Sukses

Jack Ma Gigit Jari, China Denda Ant Group Rp 15 Triliun

China akan mengenakan denda lebih dari Rp 15,6 triliun pada perusahaan fintech milik Jack Ma, Ant Group. Simak selengkapnya.

Liputan6.com, Jakarta - Pihak berwenang China akan mengenakan denda lebih dari USD 1 miliar atau sekitar Rp 15,6 triliun pada perusahaan fintech milik Jack Ma, Ant Group.

Denda ini pun akan menjadi salah satu sanksi terbesar yang dikenakan pada perusahaan internet China sejak perusahaan transportasi online terkemuka, Didi Global menghadapi denda senilai USD 1,2 miliar oleh regulator keamanan siber China pada Juli 2022.

Dikutip dari US News, Rabu (23/11/2022) denda ini datang karena Ant Group diduga melakukan pelanggaran "ekspansi modal yang tidak teratur", juga risiko keuangan yang disebabkan oleh perusahaan tersebut. 

Tiga sumber yang mengetahui masalah itu menyebutkan, Bank Sentral China atau People's Bank of China (PBOC)  telah menjai komunikasi informal dengan pihak Ant Group selama beberapa bulan terakhir.

Mereka juga berencana untuk mengadakan lebih banyak diskusi dengan regulator lainnya tentang perombakan Ant Group akhir tahun ini dan mengumumkan denda pada kuartal kedua tahun depan.

Denda pada Ant Group dapat membantu membuka jalan bagi perusahaan itu mendapatkan lisensi yang telah lama ditunggu-tunggu, dan akhirnya menghidupkan kembali rencananya untuk debut di pasar publik.

Seperti diketahui, pemerintah China menghentikan langkah IPO Ant Group pada November 2020 menyusul kritik yang dilontarkan Jack Ma ke pemerintah. Jack Ma mengkritik sistem regulasi di China menghambat inovasi.

Ant Group sendiri telah secara resmi menjalani perombakan bisnis sejak April tahun lalu dengan menjadi perusahaan induk keuangan, mematuhi aturan dan persyaratan modal yang serupa dengan bank.

2 dari 3 halaman

Nasib Jack Ma, Dimusuhi Pemerintah hingga Harta Susut dan Terlempar Jadi Orang Terkaya Kelima di China

Nama Jack Ma sangat dijkenal di dunia terutama mereka yang berkecimpung di sektor digital. Meski dalam beberapa tahun terakhir, mantan miliarder nomor wahid di China itu terlihat terus menarik diri dari kerajaan internet yang dia dirikan lebih dari 20 tahun lalu. Jack Ma seakan menghilang di tengah kampanye besar-besaran Beijing untuk mengendalikan raksasa internet negara itu.

Ma, orang terkaya kelima di China dengan kekayaan bersih USD 20,6 miliar, diketahui berencana melepaskan kendali raksasa fintech Ant Group tiga tahun setelah dia mengundurkan diri dari pucuk pimpinan raksasa e-commerce Alibaba.

Menurut laporan tahunan terbaru Alibaba, melansir laman Forbes, Selasa (15/11/2022), Ma akan secara bertahap mengurangi kepentingan ekonomi langsung dan tidak langsungnya di Ant menjadi tidak lebih dari 8,8 persen.

Pria berusia 58 tahun itu saat ini mengendalikan lebih dari 50 persen perusahaan yang berbasis di Hangzhou melalui perusahaan induk investasi terkait, tetapi dapat mengalihkan sebagian hak suara ke eksekutif Ant termasuk Kepala Eksekutif Eric Jing.

Langkah ini dilakukan saat Ant membuat ulang dirinya menjadi perusahaan induk keuangan seperti yang dipersyaratkan oleh bank sentral negara tersebut, yang meningkatkan pengawasan pinjaman dan aplikasi pembayaran digital seperti Ant's Alipay.

Saat ini, valuasi perusahaan jatuh. Menurut beberapa perkiraan angkanya anjlok lebih dari 70 persen ke level USD 70 miliar. Ini setelah IPO senilai USD 35 miliar dibatalkan pada akhir tahun 2020 oleh regulator keuangan China.

Tercatat, perusahaan menghasilkan laba 3,7 miliar yuan (USD 555 juta) pada kuartal Maret, turun 17% dari tahun sebelumnya, menurut laporan bursa saham Alibaba.

Alibaba memegang sepertiga saham di Ant, dan melaporkan hasil keuangan yang terakhir di bawah investee metode ekuitas.

Jack Ma lama  tidak terlihat oleh publik selama dua tahun terakhir. Kemudian baru-baru ini superyacht Zen berukuran 88 meter miliknya terlihat pada Juni berlabuh di pulau Mallorca, Spanyol. Diikuti dengan kunjungan Ma ke universitas Belanda untuk belajar tentang produksi pangan berkelanjutan.

3 dari 3 halaman

Harta Miliarder China Turun Hingga Rp 14,2 Kuadriliun

Kesengsaraan ekonomi, politik, dan pandemi China telah berkontribusi pada penurunan kekayaan terbesar di negara itu sejak Forbes mulai melacak harta miliarder di sana lebih dari dua dekade lalu.

Kini kekayaan gabungan dari 100 orang terkaya China kembali anjlok sekitar 39 persen menjadi USD 907,1 miliar atau sekitar Rp 14,2 kuadiriliun dari USD 1,48 triliun dalam daftar tahun lalu. Dari 100 nama dalam daftar, 79 di antaranya turun, 12 orang kembali, 4 orang mengalami perpecahan, 3 orang pendatang baru, dan hanya 2 orang yang lebih kaya.

Di samping itu, kekayaan juga menurun di tengah kekhawatiran tentang politik China setelah Kongres Partai Komunis pada Oktober. Lebih dari 12 persen jatuhnya nilai yuan terhadap dolar AS pada tahun lalu.

Dua metrik utama mengalami kerugian besar: indeks saham acuan CSI 300 China daratan turun lebih dari seperempat nilainya sejak daftar terakhir muncul, sementara Indeks Hang Seng Hong Kong bernasib lebih buruk, terjun hampir 41 persen.

Meski begitu, posisi puncak masih dipegang oleh Zhong Shanshan, ketua pemasok air minum dalam kemasan top China Nongfu Spring.

Di antara penurunan dramatis bagi banyak orang, kekayaan Zhong bernasib relatif baik, turun hanya 5 persen menjadi USD 62,3 miliar dari USD 65,9 miliar tahun lalu.

Zhong menderita kurang dari banyak orang karena investasinya yang cerdas ke pemasok tes Covid di Beijing Wantai Biological Pharmacy dan dari memasok komoditas vital air minum.

Kemudian ada Zhang Yiming yang menjadi pendiri dan mantan ketua dan CEO Bytedance, pemilik aplikasi video TikTok yang sangat populer, berada di nomor dua. Miliarder tersebut saat ini mengantongi harga senilai USD 49,5 miliar, turun hampir 17 persen dari tahun lalu di tengah penurunan penilaian perusahaan media sosial di seluruh dunia.

Selanjutnya di posisi ketiga diisi oleh Robin Zeng, ketua pembuat baterai kendaraan listrik terbesar di dunia CATL. Zeng diperkirakan memiliki kekayaan bersih senilai USD 28,9 miliar, turun 43 persen dari UDS 50,8 miliar tahun lalu.