerintah kecolongan karena keputusan yang diambil Shell untuk mundur dari Blok Masela. "Kita kecolongan ketika Shell, pada waktu itu kita yang pertama kali bikin dan bagus sekali di Indonesia dalam term on condition fiskal-nya, dia tidak menerapkan sampai produksi," terang Fatar.

Pemerintah, lanjutnya, merasa sangat kecewa dengan Shell, padahal Shell sebenarnya mampu untuk melanjutkan proyeknya di Indonesia.

"Jadi gini kita harapkan dengan bagusnya term and condition dia Shel kan perusahaan besar, itu dijalankan harusnya ya di tengah jalan dia exit padahal bagus," jelad Fatar.

Oleh karena itu, pemerintah bersama SKK migas dan regulator minyak dan gas lainnya ke depannya sedang melakukan dan membuat aturan bagi perusahaan yang ingin berpartisipasi dalam proyek, tetapi tidak bisa keluar begitu saja.

"Ke depan kalau dapat insentif sampai produksi selesai nggak boleh keluar," tandasnya. 

4 dari 4 halaman

Jepang Tertarik Bangun Blok Masela, Tapi Ada Syarat

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengajak Jepang untuk ikut berinvestasi ke Proyek Strategis Nasional (PSN) sektor minyak dan gas bumi (migas). Proyek yang ditawarkan adalah Blok Masela Maluku.

Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Wahyu Utomo mengatakan, Menko Airlangga di sela kunjungan kerja ke Jepang bertemu dengan Japan Bank for International Cooperation (JBIC).

Dalam pertemuan ini, Menko Airlangga Hartarto menawarkan investasi pengembangan Blok Masela. Mengingat, JBIC memiliki spesialisasi dalam pembiayaan di sektor energi.

"Masela setelah mitranya Shell mengundurkan diri, pemerintah sedang mencari penggantinya siapa," ujar Wahyu dalam Media Briefing: Pencapaian Proyek Strategis Nasional (PSN) Semester I 2022 di Jakarta, Selasa (26/7/2022).

Dari hasil pertemuan tersebut pihak Jepang tertarik untuk berinvestasi di PSN Blok Masela. Meski begitu, pihak Jepang membutuhkan mitra kerja untuk menyelesaikan PSN tersebut.

"Saya tidak tahu hasil pembicaraan Pak Menko, tapi isunya itu. Dari pihak investor Jepang akan tetap membangun di Masela, tapi tidak bisa sendiri, harus ada mitranya," bebernya.

Oleh karena itu, Kementerian ESDM saat ini tengah berupaya keras untuk mencari mitra kerja yang tepat untuk berkolaborasi dengan JBIC guna melanjutkan pengembangan PSN blok Masela.

"Temen-temen ESDM sedang mencarikan siapa yang paling layak dan ESDM terus mencari mitranya agar Marsela ini terus dibangun," tutupnya.