Liputan6.com, Bali - Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) Gita Amperiawan mengungkapkan, industri dirgantara bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk menyongsong Indonesia emas pada 2045.
Hal itu disampaikan Gita pada konferensi pers Indonesia Development Forum 2022 yang diselenggarakan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional di Bali, Selasa (22/11/2022).
“Mewakili industri dirgantara, kami akan berperan di industri untuk menyongsong Indonesia emas pada 2045. Kami percaya industri ini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar Gita.
Advertisement
Indonesia masih membutuhkan kemunculan industri jasa untuk melakukan maintenance dan menumbuhkan ekosistem komponen pesawat agar industri dirgantara dapat bersaing di pasar global.
“Kita sejauh ini telah memiliki produk nyata yaitu pesawat N-219. Hal ini menjadi langkah bagaimana kita bisa menjadi produsen pesawat penumpang yang memiliki kapasitas di bawah 100 orang,” jelas Gita.
Pada acara Indonesia Development Forum 2022 Kementerian PPN telah meluncurkan peta jalan pengembangan ekosistem industri kedirgantaraan.
Selain itu, PT Dirgantara Indonesia juga melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) terkait pusat rancang dan bangun pesawat.
“Kita sangat berterima kasih dan mengapresiasi peta jalan pengembangan ekosistem industri kedirgantaraan yang disusun oleh Kementerian PPN untuk perkembangan industri dirgantara 2045,” lanjut Gita.
Industri Dirgantara Butuh 2.000 Insinyur
Dekan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, Tatacipta Dirgantara mengungkapkan sebanyak 80 persen SDM di industri dirgantara diisi berbagai bidang keilmuan dan 20 persen dibutuhkan insinyur dirgantara.
“Kita butuh 2.000 insinyur dirgantara untuk industri dirgantara di Indonesia, sedangkan kita saat ini di ITB hanya bisa mencetak 100 sampai 125 insinyur dirgantara setiap tahun,” jelas Tatacipta.
Menurut Tatacipta bukan hal yang mudah untuk membangun sarjana atau insinyur dirgantara karena banyak hal yang perlu dipersiapkan.
“Kita harus siapkan mulai dari fasilitasnya, kemampuan riset, dan para pengajar yaitu dosen juga perlu kita siapkan untuk mencetak insinyur dirgantara yang berkualitas,” lanjut dia.
Meskipun begitu, Tatacipta optimis industri dirgantara di Indonesia bisa tumbuh pada waktunya ketika Indonesia diisi oleh para generasi-generasi muda.
“Mungkin kemajuan industri ini tidak akan dinikmati oleh generasi saya, tapi akan dinikmati generasi yang lebih muda, kita generasi yang lebih tua hanya menyiapkan jalan,” tutupnya.
Advertisement
PTDI Telah Jual 466 Pesawat hingga Helikopter, Terbaru ke Thailand
Sebelumnya, PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI telah mengirim 466 pesawat hingga helikopter ke pemesan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dari jumlah tersebut, sebanyak 120 unit diantaranya adalah pesawat NC212 series.
Adapun operator dalam negeri yang menggunakan pesawat NC212 series adalah TNI AU, TNI AD, TNI AL, Kepolisian, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pesawat ini dalam operasinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan angkut sipil, militer dan Maritime Surveillance Aircraft (MSA).
Sedangkan, untuk operator luar negerinya adalah Thailand untuk pesawat angkut militer dan modifikasi cuaca (rain making), Filipina dan Vietnam untuk pesawat angkut militer.
"Di pasar ekspor, Thailand merupakan customer kedua yang paling banyak membeli pesawat terbang produksi PTDI karena dianggap sesuai dengan medan dan kebutuhan pertahanannya," kata Direktur Keuangan Manajemen Risiko & SDM PTDI Wildan Arief dikutip dari Antara, Minggu (28/8/2022).
Letak geografis Thailand yang dekat dengan Indonesia mempermudah kegiatan dukungan purna jual (after sales support).
Terbaru, PTDI mengirim satu unit pesawat terbang NC212i untuk Department of Royal Rainmaking and Agricultural Aviation (DRRAA) Thailand. Pengiriman dilakukan dari Hanggar Delivery Center PTDI Bandung, Jawa Barat, menuju Nakhon Sawan Air Base, Muang, Nakhon Sawan, Thailand.
Pesawat ini sudah diterima oleh Thailand pada 3 Agustus 2022.
Pesawat NC212i dengan tail number AX-2129 ini lepas landas dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung menuju Bandara Sultan Syarif Qasim, Pekanbaru, Riau.
Kemudian diterbangkan kembali menuju Bandara Internasional Hat Yai, Thailand, bagian Selatan, dekat perbatasan Malaysia dan dilanjutkan ke Nakhon Sawan Air Base, Muang, Nakhon Sawan, Thailand, sebagai destinasi terakhir.
Layanan Purna Jual
Pesawat tersebut diterbangkan oleh Test Pilot PTDI, Captain Esther Gayatri Saleh sebagai Pilot In Command Ferry and Acceptance Mission dan Test Pilot PTDI, Captain Adi Budi sebagai Copilot.
NC212i ini secara spesifikasi punya kapabilitas yang sangat beragam. "Di mana yang kita kirim hari ini adalah konfigurasi troop transport yang kemudian bisa dimodifikasi untuk rain making," kata Wildan Arief.
Kemampuan NC212i ini sangat ideal untuk kondisi geografis Thailand, dimana kemungkinan ke depannya ada pesawat tipe lain yang juga cocok untuk kondisi geografis Thailand, yaitu N219, diharapkan bisa menjadi kontrak selanjutnya dengan Thailand.
"Kita juga tidak hanya menyediakan dan menjual pesawat, tapi juga deliver sampai dengan layanan purna jual, beserta dukungan suku cadangnya, itulah kenapa banyak negara yang comfort dengan kita, karena PTDI bisa jadi one stop service bagi mereka," kata dia.
Penandatanganan kontrak pengadaan satu unit pesawat terbang NC212i ini dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2020 antara PTDI dengan AICE Enterprises (Thai) Co Ltd dengan end user adalah Department of Royal Rainmaking and Agricultural Aviation (DRRAA) Thailand.
"Selain pesawat ini, masih ada satu pesawat NC212i lagi dari kontrak lainnya yang akan dikirim tahun ini ke Thailand, targetnya bulan Desember 2022," tambah Wildan Arief.
Advertisement