Sukses

Ekonomi Indonesia Terkoreksi Turun, Menko Airlangga Pastikan Masih Aman

Proyeksi ekonomi beberapa lembaga mengoreksi ke bawah, ADB tahun 2023 mengkoreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,4 persen menjadi 5 persen.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perekonomian menyelenggarakan acara seminar outlook perekonomian Indonesia 2023 dengan tema resiliensi ekonomi melalui transformasi struktural, di Jakarta, Rabu (21/12/2022).

Dalam laporannya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan tantangan yang silih berganti bukan hal yang mudah. Proyeksi ekonomi beberapa lembaga mengoreksi ke bawah, ADB tahun 2023 mengkoreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,4 persen menjadi 5 persen. 

Lalu, OECD 5,3 persen sampai 5,47 persen. IMF dari 5,3 persen menjdi 5 persen. Kendati begitu, kata Menko Perekonomian, dari semua koreksi masih dikisaran 5,47 persen hingga 5 persen. 

Kemudian, diketahui bersama Indonesia pernah menghadapi ketidakpastian terutama saat penanganan covid-19.

"Namun, bapak presiden dengan kepemimpinan dan leadership yang tangguh. Indonesia menghadapai dengan adaptability dan juga melalui resiliensi kita mengkordinasikan sektor fiskal, moneter maupun sektor riil," kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.

Menurutnya hal itu menjadi pelajaran berharga dalam menghadapi ketidakpatian berbagai resiko ke depan. 

Lebih lanjut, Airlangga melaporkan, dalam kepemimpinan Presiden Joko Widodo di G20 sudah berhasil mendapatkan beberapa komitmen strategis global yaitu pandemic fund sebesar USD 1,2 miliar, lalu Special drawing rights  dari IMF dalam bentuk resiliensi fund untuk berbagai negara sebesar USD 81,6 miliar dan mndorong perubahan iklim sebesar USD 100 miliar, komitmen lingkungan memastikan 30 persen daratan dunia dan 30 persen laut di konservasi di tahun 2030, serta pengurangan degradasi tanah sebanyak 50 persen di tahun 2040 secara sukarela.

"Dan dalam G20 juga di selenggarakan partnership for global infrastrucktur investment dengan investasi sebesar Rp 600 miliar," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menko Airlangga Cerita Gelapnya Ekonomi Indonesia di Awal Pandemi Covid-19

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap momen saat gelapnya ekonomi Indonesia. Itu terjadi saat awal pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia.

Ekonomi menjadi salah satu sektor yang paling terdampak dari maraknya kasus covid-19. Apalagi di masa-masa awal penyebarannya yang mengharuskan berbagai kegiatan harus dihentikan sementara.

Bagi Airlangga, saat pengumuman kasus pertama covid-19 di Indonesia menjadi saat-saat paling menegangkan. Karena, dampak atas kasus tersebut langsung mempengaruhi pasar saham.

"Bahwa yang paling menegangkan itu di bulan maret di tahun 2020, saat sesudah diumumkan kemudian stock market turun sampai Rp 3.000 naik sampai Rp 16.000 itu adalah satu titik yang gelap, dan disitu belum ada obat-obatan. Belum ada APD, masker hilang," tuturnya dalam Peluncuran Buku Penanganan Pandemi Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, di Hotel Fairmont, Selasa (20/12/2022).

Menurut catatan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang pernah terjun hingga ke angka Rp 3.937 saat Maret 2022. Angka ini turum hampir setengahnya dari tingkat di awal tahun 2022 dengan besaran Rp 6.300 an.

Pada saat yang sama, Airlangga mengatakan pemerintah juga kelimpungan akibat minimnya suplai alat pelindung diri (APD). Pemerintah mengambil keputusan untuk membatasi ekspor APD dari Indonesia.

"APD yang diekspor tidak boleh diekspor, yetapi kita harus mengurus bea cukai dan urusan diplomasi dan itu adlaah di awal kita menangani covid, dan itulah yang paling menegangkan," tuturnya.

3 dari 4 halaman

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Laju pertumbuhan ekonomi nasional terus berlanjut dengan mendapatkan dukungan dari sejumlah sektor utama seperti kesehatan, telekomunikasi, perdagangan, pertanian, konstruksi, dan termasuk industri pengolahan.

Meski ikut terdampak pandemi Covid19, industri makanan dan minuman (mamin) mampu tumbuh 3,57 persen (yoy) dan mencatatkan diri sebagai subsektor dengan kontribusi terbesar terhadap PDB industri pengolahan non migas pada kuartal III tahun 2022, dengan sokongan sebesar 38,69 persen.

"Indonesia memiliki landasan ekonomi yang kuat, dimana di kuartal ketiga kita tumbuh 5,72 persen. Dan ini lebih baik dari beberapa negara seperti Tiongkok, Singapura, Korsel, Jerman dan yang lain," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto secara virtual dalam kegiatan CEO Forum Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI), Kamis (1/12).

Neraca perdagangan non migas juga mengalami surplus selama periode Januari hingga Oktober 2022. Surplus tersebut ditunjang dari nilai ekspor subsektor industri mamin, termasuk minyak sawit, yang bertumbuh sebesar 10,73 persen (yoy) atau senilai USD 37.6 miliar.

4 dari 4 halaman

Indikator Positif

Hal tersebut merupakan indikator positif guna mempertahankan daya saing produk Indonesia di pasar global, ditengah kondisi ketidakpastian ekonomi dunia saat ini.

"Pertumbuhan industri makan dan minuman perlu terus dijaga, agar kita mampu tahan terhadap guncangan global, termasuk krisis pangan," tegas Menko Airlangga.

Transformasi sistem pangan di masa post pandemic juga harus dilakukan agar dapat lebih inovatif dan mampu menjaga rantai pasok.

Seluruh stakeholder diharapkan dapat saling bekerja sama membangun ekosistem agar sistem ekonomi pangan bisa tahan terhadap guncangan maupun terhadap perubahan iklim.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.