Sukses

Begini Tantangan Perbankan Digital di Tengah Ketidakpastian Global

Dalam acara Indonesia Digital Conference (IDC) 2022, Bank Negara Indonesia (BNI) mengungkapkan tantangan yang dihadapi perbankan dalam dunia digital.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Negara Indonesia (BNI) mengungkapkan tantangan yang dihadapi perbankan digital

Dalam acara Indonesia Digital Conference (IDC) 2022 yang digelar oleh Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) pada Rabu (23/11), General Mager Divisi IT Strategy & Architecture BNI, Ari Pratiwi mengungkapkan bahwa tantangan perbankan digital terlihat ketika meningkatnya kompetisi di antara bank-bank digital. 

Dengan demikian, setiap bank perlu mempertimbangkan layanan yang customer centric (terpusat pada pelanggan).

"Karena kalo kita bicara Web 3.0 salah satu komponennya adalah AI (Artificial Intelligence), selain ekosistemnya berbentuk sosial itu kita sangat (perlu) fokus ke sana," kata Ari Pratiwi, dalam acara Indonesia Digital Conference (IDC) 2022 yang disiarkan di laman Youtube AMSI, Rabu (23/11/2022).

Kemudian ada tantangan global uncertainty dimana ketidakpastian ekonomi global, yang disertai dengan kebijakan moneter yang ketat berpotens mengurangi permintaan.

"Digital infrastructur juga menjadi salah satu tantangan, baik untuk di bank-nya sendiri maupun bagi nasabah. Kemudian juga ada tantangan global uncertainty, juga (tantangan) tap the untapped market di mana kita harus mengedukasi digital talent yang mungkin (bisa) kita bantu untuk memahami literasi digital," paparnya.

Maka dari itu, bank wajib mengembangkan produk digital yang economic responsible dan disiplin di dalam proses pengambangan. 

Tantangan selanjutnya adalah tap the untapped market (pasar yang belum dimanfaatkan). Untuk meningkatkan inklusi keuangan, maka diperlukan strategi komprehensif bank untuk memperkenalkan produk digital pada target pasar yang baru, paparnya. 

Selain itu, perlu juga memerhatikan regulasi. Hal itu dikarenakan perkembangan digital yang pesat perlu disertai dengan regulasi yang relevan dengan kondisi pasar, demikian paparan. 

Seperti diketahui, IDC 2022 diselenggarakan dalam enam sesi diskusi dengan tema soal industri, media, keuangan, telekomunikasi, periklanan, dan isu tentang perlindungan data pribadi. Pembahasan dalam acara ini mengacu pada tema "Web 3.0, Peluang dan Tantangan Model Bisnis di Era Digital".

2 dari 3 halaman

Buka IDC 2022, Menteri Teten Harap Industri Media Sehat

Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki resmi membuka gelaran event Indonesian Digital Conference (IDC) 2022 di Ballroom 1 Hotel JS Luwansa, Jakarta, Selasa (22/11/2022).

Acara ini digagas Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI). Kegiatan yang akan berlangsung dua hari itu, turut  dihadiri para pengurus AMSI dan Ketua AMSI se Indonesia.

Menteri Teten Masduki yang membuka secara resmi IDC 2022 berharap, ke depannya bisnis media bisa ditata dengan baik hingga menjadi bisnis media yang sehat.

"Kita harapkan AMSI sebagai wadah media online bisa terus eksis dan menjalankan bisnis media yang sehat dan berkualitas. Diharapkan media dapat selalui promosikan program pemerintah khususnya terkait UMKM,” jelas dia.

Ketua AMSI Wenseslaus Manggut selaku tuan rumah mengaku sangat senang dengan pelaksanaan IDC 2022 yang dilaksanakan tahun ini. Pasalnya, event yang ketiga kali dilaksanakan ini bisa dihadiri secara lakukan secara offline dan virtual.

"Ini gelaran yang ketiga dilaksanakan. Sebelumnya dilaksanakan secara offline karena adanya pandemi Covid-19. Sehingga, dengan event kali ini diharapkan bisa mendatangkan angin segar utamanya industri media," ujarnya.

Wenseslaus menjelaskan, saat ini ada sebanyak 412 anggota AMSI yang tersebar di pelosok Nusantara. Para anggota AMSI ini merupakan pelaku industri media yang 75 persen diantaranya termasuk dalam industri UKM.

"Dapat saya laporkan kepada bapak Menteri Koperasi dan UKM, bahwa mayoritas anggota kami, utamanya di daerah adalah media yang masih tergolong dalam Usaha Kecil Menengah (UKM). Sehingga, perlu perhatian penuh terhadap jalannya industri media tersebut,” terangnya.

Disampaikan pula, saat industri media online sangat berbeda dengan konvensional. Sebab, untuk media online tidak bisa lagi dipantau dari hulu ke hilir.

"Kalau media konvensional kita masih bisa memantau mulai dari redaksi, percetakan, hingga pemasaran dan loper. Semuanya bisa kita pantau. Tetapi media online sangat berbeda dan tidak bisa terpantau secara keseluruhan. Dari hulu ke hilir,” tambah Wenseslaus Manggut yang juga Chief Content Officer (CCO) Kapanlagi Youniverse.

3 dari 3 halaman

AMSI Jadi Wadah

Ditambahkan lagi, ada masalah kualitas dan ekosistem yang mempengaruhi industri media tersebut. Sehingga,  AMSI sebagai wadah dari media online perlu untuk masuk ke dalam ekosistem itu sehingga bisa membantu anggotanya.

"AMSI harus masuk ke dalam ekosistem itu sehingga insustri media perlu disehatkan. Salah satunya kami akan membentuk agency bisnis sendiri untuk memastikan agar konten berkualitas dan tetap mendapat revenue,” terangnya lagi.

Video Terkini