Liputan6.com, Jakarta - Gelaran piala dunia selalu mendapat antusiasme tinggi dari masyarakat. Tak ayal banyak perusahaan menjajakan produknya lewat iklan selama piala dunia berlangsung.
Managing Director Wavemaker Indonesia, Amir Suherlan menyebutkan, tren kenaikan belanja iklan ini terjadi hampir di semua sektor.
Baca Juga
"Efeknya mungkin belanja iklan khusus di bulan yang bersangkutan peningkatannya 30–50 persen periklanannya. Apalagi mungkin untuk beberapa produk atau merek yang secara langsung mensponsori, itu bisa sampai 2-3 kali lipat," kata Amir dalam acara Money Buzz bertajuk World Cup and Its Influence, Jumat (2/12/2022).
Advertisement
Meski begitu, Amir mengatakan, kemungkinan belanja iklan juga tak akan banyak berdampak pada kinerja keuangan perusahaan untuk periode satu tahun penuh. Hal itu lantaran piala dunia hanya berlangsung singkat, sehingga jika terjadi pembengkakan belanja iklan hanya akan terjadi pada periode singkat itu.
"Memang pada bulan yang bersangkutan sangat signifikan belanja iklannya, tapi karena memang ini hanya kegiatan sebulan atau 6 minggu, dampaknya untuk satu tahun mungkin masih di bawah 10 persen efek kenaikan belanja,” ujar Amir.
Dia menambahkan, belanja iklan saat ini banyak dialokasikan untuk media digital. Hal itu mengikuti tren konsumsi media oleh masyarakat yang bergeser dari siaran konvensional ke media digital.
Sebagai gambaran, sekitar 10 tahun lalu hampir 60 persen belanja iklan ditempatkan pada media televisi. Namun, lambat laun mayoritas belanja iklan ditempatkan pada media digital dengan porsi 55–60 persen.
"Jadi pergeserannya sudah signifikan tidak hanya berlaku buat pesan kami tapi saya yakin ini juga untuk klien-klien kami untuk industri yang ada di Indonesia itu trennya sama itu yang udah mulai bergeser kepada digital media,” tandas Amir.
10 Hari Pertama Piala Dunia 2022: Vidio Kantongi 14 Juta Penonton, Setara 140x Kapasitas Stadion Terbesar Qatar
Sebelumnya, Piala Dunia 2022 telah memasuki pertandingan hari ke-10. Seluruh tayangan Piala Dunia yang digelar di Qatar ini ditayangkan melalui platform OTT Vidio yang merupakan bagian dari EMTEK Group.
Sebagai platform OTT yang menayangkan gelaran Piala Dunia, aplikasi Vidio ternyata berhasil mencatatkan sejumlah capaian di 10 hari pertama pesta bola terbesar ini, yakni mulai dari 20 hingga 30 November 2022.
Salah satu capaian yang berhasil direngkuh adalah 14 juta pengguna Vidio telah menonton pertandingan Piala Dunia di Vidio. Jumlah itu diklaim setara dengan 140 kali lipat kapasitas stadion terbesar di Qatar, yakni Stadion Lusail.
Selain itu, konten Piala Dunia tahun ini telah ditonton sebanyak 2 miliar menit. Durasi itu sama seperti menonton 22,2 juta pertandingan sepakbola sekaligus.
Advertisement
Pengunjung Meningkat
Sejak pembukaan gelaran Piala Dunia ini, Vidio juga menjadi aplikasi gratis nomor 1 di Indonesia di semua kategori dan platform. Lalu, aplikasi Vidio juga berada sebagai aplikasi berbayar nomor satu di Play Store.
Pengunjung konten olahraga di Vidio pun meningkat cukup drastis hingga 280 persen sejak pembukaan Piala Dunia. Vidio mencatat ada 280 persen kenaikan DAU (Daily Active Users) dan time spent.
Tidak hanya itu, gelaran Piala Dunia 2022 Qatar turut mendorong pertumbuhan total user, daily user, total visit, dan total duration hingga 389 persen di Bolanet maupun Bolacom.
Pemakaian bandwidth untuk menonton Piala Dunia Qatar 2022 juga terbilang tinggi mencapai 3tb/s dengan 117 juta total plays. Jumlah ini pun diprediksi akan terus bertambah mengingat gelaran ini belum sampai hingga babak perempat final.
Vidio Kalahkan Netflix dan Disney+ di Indonesia
Sebelumnya, menurut riset Media Partners Asia (MPA), Vidio yang merupakan layanan video streaming milik PT Elang Mahkota Teknologi (Grup Emtek), menjadi layanan paling populer dalam hal konsumsi video premium di Indonesia.
Mengutip Bloomberg, Selasa (3/10/2022), Vidio bahkan disebut mengalahkan kedigdayaan Netflix dan Disney+ di pasar domestik.
Meskipun Disney+ memiliki lebih banyak pelanggan, sebagian besar berasal dari kemitraan dengan Telkomsel, masyarakat Indonesia lebih menyukai Vidio yang kini memiliki 3,5 juta pelanggan.
Vidio adalah kisah sukses layanan digital lokal yang langka, dan menjadi pelajaran berharga bagi perusahaan media lokal lainnya di seluruh dunia.
Raksasa Barat mendominasi pasar video online di hampir setiap wilayah utama di luar China. Netflix melesat ke posisi terdepan di Brasil, Meksiko, Korea Selatan, Australia, dan sebagian besar Eropa Barat.
Lalu, Amazon adalah salah satu pemain terbesar di Jepang dan wilayah Eropa tertentu. Adapun Disney+ adalah pemimpin pasar di India.
Para pemain lokal sebagian besar masih gagal menjadi pesaing alternatif dari luar negeri. Akan tetapi, masih ada peluang pasar ketika pemain luar tidak menanamkan banyak uang.
Netflix dan rekan-rekannya belum melakukan investasi besar di Indonesia. Meskipun populasinya besar, Indonesia belum memiliki industri film lokal yang signifikan dan penduduknya relatif masih miskin. (PDB per kapita berada di antara Thailand dan India)
“Sebagian besar pesaing yang Anda sebutkan, setidaknya yang dari barat, sebenarnya tidak menginvestasikan banyak uang di produksi konten lokal Indonesia,” kata Managing Director Emtek dan CEO Vidio sekaligus PT Surya Citra Media (SCM), Sutanto Hartono.
Namun, bukan berarti tidak ada peluang besar. Kue pasar video premium pun terbilang menjanjikan di Asia Tenggara.
Advertisement