Sukses

Hilirisasi Nikel Kekuatan Indonesia jadi Raja Industri Kendaraan Listrik

Cadangan mineral menempatkan Indonesia berada dalam rantai logistik mineral utama dunia. Salah satu mineral tersebut adalah nikel.

Liputan6.com, Jakarta Cadangan mineral yang dimiliki oleh Indonesia menempatkan negara ini berada dalam rantai logistik mineral utama dunia. Salah satu mineral tersebut adalah nikel.

Data dari United States Geological Survey (USGS) pada Januari 2020 dan Badan Geologi 2019 yang disarikan dari Booklet Nikel oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2020 menyatakan bahwa Indonesia memiliki 72 juta ton nikel atau setara dengan 52 persen dari total cadangan nikel dunia sebesar 139,419,000 ton.

Potensi cadangan nikel ini yang juga menjadikan The Economist memproyeksi peran Indonesia hanya akan menjadi semakin menjadi lebih penting, dalam liputannya setelah pagelaran G20.

Dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan menetapkan kebijakan untuk mengakselerasi pengembangan industri kendaraan listrik.

Targetnya, produksi EV pada 2030 dapat mencapai lebih dari tiga juta unit kendaraan listrik, termasuk motor dan mobil. Nikel adalah material utama dalam pembuatan kendaraan listrik.

Namun, permasalahan hilirisasi masih menjadi kendala utama dalam merealisasikan rencana tersebut. Salah satunya adalah besarnya jumlah investasi yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk membangun smelter.

Di sinilah komitmen pemain industri ekstraktif untuk dapat berkontribusi dalam memastikan kebutuhan nikel siap dipakai melalui kebijakan hilirisasi di perusahaannya. Seperti yang telah dilakukan oleh PT Vale Indonesia yang pada tanggal 27 November 2022 melakukan peresmian proyek penambangan nikel di Sulawesi Tenggara yang dinamai Blok Pomalaa.

Peresmian blok baru yang disaksikan secara langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan ini ditargetkan akan menghasilkan 120 kiloton nickel matte per tahun (ktpa) dan potensi menyumbang devisa sebesar 4,5 miliar dollar Amerika.

Menurut CEO PT Vale Indonesia Febriany Eddy, semenjak berdiri dari lebih 50 tahun lalu perusahaan tidak pernah mengekspor biji mentah. Perjalanan panjang ini menjadi bukti komitmen PT Vale Indonesia untuk memastikan hilirisasi nikel.

“Kami dari awal selalu memproses nikel yang kami tambang menjadi nickel matte sebelum kami ekspor. Hal ini kami lakukan untuk memastikan bahwa ekspor nikel Indonesia memiliki nilai tambah di perdagangan dunia,” jelas Febriany.

 

2 dari 3 halaman

Kendaraan Listrik

Badan Energi Internasional atau IEA memprediksi di tahun 2030 kendaraan listrik akan mewakili lebih dari 60 persen kendaraan yang dijual secara global, sebagai dampak dari kebijakan PBB untuk mewujudkan net zero emission.

Kepastian cadangan nikel berkualitas akan krusial untuk memastikan ‘suku cadang’ utama kendaraan listrik yakni baterai, untuk selalu tersedia di pasaran. PT Vale Indonesia selaku salah satu pemain veteran dalam industri nikel saat ini telah memasok paling tidak 3 persen kebutuhan nikel dunia atau setara dengan 2.6 juta ton.

Pada tahun 2021, PT Vale Indonesia memproduksi 65,388 ton matte nikel. Matte inilah yang kemudian akan diproses lebih lanjut untuk produk turunan lain yang nilai jualnya bisa lebih besar hingga sepuluh kali lipat dibandingkan nikel mentah.

Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Teuku Riefky mengatakan bahwa kenaikan harga nikel secara alamiah cenderung membuat produsen nikel ingin langsung menjual ke luar negeri.

 

3 dari 3 halaman

Perlu Perhatian

Tetapi, inisiatif Pemerintah Indonesia melakukan hilirisasi nikel perlu mendapat perhatian, salah satunya adalah regulasi penambahan nilai tambah baru nikel untuk mendekati battery cell.

Ke depannya, setiap perusahaan industri ekstraktif nikel harus menerapkan kebijakan hilirisasi untuk membantu pemerintah mempercepat visi mendirikan industri kendaraan listrik.

Menyambut hal tersebut Febry menambahkan PT Vale Indonesia tentu amat mendukung inisiatif hilirisasi pemerintah. Perusahaan telah menggelontorkan lebih dari 2,3 triliun rupiah untuk memperluas potensi sumber mineral Indonesia, menambah blok eksplorasi baru yakni Blok Pomalaa, di Sulawesi Tenggara dan Blok Bahodopi di Sulawesi Tengah. Dimana semua produk yang diekspor bukan dalam bentuk bahan mentah, melainkan sudah diolah menjadi Mix Hydroxide Precipitate (MHP) dan Ferronikel.