Sukses

Pemerintah Bakal Bagi-Bagi Bansos Rp 470 Triliun di 2023

Pemerintah akan menggelontorkan anggaran Rp 470 triliun untuk bantuan sosial (bansos) untuk tahun 2023.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah akan menggelontorkan anggaran Rp 470 triliun untuk bantuan sosial (bansos) untuk tahun 2023. 

Hal itu disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam seminar outlook perekonomian Indonesia 2023 dengan tema resiliensi ekonomi melalui transformasi struktural, di Jakarta, Rabu (21/12/2022).

"Tahun ini kami membelanjakan untuk subsidi kompensasi di atas Rp500 triliun, tahun depan bansos kami mencapai Rp470 triliun. Itu untuk menjaga daya beli masyarakat dan memberikan jaring pengaman sosial, terutama kepada kelompok yang rentan," kata Menkeu. 

Bendahara negara ini menegaskan, anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) kini menjadi shock absorber Pemerintah Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian global. 

Lebih lanjut, strategi fiskal yang akan dilakukan Pemerintah Indonesia ke depan yaitu dengan cara menjaga sekaligus memperbaiki fundamental sumber pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Disisi lain, Menkeu menyampaikan terdapat beberapa aspek yang bisa meningkatkan level kompetitif ekspor Indonesia, diantaranya konsumsi, investasi, peraturan dan insentif.

Tak kalah penting, belanja Pemerintah harus terus diperbaiki agar APBN dapat dimanfaatkan dan disalurkan dengan baik.

"Bapak Presiden beliau hari ini menyampaikan sangat spesifik, belanja pemerintah yang kualitasnya masih harus diperbaiki. Ada yang beli alat ternyata gak dipakai, itu observasi dari seorang Presiden yang tahu betul apa yang terjadi. Jadi bukan hanya besarnya belanja, tapi kualitas belanja beliau sangat tekankan," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan kemampuan domestik dalam ngeri harus terus digarap dan memanfaatkan seluruh asetnya dengan baik.

"Salah satu hal yang sangat berat, bahwa kita ini terlalu banyak membiarkan aset-aset negara menjadi aset-aset yang tidur dan nganggur tidak produktif," pungkas Jokowi.

 

2 dari 4 halaman

Sri Mulyani: 45 Juta Orang Akan Bepergian Selama Nataru

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memperkirakan sebanyak 45 juta orang akan bepergian selama libur Natal dan tahun baru (Nataru).

Dengan besarnya jumlah orang yang bepergian, Sri Mulyani yakin hal itu akan meningkatkan kondisi ekonomi. 

"Akan ada sekitar 45 juta masyarakat melakukan travelling pada akhir tahun ini tentu akan meningkatkan kegiatan ekonomi. Namun, di sisi lain, tetap terjaga dari sisi ancaman covid-19," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual APBN Kita 2022, dikutip dari Youtube Kemenkeu (20/12).

Sri Mulyani pun berharap 2022 sebagai tahun ketiga pandemi Covid-19 akan menjadi tahun terakhir untuk Indonesia.

"Mngenai pandemi ini adalah tahun ketiga dan kita harapkan merupakan tahun terakhir untuk Indonesia," pungkasnya.

Dia juga menyebut kondisi pandemi di Indonesia saat ini terhitung baik, di mana jumlah kasus Covid-19 yang rendah dan tingkat vaksinasi yang tinggi.

Meskipun demikian Menkeu mengimbau masyarakat untuk tetap berhati-hati karena aktivitas masyarakat yang akan meningkat selama libur Nataru.

"Secara keseluruhan Indonesia dalam situasi yang relatif baik dari jumlah kasus maupun kenaikan vaksinasi. Jelang akhir tahun ditekankan oleh pemerintah kemarin di dalam sidang kabinet menjelang Nataru ini kita akan terus berhati-hati," ungkapnya.

3 dari 4 halaman

Sri Mulyani Harap 2022 Jadi Tahun Terakhir Pandemi Covid-19

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap 2022 menjadi tahun terakhir Indonesia berada dalam status pandemi Covid-19. Hal ini melihat kasus Covid-19 di Indonesia secara keseluruhan dalam situasi yang relatif baik.

"Kita harapkan ini tahun terakhir untuk Indonesia dan dunia menghadapi pandemi," ujar Sri Mulyani dalam acara APBN KiTa, Selasa, Jakarta (20/12/2022).

Menjelang libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023, Sri Mulyani juga berharap tidak ada kenaikan kasus covid-19. Mengingat, prediksinya di akhir tahun ini akan ada sekitar 45 juta masyarakat akan melakukan perjalanan akhir tahun ini.

"Kita akan terus berhati-hati agar kegiatan masyarakat yang akan sangat meningkat yaitu akan ada sekitar 45 juta masyarakat melakukan pada akhir tahun ini, tentu akan meningkatkan kegiatan ekonomi. Namun di sisi lain tetap terjaga dari sisi ancaman Covid-19," tuturnya.

Di sisi lain, saat ini dunia sedang terfokus kepada negara China karena membuka melakukan pembukaan aktivitas dari masyarakatnya yang kemudian diikuti kenaikan kasus dari Pandemi Covid-19.

"Saat ini dunia sedang terfokus kepada situasi RRT (Republik Rakyat Tiongkok) yang melakukan pembukaan aktivitas dari masyarakatnya yang kemudian diikuti kenaikan kasus dari pandemi covid-19," terang Sri Mulyani. 

4 dari 4 halaman

Pandemi Mereda, Perjalanan Wisata Domestik Naik Drastis

Pandemi Covid-19 diyakini mengubah persepsi sebagian masyarakat Indonesia terhadap destinasi wisata yang ingin didatangi. Sektor pariwisata memang sangat terdampak dengan menurunnya kunjungan wisatawan. Namun di sisi lain, pandemi juga memunculkan beragam tren wisata baru, termasuk membuat wisata domestik menjadi pilihan utama.

Hal itu sejalan dengan temuan Traveloka. "Pasar domestik mengalami tren yang cukup positif. Sekarang pilihan masyarakat lebih beragam. Sekarang juga masyarakat lebih eksploratif," jelas Chief Marketing Officer Traveloka Shirley Lesmana dalam diskusi media "Traveloka tagline baru: Life, Your Way" di Jakarta, Kamis, 8 Desember 2022.

Shirley mengatakan, pandemi membuat sebagian besar wisatawan lokal menyadari bahwa Indonesia sangat cantik dan memiliki ragam destinasi menarik. Perjalanan ke Indonesia Timur, seperti Labuan Bajo dan Mendalika, jadi pilihan favorit pelancong.

"Ada sejumlah destinasi yang lebih kuat dibandingkan saat sebelum pandemi. Ini membuat pemerintah dan travel platform bekerja sama, destinasi yang banyak dipilih didukung marketing yang baik dan infrastrukturnya," ucap Shirley.

Laporan e-Conomy SEA 2022 menyebutkan, sektor perjalanan menunjukkan tren pemulihan yang bertahap dan akan mencapai pemulihan penuh pada 2023 dan 2024. Laporan yang sama menyebutkan perjalanan domestik menunjukkan tren pemulihan yang lebih cepat, di mana tercatat pemesanan hotel di Asia Tenggara mencapai hampir 80 persen level sebelum pandemi.