Liputan6.com, Jakarta - Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) diperkirakan tidak akan naik di tahun depan karena sudah memasuki tahun politik. Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, pemerintah biasanya tidak akan mengeluarkan kebijakan kenaikan tarif maupun harga yang diatur pada tahun politik.
Analis Kebijakan Ahli Madya Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementerian Keuangan, Rahadian Zulfadin mengatakan, biasanya pemerintah jarang membuat kebijakan kenaikan harga atau tarif termasuk harga BBM di tahun politik.
"Kalau ada kenaikan tarif lain ini tidak semudah itu karena tahun depan ini tahun politik," kata Rahadian dalam diskusi INDEF: Efek Resesi Global terhadap Ekonomi Politik Indonesia 2023 di ITS Tower, Jakarta Selatan, Rabu (14/12/2022).
Advertisement
Rahadian menuturkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada September lalu memang berdampak pada kenaikan inflasi nasional. Namun kenaikan tersebut masih dibawah perkiraan pemerintah yang semula bisa mencapai 6 persen, yakni 5,42 persen di bulan November 2022.
"Artinya kenaikan BBM domestik ini dampaknya besar ke inflasi tetapi ini realisasinya tidak sebesar yang diperkirakan," kata Rahadian.
Kalaupun ada kenaikan harga, kata dia, dampaknya terhadap inflasi juga tidak akan besar. Sebab kenaikan BBM saja yang berdampak ke semua sektor, kontribusinya terhadap inflasi akan rendah.
"Karena tahun depan initahun politik kemungkinan kecil ada kenaikan. Kalaupun dampaknya kecil ke inflasi," kata dia.
"Kalau tahun ini inflasi sudah tinggi kemungkinan inflasi kita ini asumsinya lebih rendah dan terkendali di angka 3,66 persen selain ada ancaman ekonomi yang melambat," sambungnya.
Hal yang sama juga diungkapkan Ekonom Senior INDEF, Muhammad Nawir Messi. Meskipun tahun depan masih ada potensi kenaikan harga pangan dan energi, BBM kemungkinan tidak naik lagi.
"BBM sudah naik dan saya kita kalau ada gejolak yang lebih tajam di global saya kira pemerintah enggak akan melakukan adjustment lebih jauh lagi," kata dia.
Menurutnya pemerintah tidak mungkin menaikkan harga BBM karena ada tahun politik. Sehingga tidak mungkin ada kenaikan harga BBM.
"Karena tahun depan ingat tahun politik, bunuh diri penguasa kalau menaikan lagi harga BBM menjelang pemilu. Hampir tidak mungkin meskipun  secara rasional bisa saja, jadi hampir tidak mungkin dari sisi BBM," kata dia.Â
Â
Â
Kenaikan harga bahan bakar minyak atau BBM mulai berdampak terhadap harga sembako. Harga komoditas daging ayam potong dan bawang merah mulai melonjak di pasar tradisional di Klaten, Jawa Tengah.
Pemerintah dan Pengusaha Sepakat Tahun Politik Mampu Dorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pemerintah dan pengusaha sepakat kalau momen tahun politik yang dimulai pada 2023 akan membawa dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Faktornya, mulai dari mobilitas masyarakat yang bakal meningkat.
Sekretaris Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengungkap mobilitas masyarakat ini jadi satu aspek penting. Lantaran, ekonomi juga akan ikut hidup seiring dengan meningkatkan aktivitas.Â
"Siklus tahun politik ini sudah biasa dalam 5 tahun sekali, barangkali yang jadi catatan di tengah hiruk pikuk ini ada hal-hal positif yang bisa kita ambil. Biasanya, nanti di 2023-2024 akan mendorong mobilitas masyarakat dan aktivitas masyarakat. Kemudian terjadi kegiatan yang sifatnya mendorong aktivitas ekonomi masyarakat akan tinggi," paparnya dalam Inspirato Sharing Session Liputan6.com bertajuk 'Jadikan G20 Bali Declaration Pijakan Ekonomi Bangkit', Jumat (9/12/2022).
Ada satu kunci penting yang perlu dicapai untuk menyukseskan hal itu. Yakni adanya stabilitas baik dari sisi politik, sosial, dan ekonomi.
"Karena kuncinya ada di situ. Kalau kita bisa menjaga di tahun politik 5 tahun sekali ini, justru jadi peluang, mendorong banyak hal utamanya seiring tingginya aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat," tamabh Susiwijono.
Senada, Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan tahun politik bisa jadi kesempatan sekaligus tantangan. Stabilitas politik perlu jadi kunci untuk menjaga keamanan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.
Harapannya mampu menimbulkan kontinyuitas faktor-faktor yang berperan dalam peningkatan ekonomi. "Ujung-ujungnya kalau sudah ada growth, ada (peningkatan) perdagangan, investasi, ada revenue, ada lapangan kerja, profit. Ujungnya pada kesejahteraan," kata dia.
Advertisement
Tidak Jadi Kendala
Pada kesempatan yang sama, Rektor Unika Atma Jaya Jakarta Agustinus Prasetyantoko menyebut kalau tahun politik tak akan mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional. Menurutnya, kondisi politik tak akan membuat terhambatnya pertumbuhan ekonomi.
"Saya tak melihat ini menjadi kendala serius, bahwa harus dijaga bahwa perbedaan pilihan itu tak membuat kita terfragmentasi,"kata dia.
"Harus ada upaya konkret dalam situasi politik untuk menjaga kinerja ekonomi. Saya tak pikir kearah sana (ganggu ekonomi)," pungkasnya.