Liputan6.com, Jakarta - Proyeksi terbaru oleh para ekonom di Goldman Sachs mengungkapkan bahwa China diperkirakan akan menjadi negara ekonomi terbesar dunia sekitar tahun 2035.
Ramalan Goldman Sachs datang meskipun laju kenaikan ekonomi China telah melambat dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga
Dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Senin (12/12/2022) ekonom Goldman Sachs yakni Kevin Daly dan Tadas Gedminas menyebutkan bahwa potensi pertumbuhan di China masih jauh lebih tinggi daripada di AS.
Advertisement
"China telah menutup sebagian besar kesenjangan dengan PDB AS," kata Daly dan Gedminas dalam laporan Goldman Sachs yang diterbitkan pada 6 Desember 2022, memproyeksikan seperti apa ekonomi global hingga tahun 2075.
Mereka menambahkan, bahwa produk domestik bruto China telah meningkat dari 12 persen PDB AS pada tahun 2000 menjadi sedikit di bawah 80 persen.
Ekonom Goldman Sachs juga memprediksi, pertumbuhan ekonomi tahunan China akan mencapai sekitar 4 persen dari 2024 hingga 2029, dibandingkan dengan 1,9 persen di AS.
Laporan Goldman Sachs menjelaskan, faktor-faktor untuk memprediksi potensi pertumbuhan PDB mencakup jumlah tenaga kerja, jumlah modal yang harus mereka gunakan, dan kemajuan teknis.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi tahunan China juga diperkirakan dapat semakin melambat menjadi 2,5 persen dari 2030-2039, yang akan turun secara signifikan dari 7,7 persen yang terlihat dari 2010-19.
"Pertumbuhan diproyeksikan melambat dari waktu ke waktu di sebagian besar ekonomi, karena kontribusi yang lebih kecil dari pertumbuhan angkatan kerja, namun penurunan ini diperkirakan akan terlihat di China," ungkap para ekonom Goldman Sachs.
"Sebagian besar perlambatan ini didorong oleh faktor demografis, dan hal itu mengakibatkan tingkat pertumbuhan potensial China jauh di bawah beberapa negara tetangga di Asia – India, Indonesia, dan Filipina," sebut mereka.
Goldman Sachs Prediksi Indonesia Bakal Masuk Top 5 Negara Ekonomi Terbesar Dunia
Laporan Goldman Sachs mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi global akan rata-rata sedikit di bawah 3 persen per tahun selama 10 tahun ke depan dan akan menurun secara bertahap, karena pertumbuhan populasi yang lebih lemah.
Daly, yang merupakan co-head of Eropa Timur dan Eropa Tengah, Timur Tengah dan Afrika di Goldman Sachs mengatakan bahwa laju konvergensi yang melambat – proses ekonomi negara berkembang mengejar negara maju selama dekade terakhir juga telah mendorong kemunduran ketika China menjadi negara ekonomi terbesar di dunia.
"Ini memengaruhi proyeksi untuk semua negara, bukan hanya China," katanya kepada SCMP.
Menurut Daly, kekuatan dolar AS selama 10 tahun terakhir adalah alasan lain untuk revisi 10 tahun ketika ekonomi China akan menjadi terbesar di dunia.
"Jadi, ada titik awal yang relatif lebih lemah untuk China daripada yang disiratkan oleh proyeksi kami (sebelumnya), " kata Daly.
Tetapi kekuatan dolar AS versus yuan China kemungkinan akan berkurang selama dekade mendatang, memberikan lebih banyak alasan bagi China untuk mengambil posisi AS, menurut laporan tersebut.
Laporan Goldman Sachs juga memproyeksikan bahwa bobot PDB global akan lebih bergeser ke arah Asia selama 30 tahun ke depan, dan bahwa lima ekonomi terbesar dunia pada tahun 2050 adalah China, Amerika Serikat, India, Indonesia, dan Jerman.
Sementara itu, pada tahun 2075, India akan menyusul AS untuk menjadi negara ekonomi terbesar kedua di dunia, setelah China.
Advertisement
Jepang dan Jerman Siap-siap, Ekonominya Bakal Disalip India jadi Negara Ekonomi Terbesar Dunia
 India diperkirakan bakal menyalip Jepang dan Jerman untuk menjadi negara ekonomi terbesar ketiga di dunia. Perkiraan itu dikeluarkan oleh lembaga rating S&P Global dan Morgan Stanley.
"India memiliki kondisi untuk ledakan ekonomi yang didorong oleh offshoring, investasi di bidang manufaktur, transisi energi, dan infrastruktur digital negara yang maju," demikian laporan analis Morgan Stanley, dikutip dari CNBC International, Kamis (1/12/2022).
Dalam laporan yang dipimpin oleh Ridham Desai dan Girish Acchipalia, perkiraan S&P didasarkan pada proyeksi bahwa pertumbuhan produk domestik bruto nominal tahunan India akan mencapai rata-rata 6,3 persen hingga tahun 2030.Â
Demikian pula, Morgan Stanley memperkirakan bahwa PDB India kemungkinan akan meningkat lebih dari dua kali lipat dari level saat ini pada tahun 2031.
"Penggerak ini akan menjadikan (India) negara ekonomi dan pasar saham terbesar ketiga di dunia sebelum akhir dekade ini," beber S&P.
Pada kuartal ketiga 2022, India mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 6,3 persen, sedikit lebih tinggi dari perkiraan jajak pendapat sebesar 6,2 persen.
Di kuartal sebelumnya, negara itu bahkan mencatat pertumbuhan sebesar 13,5 persen, didukung oleh permintaan domestik yang kuat.
India bahkan membukukan rekor pertumbuhan 20,1 persen year-on-year dalam tiga bulan hingga Juni 2021, menurut data Refinitiv.
Proyeksi S&P juga bergantung pada kelanjutan liberalisasi perdagangan dan keuangan India, reformasi pasar tenaga kerja, serta investasi dalam infrastruktur dan sumber daya manusia India.
"Ini adalah harapan yang masuk akal untuk India, yang memiliki banyak hal dalam 'mengejar' dalam hal pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita," papar Dhiraj Nim, ekonom dari Australia and New Zealand Banking Group Research.
Beberapa reformasi yang disebutkan telah dijalankan, menurut Nim, menyoroti komitmen pemerintah negara itu untuk menyisihkan lebih banyak belanja modal dalam buku belanja tahunan negara.