Liputan6.com, Jakarta - Industri perbankan ikut menyambut era ekonomi hijau. Salah satu cara yang dijalankan adalah dengan memberikan pembiayaan ke kendaraan listrik.
Direktur Bisnis UKM PT Bank KB Bukopin Tbk Yohanes Suhardi menjelaskan, industri perbankan antusias masuk ke sektor pembiayaan kendaraan listrik. Namun, saat ini langkah tersebut belum dijalankan.Â
Baca Juga
Alasannya, industri bank sejauh ini masih menunggu aturan lebih rinci terkait pembiayaan kendaraan listrik dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI). Dengan adanya landasan aturan, maka bank lebih punya keberanian menyalurkan pembiayaan untuk kendaraan listrik.
Advertisement
"Tentunya kita masih menunggu kebijakan-kebijakan selanjutnya dari OJK dan Bank Indonesia untuk membuat kami lebih berani lagi, lebih ingin lagi berpartisipasi lebih besar lagi," kata Yohanes dalam sesi webinar yang diselenggarakan OJK, Kamis (17/11/2022).
Terkait penyaluran kredit untuk pembiayaan kendaraan listrik, Yohanes mengaku pihaknya pun masih melihat kesiapan pasar.
"Lalu ekosistem hulu dan hilir, ini adalah sistem kredit di perbankan yang luar biasa, yang memang bank sangat mengharapkan adanya suatu ekosistem. Termasuk kami di Bukopin, kami ingin mendapatkan financing secara ekosistem, secara full," tuturnya.
"Challenge, kesiapan infrastruktur pendukung. Harga unit mobil, resell value, harga baterai, itu adalah challenge-challenge kita," ujar Yohanes.
Lebih lanjut, ia mengabarkan, Bank Bukopin juga sudah bekerja sama dengan Hyundai untuk memberikan bantuan financing kepada pihak dealer-nya bagi penjualan kendaraan listrik.
"Saat ini kami mencatat sudah Rp 84 miliar mobil berbasis listrik yang kita memberikan financing, melalui dealer-dealer Hyundai ini," pungkas Yohanes.
Dana Jumbo Rp 31 Triliun Disiapkan untuk Proyek Kendaraan Listrik di Indonesia
Indonesia Investment Authority (INA), Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL), dan CMB International Capital Corporation Limited (CMBI) menandatangani Nota Kesepahaman untuk melakukan investasi, pembentukan fund dan kerja sama lainnya di bidang energi baru.
"Semua pihak akan bersama-sama berinvestasi dalam pembentukan pendanaan hijau (green fund) yang difokuskan untuk membangun rantai nilai dari hulu hingga hilir bagi kendaraan listrik (electric vehicle/EV) terutama di Indonesia, sebagai bentuk dukungan keberlanjutan dan komitmen Indonesia mencapai target netral karbon pada 2060," kata Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah, Selasa (15/11/2022).
Green Fund akan menjadi platform khusus untuk menangkap peluang investasi dalam ekosistem EV yang sedang berkembang. Dengan memanfaatkan keunggulan Indonesia sebagai pusat bahan baku berkelanjutan, pasar domestik yang terus berkembang, serta kekuatan, jaringan, dan sumber daya masing-masing pihak, dana tersebut dapat memberikan imbal hasil jangka panjang dan berkelanjutan yang menarik bagi para investor.
Menurut dia, dengan upaya bersama para pihak, INA melihat potensi fund untuk mencapai nilai hingga USD 2 miliar atau sekitar Rp 31 triliun (kurs 15.548 per dolar AS). Pasar EV global sendiri telah menunjukkan pertumbuhan yang eksponensial selama beberapa dekade terakhir dan momentum ini diperkirakan akan terus meningkat, didorong oleh meningkatnya kesadaran lingkungan dan kemajuan teknologi.
Â
Advertisement
Pemain Utama
Perkembangan pasar EV juga menghadirkan peluang triliunan dolar di seluruh rantai nilai EV.
Selain itu, Indonesia pun diposisikan secara strategis untuk menjadi pemain utama dalam rantai pasokan EV global karena memiliki seperempat dari cadangan nikel dunia yang merupakan bahan utama dalam produksi baterai.
Indonesia diharapkan dapat menjadi pusat nikel global dengan 50 persen nikel yang dimurnikan (refined nickel) dunia akan dipasok oleh Indonesia pada tahun 2030.
“Nota kesepahaman ini merupakan bagian dari perjalanan dan komitmen kami dalam mendukung keberlanjutan dan komitmen Indonesia terhadap perjalanan net zero emission. Elektrifikasi merupakan alternatif menarik untuk energi konvensional, mengurangi dampak lingkungan sekaligus memasuki pasar yang berpotensi untuk terus tumbuh," jelasnya.
Â
Kemitraan Strategis
Lanjutnya, kemitraan strategis dengan CATL sebagai pemimpin global di bidang inovasi teknologi energi baru dan CMBI sebagai institusi keuangan terkemuka dengan rekam jejak kuat dalam rantai nilai EV pun sejalan dengan misi INA untuk menciptakan kemakmuran jangka panjang bagi generasi mendatang melalui investasi yang berkelanjutan.
Setelah melalui proses seleksi secara ketat, dibantu oleh Standard Chartered Bank sebagai penasihat keuangan, INA yakin bersama dengan CATL dan CMBI, mereka dapat menciptakan ekosistem EV yang sejahtera di Indonesia.
Rekam jejak mumpuni mereka sebagai pemasok global baterai EV untuk perusahaan otomotif ternama, didukung dengan jaringan dan keahlian yang luas akan menambah nilai bagi investor, bisnis, dan industri otomotif dalam negeri.
CATL memiliki pengakuan luas dari para mitra EV dan penyimpanan energi global untuk mencapai tujuan dalam mewujudkan penggantian bahan bakar fosil dalam sistem energi stasioner dan bergerak.Â
Advertisement