Sukses

Harga Emas Diprediksi Naik Pekan Ini, Bisa Kembali ke USD 1.800 per Ounce

Kepala analis Blue Line Futures Phillip Streible memperkirakan harga emas akan bearish dalam waktu dekat ini.Tetapi ia memastikan akan tetap membeli emas jika harga lebih rendah.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas masih belum memperlihatkan arah yang jelas pada pekan ini. Namun sebagian besar analis dan pelaku pasar melihat bahwa harga emas akan bergerak menguat tipis di pekan ini.

Pada pekan lalu, harga emas mampu menguat tetapi masih belum tinggi. Harga emas masih bertahan di sekitar level USD 1.750 per ounce.

Beberapa analis mencatat ada kecenderungan harga emas akan bullish pada pekan ini. Harga emas menuju konsolidasi yang sehat setelah mengalami kenaikan kurang lebih 11 persen dalam tiga pekan terkahir.

Dalam konsilidasi ini, harga emas kemungkinan besar akan didorong ke level USD 1.800 per ounce. Dengan begitu, selama November ini harga emas bisa terus membukukan kenaikan.

Co-director of commercial hedging Walsh Trading Sean Lusk menjelaskan, harga emas berlu berjuang lebih kuat pada minggu ini karena ia melihat Bank Sentral AS atau Federal Reserve terus memberi sinyal akan melanjutkan kenaikan suku bunga yang agresif.

"Pada akhirnya, inflasi tetap tinggi, sehingga Federal Reserve belum selesai menaikkan suku bunga," ujarnya dikutip dari Kitco, Senin (21/11/2022).

Namun, Lusk menambahkan, investor harus terus memperhatikan prospek jangka panjang. Emas dan perak akan terlihat menarik karena kenaikan suku bunga mendorong ekonomi AS ke dalam resesi.

"Saya melihat bisa membeli emas pada penurunan atau koreksi saat ini, tetapi tidak secara agresif, karena kita tidak tahu apa yang akan dilakukan Fed," katanya.

"Investor harus bertanya pada diri sendiri, dengan datangnya resesi, apakah Anda ingin memegang ekuitas atau aset safe haven seperti emas." tambah dia.

Kepala analis Blue Line Futures Phillip Streible memperkirakan harga emas akan bearish dalam waktu dekat ini.Tetapi ia memastikan akan tetap membeli emas jika harga lebih rendah.

"Saya pikir Anda hanya perlu bersabar," katanya. "Tugas The Fed belum selesai."

Streible mencatat bahwa kurva imbal hasil terbalik antara catatan dua tahun dan 10 tahun terus melebar, menandakan bahwa ekonomi AS berpotensi menuju resesi yang parah dan berkepanjangan.

 

2 dari 3 halaman

Survei Kitco

Minggu ini, sebanyak 20 analis Wall Street berpartisipasi dalam Survei Emas Berita Kitco. Di antara peserta, delapan analis, atau 40 persen menyerukan kenaikan harga emas minggu ini.

Pada saat yang sama, tujuh analis, atau 35 persen, bersikap bearish terhadap harga emas dalam waktu dekat. Sedangkan lima analis, atau 25 persen, bersikap netral terhadap harga emas.

Sementara itu, 495 suara diberikan dalam jajak pendapat online di Main Street. Dari jumlah tersebut, 221 responden atau 45 persen memperkirakan emas akan naik minggu ini.

Sedangkan 177 lainnya, atau 36 persen, mengatakan harga emas akan lebih rendah. Sementara 97 pemilih, atau 20 persen, netral dalam waktu dekat. 

3 dari 3 halaman

Prediksi Harga

Sentimen di kalangan investor ritel turun tajam dari level tertinggi dalam lima bulan pada pekan lalu. Investor ritel yang ikut dalam survei logam mulai turun pada survei kali ini.

Pergeseran sentimen muncul karena harga emas akhir pekan ini turun hampir 1 persen. Namun, harga emas masih naik lebih dari 8 persen sejak jatuh ke level terendah dua tahun pada awal November.

Emas berjangka bulan Desember terakhir diperdagangkan pada USD 1.754 per ounce.

Beberapa analis mengatakan bahwa momentum baru dalam dolar AS, didukung oleh komentar hawkish dari anggota Federal Reserve, dapat membebani harga emas minggu ini.

"Kami memperkirakan Federal Reserve akan terus meredam tanggapan berlebihan terhadap pertemuan terakhir Fed dan ini akan membebani emas," kata Adrian Day, presiden Adrian Day Asset Management.

Namun, Day juga mengatakan bahwa kebijakan moneter hawkish bank sentral yang sedang berjalan, pada akhirnya akan positif untuk emas.