Sukses

Ramalan Jokowi di 2023: Ekspor Indonesia Turun, Resesi Eropa Tinggal Tunggu Waktu

Presiden Joko Widodo atau Jokowi kembali mewanti-wanti soal kondisi ekonomi global pada tahun 2023. Termasuk potensi pelemahan ekonomi hingga ancaman adanya resesi.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi kembali mewanti-wanti soal kondisi ekonomi global pada tahun 2023. Termasuk potensi pelemahan ekonomi hingga ancaman adanya resesi.

Pada kesempatan ini, Jokowi mengungkap kalau ekspor barang-barang dari Indonesia bakal mengalami penurunan. Ini imbas dari kondisi ekonomi global yang terjadi.

"Menurut saya ekspor, ekspor Indonesia yang tahun ini (dari) tahun yang lalu melompat sangat tinggi sekali tapi hati-hati tahun depan bisa menurun. Karena problem di Tiongkok yang belum selesai. Tingkat ekonomi mereka juga turun karena policy no covid," ujarnya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di JCC Senayan, Rabu (30/11/2022).

Selain itu, Jokowi lagi-lagi mengingatkan potensi resesi di negara-negara barat seperti Uni Eropa. Menurutnya, pelemahan ekonomi yang terjadi, bakal mempengaruhi ekonomi Eropa menuju resesi yang tinggal menunggu waktu.

"Kemudian di uni eropa juga sama, pelemahan ekonomi pasti. Resesinya kapan tinggal ditunggu saja, kita tunggu saja, pelemahan ekonomi pasti," ujarnya.

"Di Amerika juga sama, The Fed Fund Rate terus naik, artinya tuh ngerem pertumbuhan artinya ekonominya pasti akan melemah ekspor kita kesana juga gede banget, ekspor kita ke Tiongkok ke China itu gede banget ke Uni Eropa juga gede, oleh sebab itu hati-hati, hati-hati," imbuh Jokowi.

Jokowi menegaskan, dengan kondisi demikian, seluruh pihak harus hati-hati menghadapi tahun 2023. Meski begitu, ia tetap sepakat kalau mengenai pertumbuhan ekonomi, harus dipandang secara optimis.

"Oleh sebab itu, di 2023 betul-betul kita harus hati-hati dan waspada, saya setuju bahwa kita harus optimis, tetapi harus hati-hati dan waspada," tegasnya.

 

2 dari 4 halaman

Pemimpin G20 Makin Pusing

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyampaikan kondisi ekonomi global bakal tidak pasti. Bahkan, dia mengaku kalau semua pemimpin negara anggota G20 semakin pusing.

Jokowi menuturkan, kondisi semakin pusingnya pemimpin dunia itu digambarkan dengan semakin mengerutnya dahi. Selain itu, Jokowi kembali menyinggung soal rambut putih yang terlihat dari para pemimpin dunia tersebut.

"Saya menyimpulkan semuanya pusing, semuanya pusing. Benar saya melihat, kerutan di wajahnya tambah semuanya, rambutnya disini tambah putih semuanya," kata dia dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (30/11/2022).

Bukan tanpa alasan, Jokowi mengatakan hal ini lantaran kondisi ekonomi global yang tidak pasti. Bahkan, tidak ada negara manapun yang mampu meghitung prediksi pasti.

"Memang situasi global ini confirm, tidak pasti. Masih tidak pasti, ruwet, complicated, sulit dihitung, sulit diprediksi," sambungnya.

"Sehingga tadi, semuanya pusing, misalnya satu saja harga minyak, siapa yang bisa menentukan? Jatahnya produsen-produsen minyak yang gede-gede gak bisa memprediksi, yang akan di cap harga minyak lebih menyulitkan lagi hitungnya seperti apa," tambah Jokowi.

 

3 dari 4 halaman

2023 Masuk Resesi

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengingatkan menteri dan kepala daerah untuk bekerja lebih keras di tengah situasi yang tidak normal saat ini. Terlebih, kata dia, resesi global diperkirakan akan mulai masuk pada awal 2023.

"Tidak bisa kita kerja normal normal dalam keadaan yang tidak normal, enggak bisa. Dan tahun depan, tahun 2023 ini akan jauh lebih sulit lagi untuk semua negara. Dan diperkirakan awal tahun depan sudah masuk kepada resesi global," jelas Jokowi dalam Pembukaan Rakornas Investasi di Jakarta, Rabu (30/11/2022).

Menurut dia, semua negara saat ini berada pada situasi yang sangat sulit karena dihantui inflasi, ekonomi anjlok, krisis energi, krisis pangan, dan krisis finansial.

 

4 dari 4 halaman

Hati-Hati Ambil Keputusan

Untuk itu, Jokowi menekankan jajarannya untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan sebab risikonya sangat besar apabila salah.

"Begitu salah risikonya gede sekali. Karena situasinya betul-betul situasi yamg tidak normal, baik kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter, hati-hati. Ini selalu terus saya sampaikan karena memang keadaannya tidak pada keadaan yang normal," ujarnya.

Jokowi menuturkan di tengah kondisi dunia yang sulit ini, investor menjadi rebutan semua negara. Pasalnya, semua negara ingin ada arus modal yang masuk untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

"Semua rebutan yang namanya investasi, sekali lagi yang namanya investor itu jadi rebutan semua negara," kata Jokowi.