Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan energi Rusia, Gazprom mengatakan akan mengurangi pasokan gas alam melalui pipa tersisa menuju Eropa yang melewati Ukraina.
Disebutkan, Gazprom akan memangkas aliran gas ke Moldova, sebuah negara di perbatasan barat daya Ukraina mulai Senin (28/11).
Baca Juga
Dilansir dari CNN Business, Kamis (24/11/2022) melalui akun telegram resminya, Gazprom mengatakan akan memotong aliran gas melalui titik transit Sudzha, dengan jumlah sama yang diklaim ditahan Ukraina untuk mencapai Moldova.
Advertisement
"Volume gas yang dipasok oleh Gazprom ke GIS Sudzha untuk transit ke Moldova melalui wilayah Ukraina melebihi volume yang ditransmisikan di perbatasan Ukraina dengan Moldova," kata perusahaan itu.
Sebelumnya, perusahaan energi Ukraina Naftogaz membantah tuduhan yang menyebutnya menahan sebagian gas yang disalurkan melalui wilayahnya. "Sekali lagi, singkatnya ini tidak benar," terang Naftogaz.
Operator Sistem Transmisi Gas Ukraina (GTSOU) membeberkan dalam pernyataannya bahwa semua gas Rusia yang diterima di titik masuk Sudzha untuk transit selanjutnya ke Moldova dipindahkan ke titik keluar di sepanjang perbatasan bersama mereka.
"Ini bukan pertama kalinya Rusia menggunakan gas sebagai instrumen tekanan politik. Hal itu memanipulasi fakta untuk membenarkan keputusannya membatasi volume pasokan gas ke negara-negara Eropa," ujar Direktur Urusan Pemerintah dan Internasional di GTSOU, Olga Bielkova.
Selain itu, Direktur Energi, Iklim, dan Sumber Daya di Eurasia Group, Henning Gloystein juga mengungkapkan bahwa Moldova "di masa lalu telah menyimpan sebagian gasnya di Ukraina".
"Jadi argumen bahwa itu ditahan di Ukraina oleh Ukraina tidak dapat diperdebatkan," tegasnya.
Sekilas Tentang Aliran Gas di Moldova dari Rusia
Moldova bukan anggota Uni Eropa, meskipun sedang dalam proses pengajuan untuk menjadi salah satu bagian dari organisasi tersebut.
Rusia memasok Moldova dengan sekitar 5 juta meter kubik gas per hari. Sebagian kecil gas itu digunakan negara Uni Eropa untuk memberi daya pada rumah dan bisnis mereka setiap harinya, menurut data dari Independent Commodity Intelligence Services.
Selain Moldova, Rusia juga biasanya mengirim gas ke Eropa melalui pipa TurkStream yang mengalir melalui Turki ke Bulgaria.
"Pemotongan kecil biasanya akan mengarah pada pemotongan besar," kata Kateryna Filippenko, analis utama untuk pasar gas global di konsultan Wood Mackenzie, kepada CNN Business, merujuk pada pemotongan gas oleh Moskow melalui pipa Nord Stream 1 selama musim panas.
Pada Juni 2022, Gazprom mengurangi aliran gas melalui pipa tersebut hingga 40 persen dari kapasitasnya. Kemudian pada bulan September, tidak ada gas yang mengalir dari Nord Stream 1 sama sekali.
"Risiko bahwa gas itu akan diputus ke Ukraina benar-benar, sangat tinggi," sebut Filippenko, menambahkan bahwa dia memprediksi penutupan secara penuh terjadi sebelum akhir tahun.
Advertisement
Begini Peran Besar Gas Bumi di Masa Transisi Energi
Transisi energi disebut merupakan sebuah keniscayaan. Meski mencapai hal tersebut masih membutuhkan waktu, seperti terlihat pada kondisi saat ini.
Dampak memanasnya kondisi geopolitik akibat perang Rusia-Ukraina dan sejak pandemi Covid-19 menghampiri, negara-negara maju justru balik arah kembali mengandalkan energi fosil, salah satunya migas demi memenuhi kebutuhan energi mereka.
Indonesia harus juga memperhatikan hal ini, dengan memanfaatkan secara optimal sumber daya gas bumi. Pengamat Migas dari Universitas Trisakti,Pri Agung Rakhmanto mengungkapkan dalam kajiannya selama 2012-2021 porsi pemanfaatan gas untuk kepentingan domestik rata-rata meningkat sekitar 1,5 persen per tahun.
Porsi pemanfaatan gas untuk domestik tercatat meningkat dari 52 persen pada 2012 menjadi 65 persen pada 2021. "Sektor industri dan pupuk tercatat sebagai kontributor utama dalam peningkatan konsumsi gas bumi domestik," kata Pri Agung di Jakarta.
Porsi konsumsi gas bumi sektor industri dan pupuk masing-masing tercatat sekitar 26,68 persen dan 12,73 persen dari total produksi gas nasional.
Selain itu, Penemuan cadangan migas Indonesia tahun 2020-2021 didominasi oleh gas bumi. Seperti penemuan di Bronang-02, West Belut, Parang-02, Rembang-3B, dan Wolai02.
Program strategis nasional sektor energi juga didominasi oleh gas bumi, seperti Proyek Abadi Masela dan Indonesia Deepwater Development (IDD).
“Dalam perkembangannya gas akan memiliki peran yang lebih penting sebagai jembatan dalam pelaksanaan transisi energi dari fosil menuju ke EBT,” jelas dia.
Gas bumi memiliki kontribusi besar dalam bauran energi primer Indonesia. Saat ini porsi gas dalam bauran energi primer Indonesia sebesar 19,3 persen dan diproyeksikan akan terus meningkat.
Melalui Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), pemerintah memproyeksikan porsi gas bumi dalam bauran energi primer Indonesia 2050 menjadi sekitar 24 persen, terbesar kedua setelah EBT.
Dibahas di IOG 2022
Optimalisasi pemanfaatan gas bumi di era transisi energi bakal dikupas dan dibahas secara lebih komperehensif dalam “3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022” (IOG 2022).
Konvensi internasional ini digelar selama tiga hari dari 23-25 November 2022 secara hybrid melalui online dan secara offline di Bali yang dihadiri lebih dari 120 pembicara nasional dan internasional dengan target Peserta tahun ini adalah sebesar 10.000 peserta online dan 1.200 peserta offline.
Abdul Wahid, Anggota Komisi VII DPR RI, menyambut positif inisiatif untuk mempertemukan para stakeholder di industri hulu migas. Pemerintah kata dia memang tidak bisa sendiri mengusahakan peningkatan pemanfaatan migas, terutama gas.
“Dalam kaadaan krisis seperti ini, semua pihak harus saling bahu membahu. Termasuk swasta, dalam menemukan cadangan energi. IOG 2022 diharapkan dapat menarik investor di bidang migas,” jelas Abdul.
Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) belum lama ini mengakui butuh waktu sebelum EBT siap untuk digunakan secara optimal. Untuk itulah ada peran gas sebagai alternatif utama di masa transisi. Apalagi dalam beberapa tahun ke belakang banyak ditemukan cadangan gas yang bisa menjadi modal besar untuk mencapai ketahanan energi Indonesia.
“Kita punya gas. Ditambah lagi ada penemuan gas- gas baru di Sumatera Utara dan potensi yang besar di Jawa Timur. Makanya sekarang lagi dibangun jaringan gas agar semua tersambung dari ujung Sumatera sampai ke Jawa Timur. Langkah ini bentuk ketahanan energi kita jangka ke depan,” jelas Arifin.
Advertisement