Sukses

Miliarder China Bertambah, Kali Ini Bos Nikel Pemasok Mobil Listrik

China, negara yang dijuluki sebagai Negeri Tirai Bambu itu sudah menjadi rumah bagi miliarder terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

Liputan6.com, Jakarta Lygend Resources & Technology, perusahaan perdagangan bijih nikel terbesar di China melakukan IPO di Hong Kong. Perusahaan ini berupaya mengumpulkan hingga HK$4,6 miliar atau sekitar USD 595 juta atau sekitar Rp 9,3 triliun.

Jika usaha itu berhasil, miliarder di China akan bertambah. Seperti yang diketahui, negara yang dijuluki sebagai Negeri Tirai Bambu itu sudah menjadi rumah bagi miliarder terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

Melansir Forbes, Senin (21/11/2022), menurut prospektus, Lygend berusaha untuk menjual 232,5 juta saham masing-masing hingga HK$19,96.

Dana yang terkumpul akan digunakan untuk membiayai proyek di Indonesia dan usaha patungan dengan CATL, pemasok baterai kendaraan listrik terbesar di dunia.

Sosok yang akan menuai untung dari aksi korporasi ini adalah Cai Jianyong. Bos Lygend Cai Jianyong secara langsung memiliki 416,7 juta saham, bersama dengan 88 persen dari Lygend Investment, yang memegang 507 juta saham.

Ini belum termasuk 30,8 juta saham yang dimiliki oleh istrinya. Alhasil, kepemilikan Cai atas 862,9 juta saham akan bernilai setara dengan USD 2,2 miliar.

Setelah IPO, saham Lygend yang berkantor pusat di Ningbo diharapkan 3 persen dimiliki oleh CATL, yang secara resmi dikenal sebagai Contemporary Amperex Technology.

Setelahnya ada Ketua Robin Zeng yang berada di peringkat ketiga dalam Daftar Orang Terkaya China Forbes 2022 yang dirilis awal bulan ini. Dia berhasil mengumpulkan kekayaan mencapai USD 28,9 miliar.

Sebagai informasi, China telah menyumbang 78 persen dari pendapatan Lygend. Adapun Korea Selatan 10 persen dan Indonesia 6,7 persen.

Selain itu, sekitar 43 persen produknya digunakan oleh industri EV. Pendapatan dalam enam bulan pertama tahun 2022 meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 10 miliar yuan dari 4 miliar tahun sebelumnya.

 

2 dari 3 halaman

Kisah Jack Ma

Nama Jack Ma sangat dijkenal di dunia terutama mereka yang berkecimpung di sektor digital. Meski dalam beberapa tahun terakhir, mantan miliarder nomor wahid di China itu terlihat terus menarik diri dari kerajaan internet yang dia dirikan lebih dari 20 tahun lalu. Jack Ma seakan menghilang di tengah kampanye besar-besaran Beijing untuk mengendalikan raksasa internet negara itu.

Ma, orang terkaya kelima di China dengan kekayaan bersih USD 20,6 miliar, diketahui berencana melepaskan kendali raksasa fintech Ant Group tiga tahun setelah dia mengundurkan diri dari pucuk pimpinan raksasa e-commerce Alibaba.

Menurut laporan tahunan terbaru Alibaba, melansir laman Forbes, Selasa (15/11/2022), Ma akan secara bertahap mengurangi kepentingan ekonomi langsung dan tidak langsungnya di Ant menjadi tidak lebih dari 8,8 persen.

Pria berusia 58 tahun itu saat ini mengendalikan lebih dari 50 persen perusahaan yang berbasis di Hangzhou melalui perusahaan induk investasi terkait, tetapi dapat mengalihkan sebagian hak suara ke eksekutif Ant termasuk Kepala Eksekutif Eric Jing.

Langkah ini dilakukan saat Ant membuat ulang dirinya menjadi perusahaan induk keuangan seperti yang dipersyaratkan oleh bank sentral negara tersebut, yang meningkatkan pengawasan pinjaman dan aplikasi pembayaran digital seperti Ant's Alipay.

 

3 dari 3 halaman

Valuasi Jatuh

Saat ini, valuasi perusahaan jatuh. Menurut beberapa perkiraan angkanya anjlok lebih dari 70 persen ke level USD 70 miliar. Ini setelah IPO senilai USD 35 miliar dibatalkan pada akhir tahun 2020 oleh regulator keuangan China.

Tercatat, perusahaan menghasilkan laba 3,7 miliar yuan (USD 555 juta) pada kuartal Maret, turun 17% dari tahun sebelumnya, menurut laporan bursa saham Alibaba.

Alibaba memegang sepertiga saham di Ant, dan melaporkan hasil keuangan yang terakhir di bawah investee metode ekuitas.

Jack Ma lama  tidak terlihat oleh publik selama dua tahun terakhir. Kemudian baru-baru ini superyacht Zen berukuran 88 meter miliknya terlihat pada Juni berlabuh di pulau Mallorca, Spanyol. Diikuti dengan kunjungan Ma ke universitas Belanda untuk belajar tentang produksi pangan berkelanjutan.