Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi menekankan Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia agar target investasi tahun 2022 sebesar Rp 1.200 triliun dapat terealisasi.
Jokowi menyampaikan akan ada konsekuensi terhadap pertumbuhan ekonomi jika target realisasi investasi tidak tercapai.
Baca Juga
"Tahun 2022 Rp1.200 triliun, tadi pak menteri investasi menyampaikan pasti tercapai tapi kita lihat nanti di akhir tahun. Jangan 'tercapai-tercapai' nanti kalau enggak tercapai mohon maaf Pak enggak bisa, mohon maaf mohon maaf, ini target-target," ujar Jokowi saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Investasi 2022, Rabu (30/11).
Advertisement
Jokowi mengatakan, jika target investasi Rp1.200 tidak tercapai, maka secara otomatis pertumbuhan ekonomi akan terkerek ke bawah.
Dia merujuk pada pertumbuhan ekonomi kuartal III tahun 2022, sebesar 5,72 persen. Angka ini menurut Jokowi patut diwaspadai agar tidak mengalami penurunan akibat tidak mencapai target.
Jokowi menuturkan, mendongkrak pertumbuhan ekonomi 2023 dapat dicapai melalui investasi. Sehingga, ia menekankan Kementerian Investasi agar target yang ditetapkan dapat ditembus optimal.
"Begitu target Rp1.200 enggak tercapai pertumbuhan ekonomi kita ikut turun hati-hati, karena investasi menjadi kunci," ucapnya.
Di satu sisi, pemerintah melalui asumsi makro APBN 2023 telah menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,3 persen pada tahun depan. Namun, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara buka kemungkinan bila proyeksi itu berubah, seiring situasi yang kelak terjadi.
Pertumbuhan Ekonomi
Suahasil menekankan, pemerintah berkomitmen menjaga target pertumbuhan ekonomi 5,3 persen. Kendati pun proyeksi yang disusun pada September 2022 itu bisa berubah, lantaran adanya prediksi pelemahan ekonomi global di tahun depan.
Menurut dia, pelaksanaan APBN 2023 baru betul-betul akan dimulai pada Januari 2023. Pada saat bersamaan, pemerintah juga akan terus melakukan penyesuaian dengan kondisi ekonomi yang terjadi sampai akhir 2022.
"Saat kita mikir di September 2022 itu 5,3 persen. Tapi ketika kita melaksanakan, kita harus aware ke seluruh gerak ekonominya. Maka APBN kita desain 5,3 persen, pelaksanaannya kita perhatikan mulai Januari," ujar Suahasil dalan acara Wealth Wisdom di Pacific Place, Jakarta, Selasa (29/11).
Advertisement
Jokowi Murka, Kepala Daerah Masih Simpan APBD Rp 278 Triliun di Bank
Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali dibuat gusar oleh kepala daerah, lantaran masih adanya alokasi anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) senilai Rp 278 triliun yang masih tersimpan di bank sampai hari ini.
Hal itu disampaikan Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional Investasi 2022 di Ritz-Carlton Hotel Jakarta, Rabu (30/11/2022).
"Mumpung ada gubernur, saya ingatkan, pagi tadi saya cek, uang yang ada di bank masih Rp 278 triliun," ujar Jokowi.
Jokowi pun menyesali, di saat arus modal masuk dalam bentuk investasi antri, anggaran daerah justru masih tersimpan aman di bank.
"Kita ini cari uang dari luar untuk masuk, terjadi pertukaran uang. Tetapi yang kita sendiri, transfer dari Menteri Keuangan ke kepala daerah justru tidak dipakai. Kata bu Menteri (Sri Mulyani Indrawati) ada beberapa anggaran di kabupaten/kota/provinsi yang ada di bank yang belum dipakai," bebernya.
"Tadi saya sudah bicara ke pak Mendagri, tolong dicek saldo-saldonya. Situasi sangat sulit, tapi malah itu didiemin di bank, tidak dibelanjakan. Gede banget, Rp 278 triliun," pinta Jokowi.
Jokowi lantas minta kepala daerah agar sisa APBD 2022 segera dibelanjakan, terlebih kini sudah mendekati tutup tahun.
"Realisasi belanja nasional sudah masuk di angka 76 persen, daerah baru 62 persen. Besok sudah Desember. Artinya, arus modal masuk lewat investasi, tapi uang yang ada di kantong sendiri tidak direalisasikan," pungkas Jokowi.
Jokowi Sentil Realisasi APBN Minim, Miris Terbesar Masih buat Gaji PNS
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyentil para jajaran menteri jika penyerapan anggaran atau realisasi APBN saat ini masih sangat rendah. Mirisnya, realisasi belanja negara yang paling besar masih untuk membayar gaji PNS.
Dari catatan Jokowi, realisasi belanja APBN sampai saat ini baru 62,5 persen. Dari realisasi ini paling besar untuk belanja pegawai, sedangkan belanja modal hanya 45,8 persen. Padahal ini yang membantu perekonomian justru masih rendah.
“Yang paling tinggi ya belanja pegawai karena ini rutinitas yang keluar tapi yang belanja modal belanja barang dan jasa masih sangat rendah termasuk bansos,” tegas Jokowi dalam pengantar sidang kabinet yang dikutip dari Youtube Sekretariat Presiden, Rabu (12/10/2022).
Jokowi pun meminta pada menteri kabinet kerja memperkuat konsolidasi antar Kementerian atau lembaga sesuai dengan lingkupnya masing-masing.
Konsolidasi untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi dunia, krisis pangan, krisis energi hingga krisis keuangan.
"Dan nanti beberapa menteri dan menko akan saya ajak untuk berbicara yang berkaitan dengan stress test. Sampai seberapa jauh kekuatan kita kalau badainya itu datang lain yang berkaitan garansi kurs, inflasi, berkaitan dengan growth, berkaitan dengan pangan kita, energi kita, semuanya harus kita test betul," jelasnya.
Semua hal, kata Jokowi harus dihitung dengan beragam rencana atau simulasi dalam menghadapi kondisi yang ada.
"Sampai plan a, plan b, plan c, sampai yang paling buruk semuanya harus kita hitung. Sehingga sekali lagi, situasi semakin memburuk dan antisipasi dampak dari domestik harus disiapkan betul," pungkasnya.
Advertisement