Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia naik lebih dari USD 2 pada perdagangan Rabu setelah OPEC dan Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan rebound permintaan selama tahun depan dan karena kenaikan suku bunga AS diperkirakan akan semakin mereda seiring dengan melambatnya inflasi.
Dikutip dari CNBC, Kamis (15/12/2022), harga minyak mentah berjangka Brent ditutup naik USD 2,02 atau 2,4 persen menjadi USD 82,70 per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup naik USD 1,94 menjadi USD 77,28.
Baca Juga
Kedua harga patokan minyak dunia tersebut naik karena lonjakan kontrak berjangka diesel jelang cuaca dingin sambut akhir tahun.
Advertisement
Kenaikna harga minyak ditopang oleh kebocoran dan pemadaman Keystone Pipeline milik TC Energy Corp, yang mengirimkan 620.000 barel per hari minyak mentah Kanada ke Amerika Serikat.
Para pejabat mengatakan pembersihan akan memakan waktu setidaknya beberapa minggu.
Mengirim sinyal bearish, stok minyak mentah AS naik lebih dari 10 juta barel pekan lalu, terbesar sejak Maret 2021, didukung oleh rilis dari Strategic Petroleum Reserve dan karena penyulingan mengurangi aktivitas.
Prediksi OPEC
Melihat ke 2023, OPEC memperkirakan permintaan minyak akan tumbuh sebesar 2,25 juta barel per hari (bpd) selama tahun depan menjadi 101,8 juta bpd, dengan potensi kenaikan dari China, importir utama dunia.
IEA, melihat permintaan minyak China pulih tahun depan setelah kontraksi 400.000 bpd pada tahun 2022, menaikkan perkiraan permintaan minyak 2023 menjadi 1,7 juta bpd dengan total 101,6 juta bpd.
Berdasarkan data, lalu lintas jalan raya dan udara di China telah meningkat tajam.
Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan semalam sebesar 50 basis poin pada hari Rabu, penurunan dari kenaikan 75 basis poin yang telah disampaikan pada empat pertemuan kebijakan terakhirnya.
Advertisement
Harga Minyak Tembus Lagi di Atas USD 80 per Barel
Kemarin, harga minyak tembus di atas USD 80 per barel pada hari Selasa dan mencatat kenaikan harian terbesarnya dalam lebih dari sebulan. Ini terjadi karena investor membeli aset berisiko setelah data AS menunjukkan perlambatan inflasi.
Pasar juga didukung oleh kekhawatiran tentang gangguan pasokan, termasuk penutupan yang sedang berlangsung dari pipa minyak mentah Keystone Kanada ke Amerika Serikat setelah kebocoran besar minggu lalu.
Dikutip dari CNBC, Rabu (14/12/2022), harga minyak mentah berjangka Brent menetap di USD 80,68 per barel, naik USD 2,69, atau 3,5 persen. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS di USD 75,39 per barel, naik USD 2,22, atau 3 persen. Kedua kontrak mencatat kenaikan harian terbesar sejak 4 November.
Indeks dolar AS jatuh pada hari Selasa setelah data menunjukkan bahwa inflasi harga konsumen AS yang mendasari naik kurang dari yang diharapkan bulan lalu, memperkuat harapan bahwa Federal Reserve akan memperlambat laju kenaikan suku bunga pada hari Rabu.
Dolar yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, yang dapat meningkatkan permintaan.
"Tidak ada yang benar-benar melihat angka itu datang di bawah ekspektasi - kemungkinan peristiwa positif permintaan yang menempatkan tawaran di pasar," kata analis Mizuho Robert Yawger.