Sukses

Efek G20, Indonesia Aman dari Krisis Ekonomi 2023?

Pasca perhelatan Group of Twenty atau G20 di Bali, Indonesia, yang berlangsung pada 15-16 November 2022 lalu. Hal ini memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Pasca perhelatan Group of Twenty atau G20 di Bali, Indonesia, yang berlangsung pada 15-16 November 2022 lalu. Banyak pihak yang mengapresiasi kesuksesan Indonesia karena telah berhasil menyelenggarakan pertemuan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia ini. Tak hanya itu, hasil yang dicapai dalam agenda tersebut dinilai memiliki kesepakatan penting dan positif bagi perekonomian domestik.

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 telah berhasil mengesahkan Deklarasi Pemimpin G20 yang menitikberatkan kepada kolaborasi untuk semua pihak dalam menghadapi tantangan krisis ekonomi global yang terjadi. Karena itu diperlukan komitmen semua pihak dalam melakukan kerja sama kebijakan makro dengan agenda utama pemulihan global yang dapat menghasilkan pembangunan berkelanjutan, pertumbuhan ekonomi, dan membuka lapangan pekerjaan.

Meski begitu, tantangan krisis ekonomi global masih melanda akibat dari berbagai faktor, terutama perang yang tak berkesudahan antara Rusia dan Ukraina, konflik geo-ekonomi para negara adikuasa, hingga pada persoalan supply and demand yang menimbulkan tekanan pada perekonomian dunia. Karena persoalan tersebut, timbul gejolak yang bisa berdampak pada gejala resesi ekonomi global dan berpotensi menjadi lebih parah pada kurun waktu 2023.

Menanggapi isu global pada perekonomian nasional, Ketua Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Fajar Hirawan, optimistis ekonomi dalam negeri akan aman dari tekanan ekonomi global pada 2023. Menurutnya, terdapat faktor internal yang membuat pilar ekonomi domestik Tanah Air kuat.

“Ekonomi kita ditopang lebih dari 50 persen oleh konsumsi rumah tangga. Pasca pandemi, kita bisa lihat, masyarakat membelanjakan uangnya baik untuk konsumsi dan investasi, dari yang sebelumnya selama pandemi tertahan,” ujar Fajar Hirawan, dalam diskusi mengangkat tema "Efek Ekonomi G20 di Indonesia: Melihat Opportunity Investasi", Jumat (25/11/2022).

 

2 dari 3 halaman

Harga Komoditas Masih Tinggi

Di sisi lain, menurut Fajar, ekonomi nasional masih beruntung karena ditopang harga komoditas yang saat ini sedang berada pada level tinggi di dunia.

“Indonesia masih aktif mengekspor barang-barang yang sifatnya ekstraktif, seperti kelapa sawit, batu bara dan lainya, yang masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat dunia,” katanya.

Dampak penyelenggaraan KTT G20 yang telah menghasilkan beberapa kesepakatan, menurut Fajar, dinilai menguntungkan bagi Indonesia.

“Kita turut mengapresiasi. Poin penting lainnya dari pertemuan G20 ini ialah fokus menciptakan stabilitas di kawasan atau di dunia secara umum, itu kemudian akan berpengaruh pada stabilitas ekonomi di masing-masing negara, dan Indonesia berhasil dalam konteks menggaungkan pentingnya kerja sama ekonomi di dunia internasional,” ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Manfaat Pertemuan G20

Lebih lanjut, dia menilai pertemuan G20 memberikan penguatan dalam melakukan sinergi dan kerjasama pada berbagai negara untuk menghadapi tantangan ekonomi global yang dinilai semakin beragam.

”Adanya kesepakatan seperti Pandemic Fund, meskipun nilainya belum terlalu besar, yakni sekitar USD 1,5 miliar. Dan Indonesia sendiri menyumbang sekitar USD 50 juta, namun ini merupakan starting point yang bagus,” ujarnya.

Sementara itu, Praktisi Keuangan dan Investasi Benny Sufami menganalisa bahwa tantangan ekonomi pada 2023, selain menimbulkan tekanan, juga menghasilkan peluang ekonomi.

"Kita sudah pernah mengalami krisis pada 1998, 2008, 2020, dan kita mampu melewatinya. Ke depan, tentu memiliki peluang, apalagi tahun 2024, di Indonesia ada pemilu, yang kemudian menjadi tenaga baru untuk bursa saham kita bisa mengalami kenaikan kembali. Dan ini, kalau kita cerna dengan baik adalah waktu yang baik untuk investasi dengan melihat profil risiko masing-masing,” kata Benny.