Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan tanggapan pada pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait sindiran pada para menteri yang selalu menghadap ketika ada masalah.
Tanggapan itu disampaikannya melalui sebauh unggahan di Instagram pada Kamis (22/12), menunjukkan video Sri Mulyani bernyanyi bersama Rossa.Â
"Waduuuh, ….! Saya dilaporkan kepada Presiden @jokowi oleh pak Menko @airlanggahartarto_official nyanyi bersama Rossa - judul lagunya 'WANITA' -Sesuai tema hari ini Peringatan Hari Ibu," tulis akun Instagram resmi @smindrawati, dikutip Kamis (22/12/2022).Â
Advertisement
"Presiden @jokowi menyindir kami para menteri, kalau ada masalah datang dan lapor ke Presiden, kalau acara nyanyi dan makan-makan, para menteri tidak mengundang beliau," lanjutnya.Â
"Pak Presiden, lapor Pak Presiden. Bu Menteri Keuangan kemarin nyanyi pak, suaranya sama Rossa saya tidak bisa bedakan pak," ujar Airlangga Hartarto dalam video itu, di mana Jokowi kemudian tampak tertawa menanggapi gurauan Menko Perekonomian.
Sri Mulyani pun menjawab, "siap salah Bapak Presiden".
Postingan video itu, menunjukkan salah satu momen acara pemberian Penghargaan kepada seluruh lembaga dan pihak yang telah menyelenggarakan dan menyukseskan acara G20 di Bali, di mana Indonesia memegang Presidensi.Â
Di akhir acara yang diselenggarakan oleh kantor Menko Perekonomian Airlangga Hartarto itu, Sri Mulyani mengungkapkan dia diminta bernyanyi bersama Rossa.
"Di akhir acara saya diminta bernyanyi bersama satu lagu oleh Rossa," bebernya.Â
ÂÂÂView this post on Instagram
Sebelumnya, Jokowi menyindir para menteri dalam acara Outlook Ekonomi Indonesia 2023 di Hotel Ritz Calton, Jakarta Selatan, Rabu (21/12/2022). Jokowi mengatakan bahwa para menteri hanya ingat akan dia di saat susah saja.Â
"Kalau yang masalah, yang problem, menteri-menteri itu mesti menghadap ke saya," kata Jokowi saat memberikan sambutan.
Tapi yang enak-enak, kayak kemarin nyanyi-nyanyi, makan-makan, tidak pernah mengajak saya," ujarnya.Â
Jokowi Sindir Menteri: Kalau Lagi Susah ke Saya, tapi Kalau Enak Enggak Ngajak
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyindir para menteri yang selalu menghadap ketika ada masalah. Sebaliknya, ketika para menteri senang tidak mengajak dirinya.
Hal itu disampaikan Jokowi dalam Seminar Outlook Perekonomian Indonesia 2023 dengan tema "Resiliensi Ekonomi Melalui Transformasi Struktural" di Jakarta, Rabu (21/12/2022).
"Kalau yang masalah, yang problem, menteri-menteri itu mesti menghadap saya. Tapi yang enak-enak, kayak kemarin nyanyi-nyanyi, makan-makan, tidak pernah mengajak saya," ujar Jokowi.
Dalam kesempatan itu, Jokowi menegaskan pentingnya hilirisasi dan energi hijau dalam mendorong perekonomian.
Ke depan, pihaknya sudah meminta kepada jajarannya agar strategi hilirisasi ini harus dibuat dalam sebuah ekosistem besar yang didukung oleh energi hijau yang murah.
"Energi hijaunya harus murah. kuncinya di situ kalau muncul energi hijau kemudian harganya masih USD 12 sen 8 sen ya untuk apa? Karena yang namanya hydropower mestinya, misal di Sungai Kayan, Sungai Mambramo misalnya, hitung-hitungan yang saya pakai, kalkulator yang saya pakai, nggak tahu mungkin berbeda dengan kalkulator yang bapak dan ibu pakai, bisa mencapai harga USD 2-4 sen, yang jauh di bawah batu bara. Kalau sungai-sungai yang lain kita lakukan hal sama, inilah sebetulnya kekuatan besar kita," jelas Jokowi.
Jokowi menegaskan hilirisasi dan energi hijau merupakan dua kekuatan Indonesia yang harus terus didukung oleh pelaksanaan yang baik.
"Dua hal tadi, hilirisasi kemudian didukung energi hijau. Sulitnya adalah pelaksanaan. Tapi yang pusing-pusing biasanya diberikan kepada saya," pungkas Jokowi.
Advertisement
Jokowi Ingatkan Dulu Indonesia Masuk Kategori Negara Rentan Terpuruk
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan bila Indonesia masih termasuk kategori negara yang rentan terpuruk kurun tahun 2014-2015. Posisi Indonesia bersama dengan 5 negara lainnya.
Hal itu disampaikan Jokowi dalam seminar outlook perekonomian Indonesia 2023 dengan tema resiliensi ekonomi melalui transformasi struktural, di Jakarta, dikutip Kamis (22/12/2022).
"Kita tahu di 2014-2015 kita ini masih masuk dalam fragile, kita masih dimasukkan ke dalam negara rentan untuk terpuruk bersama lima negara yang lain," kata Jokowi.
Kala itu, kata Jokowi, dunia sedang menghadapi taper tantrum. Dimana suatu keadaan gejolak ekonomi ketika bank sentral Amerika serikat memperketat kebijakan moneternya.
"Kalau kita ingat saat itu ada tapper tantrum dan kalau kita lihat angka detail di tahun 214-2015 defisit transaksi kita berada di angka USD 27,5 miliar di tahun 2014. Kemudian di tahun 2015 di angka USD 17,5 miliar," ujar Jokowi.
Kemudian jika dilihat lebih detail lagi neraca perdagangan Indonesia masih mengalami defisit sebesar USD 2,2 miliar di 2014.
"Oleh sebab itu, saya sampaikan kepada para menteri kita harus berani merubah ini, mereformasi struktural kita. Agar hal-hal yang membahayakan ekonomi makro bisa kita lakukan termasuk SBN," ujarnya.
SBN saat itu 38,5 persen di kuasai oleh asing, sekarang tinggal 14,8 persen yang dikuasai asing. Sebab, jika lebih banyak dikuasai asing maka nantinya ketika ekonomi makro Indonesia goyah, mereka akan berbondong-bondong menarik SBN.