Liputan6.com, Jakarta - Pembuat komputer, Hewlett-Packard (HP) berencana untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 4.000 hingga 6.000 karyawannya selama tiga tahun ke depan.
Dilansir dari CNBC International, Rabu (23/11/2022) PHK HP ini menyusul penurunan penjualan komputer seiring pemulihan pandemi Covid-19 di mana orang-orang sudah tidak sering membeli komputer/laptop untuk bekerja dari rumah mereka.
Baca Juga
HP mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "rencana Transformasi Siap Masa Depan" perlu menghasilkan penghematan tahunan hingga sebesar USD 1,4 miliar (sekitar Rp 21,9 triliun) atau lebih dalam tiga tahun ke depan, dengan biaya sekitar USD 1 miliar (Rp 15,6 triliun )termasuk restrukturisasi.
Advertisement
Dari USD 1 miliar itu, USD 600 juta diharapkan datang pada tahun fiskal 2023, yang berakhir pada 31 Oktober 2023. Sisanya akan dibagi rata antara tahun fiskal 2024 dan 2025, terang HP.
Per Oktober 2021, HP memiliki sekitar 51.000 karyawan. Ini bukan pertama kalinya perusahaan komputer asal Amerika Serikat itu melakukan PHK besar-besaran.Â
Pada tahun 2019, HP mengumumkan akan memberhentikan antara 7.000 dan 9.000 karyawannya.
HP mengatakan bahwa pendapatannya di kuartal keempat yang berakhir pada 31 Oktober turun 0,8 persen year-on-year menjadi USD 14,80 miliar. Pendapatannya di segmen Personal Systems, yang mencakup PC, juga turun 13 persen menjadi USD 10,3 miliar, karena unit turun 21 persen.
Pada kuartal sebelumnya, pendapatan Personal Systems HP telah menurun 3 persen, dan pendapatan di bagian percetakan turun 6 persen.
Dari sudut pandang profitabilitas, HP melaporkan bahwa margin operasi untuk segmen Sistem Personal menyusut menjadi 4,5 persen dari 6,9 persen pada kuartal sebelumnya.
Â
Grab Indonesia PHK Karyawan, Imbas Penutupan Layanan per 19 Desember 2022
Grab Indonesia akan menutup layanan GrabKitchen per 19 Desember 2022. Putusan ini terpaksa diambil perusahaan karena layanan dapur sewa itu tak mengalami pertumbuhan signifikan, serta adanya peralihan menjadi model bisnis aset-ringan.
Country Managing Director Grab Indonesia, Neneng Goenadi, mengungkapkan menutup usaha yakni GrabKitchen merupakan tindakan biasa dalam sebuah bisnis. Semua pengusaha juga akan melakukan hal yang sama jika usahanya tidak berjalan mulus.
"Saya ceritakan apa yang terjadi di Grab, Gran kitchen itu berdiri 2018. Nah, dengan berjalannya waktu kami melihat ternyata tak sesuai apa yang diharapkan. Oleh karena itu kami mengambil keputusan yang sangat sulit. Karena ini bagian dari bisnis," kata Neneng Goenadi, dalam Kompas100 CEO Forum ke-13 Powered By East Ventures – CEO Live Series #1, di Jakarta, Selasa (22/11/2022).Â
Menurut dia, yang terpenting Grab telah mencoba untuk membuka GrabKitchen. Namun, dalam kurun 4 tahun ternyata GrabKitchen tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Maka dari itu Grab memutuskan untuk menutupnya.
"Kalau kita udah coba, cobanya udah 4 tahun dari 2018 dan kita tetap pertahanan waktu pandemi, dan setelahnya pandemi kita melihat juga tidak terlihat, ya memang keputusan yang sangat sulit harus dibuat," ujarnya.
Dia menjelaskan, yang namanya perusahaan digital teknologi akan terus melakukan inovasi. Begitupun Grab sudah mencoba melakukan inovasi, tapi hasilnya tidak sesuai karena market fit nya tidak cocok di Indonesia.
"Ini artinya produk market fitnya gak cocok, dan dalam dunia bisnis itu biasa. Tapi yang kami lakukan dan memastikan untuk 4 tahun dan kami mengambil keputusan sulit. Tetapi yang kami lakukan tetapi kami benar-benar berdiskusi dengan para merchant kami yang ada di situ (Grab)," ungkapnya.
Adapun diketahui, langkah penutupan GrabKitchen ini berdampak pada karyawan. Dimana mereka diberikan dua opsi, kena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau pindah divisi.
"Oleh sebab itu, yang kena cuma belasan. Karena yang belasan itu ada dua, ada yang memang mereka ingin dapet package dan sebagainya, ada yang memang yaudah saya ambil. Ada orang yang memilih itu dan mereka mengambil kesempatan untuk hal lain. Saya yakin perusahaan lain akan melakukan hal yang sama," pungkasnya.
Advertisement
Twitter dan Meta PHK Massal, TikTok Justru Buka Lowongan Besar-Besaran
Platform media sosial TikTok menjadi sorotan karena berencana untuk terus merekrut karyawan baru. Hal ini bertolak belakang dengan sejumlah perusahaan teknologi di Sillicon Valley lainnya yang justru memberhentikan pembukaan lowongan dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Dilansir dari CNN Business, Selasa (22/11/2022) seorang sumber menyebutkan bahwa aplikasi video berdurasi pendek TikTok berkomitmen pada target mempekerjakan hampir 1.000 insinyur di kantornya di Mountain View, California, Amerika Serikat.
Target perekrutan khusus ini terkait dengan tujuan perusahaan untuk memastikan data penggunanya di Amerika Serikkat diawasi oleh tim yang berbasis di negara itu di tengah pengawasan di Washington karena hubungan perusahaan induknya ByteDance dengan China.
Berita tentang rencana perekrutan TikTok pertama kali dilaporkan oleh outlet media The Information.
CEO TikTok Shou Zi Chew mengkonfirmasi bahwa pihaknya masih membuka perekrutan
Dalam sebuah pidato pekan lalu pada Bloomberg New Economic Forum di Singapura, CEO TikTok Shou Zi Chew mengkonfirmasi bahwa pihaknya masih membuka perekrutan. Hal itu disampaikan menyusul isu PHK di perusahaan teknologi lain, termasuk Meta dan Amazon.
"Kami selalu lebih berhati-hati dalam hal perekrutan," ungkap Chew pada konferensi tersebut.
"Pada tahap pertumbuhan kami ini, saya pikir langkah kami, irama kami, perekrutan tepat untuk kami," tuturnya.
Dalam beberapa pekan terakhir, Meta mengatakan telah memangkas hingga 11.000 pekerjanya di seluruh perusahaan, dan Twitter memotong sekitar setengah stafnya di bawah pemilik baru Elon Musk.
Adapun Amazon yang juga mengkonfirmasi telah memulai PHK secara luas.
Seperti diketahui, perusahaan-perusahaan teknologi menghadapi pukulan keras dalam permintaan dan memotong ribuan posisi karena penurunan ekonomi dan kekhawatiran resesi yang meningkat.