Sukses

Geram Aset Negara Nganggur, Jokowi Cabut 2.078 Konsesi Hutan dan Tambang

Presiden Jokowi mengatakan lebih baik memberikan konsesi kepada yang memiliki kemampuan mengolah lahan menjadi lahan produktif, dan aset itu menjadi aset produktif.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan kemampuan domestik dalam ngeri harus terus digarap dan memanfaatkan seluruh aset dengan baik.

"Salah satu hal yang sangat berat, bahwa kita ini terlalu banyak membiarkan aset-aset negara menjadi aset-aset yang tidur dan nganggur tidak produktif," kata Jokowi dalam seminar outlook perekonomian Indonesia 2023 dengan tema resiliensi ekonomi melalui transformasi struktural, di Jakarta, Rabu (21/12/2022). 

Menurutnya, banyak izim yang diberikan Pemerintah namun tidak dimanfaatkan dengan baik. Misalnya, Kementerian memberikan izin kepada swasta ataupun BUMN namun izin tersebut malah dibiarkan hingga berpuluh-puluh tahun tidak dimanfaatkan.

"Diberikan izin konsesi, 20 tahun dibiarkan ga diapa apain. 15 tahun ga diapa-apain, 10 tahun ga di apa-apain. Kalau saya sudah saya perintahkan kepada Menteri Investasi, Menteri ESDM sudah dicabut saja konsesinya," ujarnya.

Jokowi mengatakan lebih baik memberikan konsesi  kepada yang memiliki kemampuan mengolah lahan menjadi lahan produktif, dan aset itu menjdi aset produktif. 

"Sehingga kemarin di cabut 2.078 konsesi-konsesi baik konsesi hutan dan tambang, cabut. Dan berikan kepada yang memiliki kemampuan baik finansial, kemampuan SDM untuk menggarap aset-aset itu menjadi aset yang produktif, sehingga memberikan dampak yang positif pada ekonomi kita," ungkap Jokowi.

Contoh lainnya, Jokowi sangat menyayangkan pembangunan gedung-gedung yang mangkrak tidak terpakai maupun tidak tersewakan alias menganggur.

"Di gedung, dibiarkan nganggur, disewakan juga tidak dipakai juga tidak. Hal-hal seperti ini harus kita hentikan, berhenti!," ujarnya.

 

 

2 dari 3 halaman

Peralatan

Kemudian, hal yang sama juga terjadi terhadap peralatan yang diberikan Pemerintah kepada dinas-dinas hingga BUMN-BUMN, banyak peralatan yang terbengkalai tidak terpakai.

"Diberima  peralatan tidak di operasionalkan, ditumpuk digudang coba itu cek di dinas-dinas, di BUMN-BUMN banyak sekali, dipikir saya gak tahu, inilah hal-hal yang menyebabkan kita tidak produktif, atau membeli alat yang tidak diperlukan, juga banyak perbelanjaan yang tidak produktif seperti ini," ujarnya.

Oleh karena itu, Jokowi menegaskan kembali bahw kemampuan domestik harus benar-benar dikelola dengan sebaik-baiknya agar berpengaruh terhadap perekonomian Indinesia.

Salab satu yang penting dilakukan adalah hilirisasi, yaitu menyetop ekspor bahan-bahan minerba. 

"Memang kita lakukan drastis stop semuanya, tapi satu persatu harus, nikel sudah rampung. sehingga nilai tambah melompat," ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Ekspor Bahan Mentah

Dulu ekspor bahan mentah nikel hanya menghasilkan USD 1,1 miliar. Tahhn ini diperkirakan bisa melebihi USD 30 miliar. 

"Dari USD 1,1 miliar melompat ke USD 30 miliar, betapa lompatan nilai tambah itu kita yang dirugikan berpuluh-pulih tahun, pajak gak kita dapat kalau kita itu deviden juga gak dapet, royalti juga gak dapet, ekspor ga dapet, pembukan lapangan kerja juga ga dapet, gak dapet apa-apa. inilah yang harus dihentikan," ungkap Jokowi.

Menyusul nikel, Presiden Jokowi mengatakan Pemerintah akan menghentikan ekspor bahan mentah komoditas lainnya. Namun, Jokowi tidak menyebutkan secara rinci komoditasnya.

"Hari ini akan kita tambah lagi, kalau kemarin stop nikel hari ini akan umumkan lagi satu

ada kan kita umumkan lagi satu komoditas yang kita miliki setelah dari sini akan umumkan lagi stop nih.  Karena tidak bisa kita biarkan lagi ekspor bahan mentah, tidak," pungkasnya.Â