Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bersiaga menghadapi hujan ekstrem dan badai yang potensi menimbulkan banjir di kawasan Jabodetabek pada Rabu, 28 Desember 2022 besok.
Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati lantas meminta operator pengelola transportasi, khususnya di angkutan laut tidak memaksaan diri untuk beroperasi pada Rabu besok bila cuaca tak memungkinkan.
Baca Juga
"Kita minta operator agar tidak memaksakan diri untuk operasi bila cuaca tidak memungkinkan. Khususnya di laut, karena laut ini harus lebih bahaya gelombang tinggi dan sebagainya," ujarnya di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Selasa (27/12/2022).
Advertisement
"Syahbandar sudah tegas juga. Konsekuensi memang ada penundaan, cuma tetap keselamatan jadi yang pertama," imbuh Adita.
Adita mengatakan, Kemenhub pastinya akan selalu merujuk kepada laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam keamanan transportasi, baik di sektor laut, udara, maupun darat.
"Kalau untuk udara sama laut udah ada sistemnya, sudah ada ketentuan keamanan transportasi terkait cuaca. Terkait peringatan peringatan dan sebagainya mana yang boleh operasi mana yang, tidak semua SOP kita terapkan," tuturnya.
Selanjutnya, Kemenhub juga meminta operator untuk terus mengirimkan update kepada penumpang. Bilamana pemberangkatan terpaksa harus tertunda, Adita mendesak itu dikabarkan secepat mungkin.
"Kami minta ikuti update BMKG setiap 6 jam, itu ada pembaharuan. Jadi itu yang dipegang," kata Adita.
Kemenhub beserta stakeholder terkait juga akan terus mengidentifikasi titik rawan banjir di mana saja. Sehingga pihak operator bisa segera mengantisipasi dan meminimalisir dampak dari potensi badai 28 Desember 2022.
"Dari penumpang kami juga minta ikuti terus update cuaca dan banjir. Tadi imbauan pak Menteri (Perhubungan) bilang kalau tak terpaksa sekali hindari dulu perjalanan jarak jauh, karena situasi cuaca yang ekstrem," pungkasnya.
BRIN: Jabodetabek Bersiap, Ada Hujan Ekstrem dan Badai Dahsyat di 28 Desember 2022
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap ada potensi banjir besar di kawasan Jabodetabek, khususnya Tangerang, Banten, lantaran ada hujan ekstrem dan badai dahsyat. Banjir besar tersebut diprakirakan terjadi pada Rabu, 28 Desember 2022.
"Potensi banjir besar Jabodetabek. Siapa pun Anda yang tinggal di Jabodetabek, dan khususnya Tangerang atau Banten, mohon bersiap dengan hujan ekstrem dan badai dahsyat pada 28 Desember 2022," kata Peneliti Klimatologi, pada Pusat Riset Iklim, dan Atmosfir, BRIN, Erma Yulihastin, dalam unggahannya di Twitter, Selasa (27/12/2022).
Menurut dia, prakiraan BRIN tersebut berdasarkan analisis data dari Satellite Early Warning System (Sadewa).
Dia menjelaskan, badai dahsyat dari laut akan berpindah ke darat melalui jalur barat dengan angin baratan yang membawa hujan badai dari laut, dan dari utara melalui angin permukaan yang kuat.
"Maka Banten, dan Jakarta-Bekasi akan menjadi lokasi sentral tempat serangan badai tersebut. Dimulai sejak siang hingga malam hari pada 28 Desember 2022," ujar Erma.
Selain itu, kovergensi di darat akan masif sehingga hujan persisten pada 28 Desember 2020 akan meluas. "Menjangkau wilayah lain di Jawa bagian barat," lanjut dia.
Dia pun menjelaskan soal warpada 'Tol Hujan' laut dan darat pemicu banjir. Tol hujan itu merupakan badai yang sudah terbentuk pada pukul 03.00 WIB, Selasa (27/12/2022) pagi.
"Tol hujan ini bernama badai Squall Line di laut (Samudera Hindia), yang bergabung dengan badai konvektif skala meso (MCC) yang terbentuk di darat dengan inti badai di atas wilayah Banten, dan sekitarnya," ujar Erma.
Advertisement
Jadi Penghubung Badai ke Jabodetabek
Jalan tol hujan ini menjadi penghubung bagi suplai kelembapan dari laut ke darat. Sekaligus menjadi jalan bagi badai untuk mengumpulkan energinya di Jabodetabek.
"Jalan tol hujan ini tak hanya menjadi penghubung bagi suplai kelembapan kontinu dari laut ke darat, tapi sekaligus menjadi jalan bagai badai untuk mengakumulasikan dan mentransfer energinya sehingga badai yang terbentuk bisa bersifat long-lasting atau bertahan lama (lebih dari enam jam)," jelas Erma.
"Bahkan juga bisa mengalami multiplikasi energi ketika berada di Selat Sunda. Mekanisme inilah yang dapat menimbulkan banjir besar di Jabodetabek sehingga harus kita waspadai," sambung dia.
Reporter: Alma Fikhasari
Sumber: Merdeka