Liputan6.com, Jakarta Realisasi anggaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 31 Oktober 2022 mencapai Rp 5,08 triliun atau 80,59 persen dari pagu anggaran OJK sebesar Rp 6,30 triliun.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mirza Adityaswara, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR RI, Senin (28/11/2022).
Baca Juga
“Sementara itu prediksi realisasi anggaran hingga 31 Desember 2022 adalah sebesar Rp 6,3 triliun atau 99,92 persen lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun 2021 yang saat itu 94,87 persen. Karena kegiatan tatap muka sudah mulai berjalan normal seiring penurunan dampak pandemi covid-19,” ujarnya.
Advertisement
Adapun sampai dengan 16 November 2022 realisasi anggaran sudah mencapai 82,57 persen dengan prediksi realisasi anggaran sampai 30 November adalah 88,61 persen.
Lebih lanjut, realisasi penerimaan OJK sampai dengan tahap III per 17 Oktober 2022 sebesar Rp 5,7 triliun atau 77,43 persen dari proyeksi penerimaan tahun 2022, dan potensi penerimaan tahap IV 2022 diproyeksikan mencapai Rp 1,68 triliun.
Disamping itu, dia memproyeksi penerimaan OJK tahun 2022 mencapai Rp 7,45 triliun, yang disusun berdasarkan data realisasi penerimaan sampai dengan tahap III-2022 yaitu per 17 Oktober 2022, ditambah potensi penerimaan seluruh jenis pungutan yang akan diperoleh sampai dengan akhir tahun 2022.
Pihaknya pun menyampaikan rencana kegiatan OJK di kuartal IV kepada Komisi XI, antara lain, terkait penguatan pengawasan melalui penyelesaian kajian, sosialisasi peraturan, termasuk sosialisasi arah kebijakan OJK, beberapa kegiatan edukasi finansial, serta penyelesaian pekerjaan pengadaan infrastruktur dan non IT.
OJK: Kinerja Perbankan 2022 Baik, Risiko Kredit Turun
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae, menyampaikan kinerja perbankan terjaga baik ditopang oleh risiko kredit yang mulai menurun.
Kemudian juga ditopang oleh likuiditas yang masih memadai untuk mendukung penyaluran kredit serta permodalan yang kuat.
“Secara umum intermediasi perbankan relatif baik dengan LDR berkisar 78 persen hingga 92 persen,” kata Dian Ediana Rae dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR RI, Senin (28/11/2022).
Selanjutnya, intermediasi ini terjaga solid, dimana kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) sama-sama tumbuh. Dengan pertumbuhan kredit melebihi pertumbuhan DPK. Selain itu, rasio keuangan lainnya dapat dikatakan sangat kuat dan memadai.
“Antara lain NPL Gross terus menurun, kemudian coverage CPKN menguat dan meningkat seiring penurunan NPL, dan likuiditas masih memadai dengan AL/DPK di atas threshold,” ujarnya.
Disisi lain, permodalan juga sangat kuat dan Return on Assets (ROA) meningkat secara year on year. Dari kinerja sektor perbankan ini dapat disimpulkan bahwa resiko yang dihadapi perbankan masih manageable di tengah kenaikan suku bunga yang berpotensi mendorong kenaikan risiko kredit maupun tekanan terhadap kondisi likuiditas.
Advertisement
11 Fokus Strategi OJK
Lebih lanjut, dia menyampaikan 11 fokus strategi OJK tahun 2023 bidang perbankan, diantaranya:
1. Penguatan Organisasi dan SDM serta proses pengawasan yang didukung oleh supervisory technology.
2. Penguatan pengawasan dan perizinan yang terintegrasi
3. Pemenuhan Batas Minimum Modal Inti Bank sesual POJK Konsolidasi
4. Penguatan dan Konsolidasi Bank bagi BUK, BUS (khususnya BPD) dan BPR/BPRS
5. Kebijakan normalisasi pasca berakhirnya stimulus COVID
6. Penguatan tata kelola dan efisiensi Bank termasuk dukungan pengembangan kualitas SDM
7. Penguatan integritas LJK melalui penerapan strategi anti fraud dan APU PPT
8. Inovasi produk & pendalaman pasar sistem keuangan serta digitalisasi Bank yang mencakup ketahanan teknologi digital Bank (digital resilience)
9. Pengembangan perbankan Syariah melalui sinergi perbankan syariah dengan ekosistem ekonomi Syariah dan penguatan tata kelola dan integritas perbankan syariah.
10. Pengkajian struktur pasar keuangan Perbankan dan issue economic need test
11. Pengembangan dan dukungan terhadap sustainable finance