Sukses

Bank Dunia Proyeksi Inflasi RI 2023 Tembus 4,5 Persen

Bank Dunia memproyeksikan rata-rata inflasi Indonesia akan mencapai 4,2 persen di 2022 dan 4,5 persen di 2023 mendatang.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia memproyeksikan inflasi Indonesia tahun depan akan meningkat dari tahun 2022 ini. 

Mengutip laporan "Indonesia Economic Prospect" (IEP) edisi Desember 2022, Jumat (16/12/2022) Bank Dunia memproyeksikan bahwa rata-rata inflasi Indonesia akan mencapai 4,2 persen di tahun 2022 ini dan akan mencapai puncaknya pada tahun 2023 dengan rata-rata 4,5 persen.

Disebutkan, masih ada dampak lanjutan (second round impact) dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan inflasi global.

Selain itu, para produsen juga mulai menyalurkan beban kenaikan bahan baku ke konsumen. Hal itu bisa menambah inflasi indeks harga konsumen (IHK).

Meskipun demikian, kondisi ini tak akan berlangsung lama. Bank Dunia mengungkapkan bahwa, dalam beberapa tahun ke depan harga komoditas global akan menurun sehingga beban inflasi Indonesia bakal berkurang.

"Harga komoditas diperkirakan akan menurun di tahun-tahun mendatang, yang diharapkan akan membantu melunakkan tekanan inflasi," kata Bank Dunia dalam laporannya.

Rata-rata inflasi Indonesia pada tahun 2024 dan 2025 mendatang diproyeksikan berada di 3,5 persen atau sudah kembali ke kisaran sasaran Bank Indonesia (BI). 

Bank Dunia pun mengharapkan, agar otoritas tetap berkomitmen untuk terus menjaga inflasi dalam target BI.

Sementara itu, pada akhir November 2022, BI memprakirakan inflasi akan menurun dan kembali ke dalam sasaran 3,0±1 persen pada 2023 dan 2,5±1 persen pada 2024, dengan inflasi inti akan kembali lebih awal pada paruh pertama 2023.

Hal ini seiring dengan tetap terkendalinya inflasi harga impor (imported inflation) dengan nilai tukar rupiah yang stabil dan respons kebijakan moneter yang front loaded, pre-emptive, dan forward looking.

"Koordinasi kebijakan yang erat dengan Pemerintah Pusat dan Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) berkontribusi kuat pada terkendalinya inflasi," kata Gubernur BI Perry Warjiyo pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2022 yang digelar secara hybrid di Jakarta pada 3 November 2022.

2 dari 4 halaman

BI Ramal Inflasi Indonesia Maksimal 3,5 Persen di 2024

Bank Indonesia (BI) memproyeksikan inflasi akan turun ke level 1,5 persen sampai 3,5 persen pada tahun 2024, setelah kemungkinan berada dalam kisaran 2 persen sampai 4 persen pada 2023.

Adapun saat ini inflasi Indonesia berada pada level 5,42 persen per November 2022 dibanding periode sama tahun lalu (year-on-year/yoy).

"Perkiraan ini didukung oleh adanya sinergi erat antara pemerintah dengan bank sentral," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Jakarta 2023 yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu.

Dia menyebutkan sinergi meredam inflasi didorong oleh subsidi energi oleh pemerintah, kenaikan suku bunga BI yang terukur, langkah-langkah stabilisasi rupiah oleh BI, dan eratnya Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID), termasuk Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

Sinergi, koordinasi, dan kerja sama, lanjut Perry Warjiyo, menjadi kunci Indonesia selama ini bisa terhindar dari krisis, khususnya saat pandemi COVID-19 melanda dan akan mendukung keberlanjutan proses pemulihan ekonomi nasional.

Dengan sinergi yang ada, Gubernur BI itu optimistis proses pemulihan ekonomi domestik akan terus membaik di tengah gejolak global.

Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 akan cukup baik, sekitar 4,5 persen (yoy) sampai 5,3 persen (yoy) dan akan meningkat lebih tinggi menjadi 4,7 persen (yoy) sampai 5,5 persen (yoy) pada 2024.

"Selain ekspor, kenaikan konsumsi dan investasi akan menjadi daya dukung pemulihan ekonomi nasional, serta didukung oleh program hilirisasi, pembangunan infrastruktur, masuknya penanaman modal asing, dan berkembangnya pariwisata," ucap Perry Warjiyo.

3 dari 4 halaman

Survei BI: Inflasi Minggu Kedua Desember 2022 sebesar 0,37 Persen

Survei Pemantauan Harga pada minggu kedua Desember 2022 yang dijalankan oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa perkembangan harga sampai dengan minggu kedua Desember 2022 diperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,37 persen (mtm).

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menjelaskan, komoditas utama penyumbang inflasi Desember 2022 sampai dengan minggu kedua yaitu telur ayam ras sebesar 0,07 persen (mtm), beras, tomat dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,03 persen (mtm), daging ayam ras, minyak goreng dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,02 persen (mtm).

Sedangkan untuk komoditas cabai rawit, kangkung, bensin, dan tarif air minum PAM masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm)," jelas dia dalam keterangan tertulis, Jumat (9/12/2022).

Sementara itu, sejumlah komoditas yang menyumbang deflasi pada periode ini yaitu cabai merah dan bawang merah masing-masing sebesar -0,01 persen (mtm). 

Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut. 

4 dari 4 halaman

Arahan Tegas Jokowi soal Inflasi: Kita Tak Bisa Main-Main!

Bank Indonesia meyakini penyelesaian inflasi tinggi bisa diselesaikan dengan kerja sama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Destry Damayanti menyebut pemerintah daerah menjadi kunci utama pengendalian inflasi. Sebab inflasi pangan menjadi faktor pendorong utama kenaikan inflasi secara nasional.

"Saya yakin sekali masalah inflasi pangan ini akan bisa terkendali karena memang pada akhirnya inflasi pangan ini ada di daerah dan tidak semua bisa di-mapping dari pusat," kata Destry dalam acara Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Wilayah Bali Nusra di Bali, Jumat, (9/12).

Destry menuturkan pada Agustus 2022 lalu, tingkat inflasi pangan mencapai titik tertingginya yakni 12 persen. Hal ini pun membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) turun tangan dengan memerintahkan dibentuknya tim pengendali inflasi.

"Pada saat itu Presiden langsung mengadakan rapat dan kita semua diundang saya mewakili Gubernur. Arahan beliau jelas sekali. Kita tidak bisa bermain main dengan inflasi ini," ungkap Destry.