Sukses

Menkeu Janet Yellen Sebut Inflasi AS Bakal Melandai di 2023

Janet Yellen mengatakan akan ada pengurangan substansial dalam inflasi AS pada tahun 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengungkapkan bahwa dia memprediksi inflasi negara akan mulai berkurang di 2023 mendatang. 

Mengutip US News, Senin (12/12/2022) Yellen mengatakan akan ada pengurangan substansial dalam inflasi AS pada tahun 2023.

"Saya percaya pada akhir tahun depan Anda akan melihat inflasi yang jauh lebih rendah jika tidak ada kejutan yang tidak terduga," kata Yellen kepada CBS, dalam sebuah wawancara yang dirilis pada Minggu (11/12).

"Ada risiko resesi. Tapi menurut saya, hal itu jelas bukan sesuatu yang diperlukan untuk menurunkan inflasi," bebernya. ketika ditanya tentang kemungkinan resesi di AS. 

Sebelumnya, Federal Reserve (The Fed) telah mengatakan sudah dapat mengurangi laju kenaikan suku bunga dengan segera pada bulan Desember ini.

Hal itu diungkapkan langsung oleh Ketua The Fed, Jerome Powell pada 30 November 2022.

"Waktu untuk memoderasi laju kenaikan suku bunga mungkin datang segera setelah pertemuan di bulan Desember" kata Powell dalam pidato di think tank Brookings Institution, dikutip dari Channel News Asia.

Dia menambahkan bahwa efek penuh dari langkah bank sentral AS tersebut belum dirasakan, tetapi juga memperingatkan bahwa kebijakannya kemungkinan harus tetap ketat "untuk beberapa waktu" guna memulihkan stabilitas harga.

"Kebijakan moneter mempengaruhi ekonomi dan inflasi dengan kelambatan yang tidak pasti," katanya.

"Dengan demikian, masuk akal untuk memoderasi laju kenaikan suku bunga kami saat kami mendekati tingkat pengekangan yang cukup untuk menurunkan inflasi," tambah Powell.

 

2 dari 3 halaman

Chatib Basri: AS Harus Resesi Demi Turunkan Inflasi

Ekonom Senior dan Co-Founder Creco Research Institute Muhammad Chatib Basri, mengatakan bahwa Amerika Serikat memerlukan resesi untuk menurunkan inflasi yang tinggi.

Hal itu melihat dari data beveridge curve yakni ketidakseimbangan antara tingkat lowongan pekerjaan yang tinggi, sedangkan tingkat penganggurannya rendah.

"Yang menarik dari beverage curve di Amerika Serikat adalah bahwa lowongan pekerjaannya itu besar sekali walaupun unemployment sudah rendah. Artinya bahwa ada pekerjaan yang ditawarkan tapi orangnya tidak ada," kata Chatib Basri dalam acara Bank BTPN Economic Outlook 2023, Senin (5/12/2022).

Hal itu bisa terjadi lantaran terjadi ketidakcocokan. Sebab, lowongan pekerjaan tersebut meminta orangnya hadir langsung ke tempat kerja. Sementara, orang itu menginginkan pekerjaan yang remote alias tidak perlu datang ke tempat kerja.

"Yang terjadi akibat dari Mismatch karena yang diminta mungkin pekerjaan yang membutuhkan orangnya hadir in person, tetapi yang bersedia bekerja memilih untuk remote," ujarnya.

Menurut dia, di dalam kondisi ini maka implikasinya adalah walaupun tingkat pengangguran di Amerika sudah rendah 3,7 persen, tetapi lowongan pekerjaan yang diminta itu masih jauh lebih besar.

"Bisa dibayangkan kalau yang minta tenaga kerja itu banyak sementara supplynya tidak ada, maka akibatnya upahnya akan naik kalau upahnya naik maka inflasi di Amerika akan naik," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Harus Resesi

Oleh karena itu, kata Chatib, Mantan Menteri Keuangan di Amerika Serikat Larry Summers mengatakan tampaknya Amerika membutuhkan resesi ekonomi untuk menurunkan inflasinya.

"Beberapa bulan lalu di dalam sebuah meeting dia mengatakan bahwa untuk mengatasi inflasi di Amerika dibutuhkan resesi. Karena itu Summers menganjurkan supaya The FED menaikkan bunga dengan agresif, dan inilah yang dilakukan," ujarnya.

Walaupun lowongan pekerjaan terbuka luas di Amerika Serikat, kata dia, akan menyebabkan upah naik sangat tinggi. Maka, mau tidak mau dibutuhkan pengangguran yang relatif besar untuk membuat inflasinya turun.

"Implikasi yang disampaikan Summers saya kira inflasi di Amerika bakal bertahan untuk periode yang agak panjang. Karena itu kemungkinan yang terjadi adalah bahwa The Fed memang mungkin akan melakukan perlambatan dari kenaikan bunganya, tetapi membutuhkan waktu yang agak panjang sebelum the Fed bisa menurunkan tingkat bunga. Tentu punya implikasi terhadap ekonomi berbagai negara," pungkasnya.