Liputan6.com, Jakarta Husky-CNOOC Madura Limited (HCML) kembali membuat pencapaian dengan sukses melakukan penandatanganan dokumen komersial Head of Agreement/HoA Jual Beli Gas Bumi (Non Binding) di acara “International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022” (IOG 2022), di Bali, Jumat (25/11). Penandatanganan ini menandakan kesuksesan HCML mendapatkan kepastian serapan gas bumi oleh pembeli akhir.
Baca Juga
VP Marketing, Legal & Business Support HCML, Wahyudin Sunarya melakukan penandatangan HoA dengan PT Pertamina Gas Negara Tbk. (PGN) yang diwakili langsung oleh Direktur Utama PT PGN Tbk., Muhammad Haryo Yunianto.
Advertisement
Dalam perjanjian jual beli gas bumi ini, HCML akan mensuplai gas ke PGN sebesar 14 MMSCFD sejak tahun 2022 hingga 2024, dan akan meningkat menjadi 25 MMSCFD sejak tahun 2025 hingga seterusnya, dengan harga USD 7/MMBTU. HoA ini akan berlaku pada tanggal penandatanganan sampai dengan ditandatanganinya PJBG yang akan menggantikan HoA ini.
Selain dengan PGN, HCML juga melakukan penandatangan HoA dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) yang diwakili oleh Direktur Gas dan BBM PT PLN Batubara, Rakhmad Dewanto.
Dalam perjanjian ini, HCML akan mensuplai gas ke PLN sebesar 25 MMSCFD (interruptible hingga 50 MMSCFD) untuk tahun 2023, dengan harga USD 6,98/MMBTU, hingga 31 Desember 2030, berakhirnya PSC, atau tanggal pengakhiran PJBG.
"Kami mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan semua pihak terutama SKK Migas sehingga kami dapat menandatangani HoA dengan PLN dan PGN agar realisasi penyerapan gas yang diproduksikan oleh HCML dapat berjalan dengan baik. Sumber gas untuk memenuhi kedua perjanjian jual beli ini diambil dari Lapangan MDA-MBH-MDK-MBF HCML yang berada di area kontrak PSC Madura Strait,” ujar Wahyudin.
Begini Peran Besar Gas Bumi di Masa Transisi Energi
Transisi energidisebut merupakan sebuah keniscayaan. Meski mencapai hal tersebut masih membutuhkan waktu, seperti terlihat pada kondisi saat ini.
Dampak memanasnya kondisi geopolitik akibat perang Rusia-Ukraina dan sejak pandemi Covid-19 menghampiri, negara-negara maju justru balik arah kembali mengandalkan energi fosil, salah satunya migas demi memenuhi kebutuhan energi mereka.
Indonesia harus juga memperhatikan hal ini, dengan memanfaatkan secara optimal sumber daya gas bumi. Pengamat Migas dari Universitas Trisakti,Pri Agung Rakhmanto mengungkapkan dalam kajiannya selama 2012-2021 porsi pemanfaatan gas untuk kepentingan domestik rata-rata meningkat sekitar 1,5 persen per tahun.
Porsi pemanfaatan gas untuk domestik tercatat meningkat dari 52 persen pada 2012 menjadi 65 persen pada 2021. "Sektor industri dan pupuk tercatat sebagai kontributor utama dalam peningkatan konsumsi gas bumi domestik," kata Pri Agung di Jakarta.
Porsi konsumsi gas bumi sektor industri dan pupuk masing-masing tercatat sekitar 26,68 persen dan 12,73 persen dari total produksi gas nasional.
Selain itu, Penemuan cadangan migas Indonesia tahun 2020-2021 didominasi oleh gas bumi. Seperti penemuan di Bronang-02, West Belut, Parang-02, Rembang-3B, dan Wolai02.
Advertisement
Program Strategis Nasional
Program strategis nasional sektor energi juga didominasi oleh gas bumi, seperti Proyek Abadi Masela dan Indonesia Deepwater Development (IDD).
“Dalam perkembangannya gas akan memiliki peran yang lebih penting sebagai jembatan dalam pelaksanaan transisi energi dari fosil menuju ke EBT,” jelas dia.
Gas bumi memiliki kontribusi besar dalam bauran energi primer Indonesia. Saat ini porsi gas dalam bauran energi primer Indonesia sebesar 19,3 persen dan diproyeksikan akan terus meningkat.
Melalui Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), pemerintah memproyeksikan porsi gas bumi dalam bauran energi primer Indonesia 2050 menjadi sekitar 24 persen, terbesar kedua setelah EBT.