Liputan6.com, Jakarta - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengajak pemerintah Australia membentuk aliansi strategis untuk mendorong hilirisasi dan energi baru terbarukan guna mengembangkan ekosistem industri baterai kendaraan listrik.
Bahlil Lahadalia berpromosi bahwa Indonesia memiliki pasar yang besar dalam industri kendaraan listrik. Selain itu Indonesia juga sudah mendapat komitmen investasi dari pemain global besarseperti LG, Foxconn, CATL.
Baca Juga
"Ini merupakan sebuah peluang besar yang dapat dijajaki antara Indonesia dengan Australia dengan konsep saling menguntungkan dalam rangka meningkatkan perekonomian kedua negara," katanya saat melakukan pertemuan dengan Sekretaris Parlemen Negara Bagian Australia Barat Jessica Jane Shaw, dikutip dari Antara Rabu (16/11/2022).
Advertisement
Bahlil menjelaskan saat ini Indonesia berkomitmen mendorong investasi hijau yang ramah lingkungan dan berkelanjutan melalui pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik yang terintegrasi.
Menurut mantan Ketua Umum HIPMI itu, saat ini merupakan momentum yang tepat bagi Indonesia dan Australia untuk memperkuat hubungan perekonomian, khususnya dalam hal investasi.
Pasalnya, Indonesia dan Australia memiliki kekuatan di sektor pertambangan, karena Australia memiliki keunggulan sebagai penghasil lithium terbesar di dunia.
Dengan berkolaborasi, kedua negara akan mampu jadi produsen baterai listrik karena Indonesia memiliki cadangan nikel, kobalt dan mangan yang melimpah untuk jadi bahan baku baterai kendaraan listrik, bersama dengan lithium Australia.
Peluang kolaborasi tersebut dinilai sangat strategis karena 40 persen komponen kendaraan listrik merupakan baterai.
Cadangan Lithium
Sekretaris Parlemen Negara Bagian Australia Barat Jessica Jane Shaw pun menyambut positif ajak tersebut.
Menurutnya, dengan memiliki 50 persen cadangan lithium dunia di Australia Barat, serta letak geografis Australia yang strategis terhadap Indonesia, sangat tepat jika Indonesia bisa memperoleh bahan baku lithium dari dari Australia dan bersinergi dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
"Seperti Indonesia, pemerintah Australia juga memiliki ketertarikan dalam hal hilirisasi. Sehingga, ada peluang untuk melakukan kolaborasi dan sharing knowledge antara kedua negara," ujar Jessica.
Usulan perjanjian kemitraan antara Indonesia-Australia itu bertujuan agar kedua negara bisa menjadi powerhouse dalam ekosistem rantai pasok baterai kendaraan listrik yang dapat saling menguntungkan kedua belah pihak. Kementerian Investasi akan membentuk tim khusus untuk mengeksplorasi peluang kerja sama Indonesia dengan Australia tersebut.
Berdasarkan data triwulan III 2022, Kementerian Investasi/BKPM mencatat realisasi investasi asal Australia sebesar 0,2 miliar dolar AS dan menempati peringkat ke-10. Secara akumulatif sejak 2017-September 2022, realisasi investasi Australia mencapai 2,37 miliar dolar AS.
Advertisement
Indonesia-Australia Bidik Potensi Transisi Energi Senilai Rp 1.600 Triliun
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menemukan ada potensi pemasukan sebesar USD 115 Miliar atau setara Rp 1.600 triliun di sektor energi baru terbarukan. Untuk itu, ESDM menggandeng perusahaan asal Australia, Sun Cable.
Dana ini merupakan potensi investasi yang akan masuk pada sektor sumber daya dan EBT. Kerja sama keduanya dituangkan dalam penandatanganan nota kesepahaman atau MoU dalam momen KTT G20.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia Arifin Tasrif mengatakan kalau infrastruktur energi merupakan aspek penting untuk menghubungkan pusat produksi energi skala besar dengan wilayah konsumsi energi yang tinggi.
"Oleh karena itu, Indonesia berencana membangun super grid untuk mengatasi ketimpangan antara lokasi sumber daya energi terbarukan dengan daerah yang memiliki permintaan listrik yang tinggi, serta menjaga stabilitas dan keamanan sistem kelistrikan," kata dia dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Selasa (15/11/2022).
Untuk diketahui, CEO Sun Cable David Griffin dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia Arifin Tasrif mengumumkan kerjasama formal untuk memajukan potensi pembangkitan dan transmisi energi terbarukan di Indonesia. Kolaborasi ini diresmikan dalam MoU yang ditandatangani selama forum Net Zero Transition pada hari Jumat 11 November oleh Sun Cable dan Kepala Balai Besar Survei dan Pengujian Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (BBSP EBTKE).
Studi The Green Komodo
Sun Cable dan ESDM hari ini merilis temuan awal dari studi bersama dengan judul “The Green Komodo: Menuju Indonesia Memimpin Revolusi Industri Hijau”. Laporan ini mengakui pentingnya bagi Indonesia untuk mendukung kebutuhan energi terbarukannya dan menguraikan jalur pengembangan Industri Hijau.
Studi ini mengidentifikasi lima industri utama yang mewakili 30 persen dari PDB Indonesia, yang memiliki potensi untuk memacu pertumbuhan Industri Hijau di Indonesia dan menambahkan hingga 115 miliar dollar AS (Rp1.600 triliun) ke PDB pada tahun 2035.
"Sun Cable merasa terhormat untuk bermitra dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral disaat ESDM membentuk kebijakan dan program teknis Indonesia untuk konektivitas jaringan energi. Kami ingin berbagi keahlian Sun Cable dalam pembangkitan dan transmisi energi surya jarak jauh dengan Indonesia disaat ESDM membentuk kebijakan dan pendekatan teknis untuk konektivitas antar pulau," ungkap CEO Sun Cable David Griffin.
Advertisement