Liputan6.com, Jakarta Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Shafruhan Sinungan menjelaskan soal tarif taksi yang berlaku di kawasan Bandara Halim Perdanakusuma. Belakangan, tarif taksi Bandara Halim Perdanakusuma menjadi sorotan warganet.
Diketahui, taksi di Bandara Halim Perdanakusuma dilayani oleh Pusat Koperasi Angkatan Udara (Puskopau). Ada 3 pilihan, yakni taksi Puskopau, Grab Puskopau, dan Gojek Puskopau.
Shafruhan mengatakan, mengenai tarif ini pihaknya memang sudah memberlakukan tarif baru sejak akhir Oktober 2022. Itu berkaitan dengan knaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang turut berimbas ke berbagai harga penunjang biaya transportasi.
Advertisement
"Saya sebenernya gak melihatnya itu soal mahal atau tidak. Karena itu kan memang ada penyesuaian tarif disitu. Memang mungkin, mungkin masyarakat belum tahu," ujarnya kepada Liputan6.com, Rabu (28/12/2022).
Dia menjelaskan kalau tarif yang diberlakukan oleh Puskopau di layanan taksinya masih dalam koridor wajar sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Shafruhan menuturkan, kalau penentuan tarif sendiri telah melalui diskusi dengan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perhubungan.
Namun, dia mengatakan diluar taksi konvensional, dia tak bisa mengatur mengenai tarif yang berlaku bagi taksi online. Misalnya Grab dan Gojek.
Pada taksi online, ada skema penentuan tarif sendiri yang berbeda dengan yang ditetapkan Organda. Hal itu, ditegaskannya, bukan kewengan Organda untuk menentukan tarifnya.
"Kalau taksi online mereka ada kebijakan sendiri, kalau yang bicara kondisi crowded, mereka akan lebih mahal itu. Biasanya jam-jam tertentu mereka karena crowded jalanan, maka tarif jadi lebih mahal," terangnya.
Â
Â
Dugaan Monopoli
Pada kesempatan ini, Shafruhan juga menerangkan soal dugaan monopoli yang dilakukan Puskopau untuk melayani angkutan di bandara Halim Perdanakusuma. Menurutnya, hal ini baru terjadi pasca covid-19 dan penutupan sementara bandara tersebut.
Dia menuturkan kalau sebelum Covid-19, masih banyak operator taksi yang beroperasi disana. Namun, berangsur berkurang karena dampak pandemi ke beberapa operator sehingga tak bisa lagi melayani di Bandara Halim Perdanakusuma.
"Dulu banyak ada taksi yang lain. Khusus yang taksi ya. Blubird ada ekspress ada dan lain-lain ada. Artinya sudah sejak covid-19 itu banyak perusahaan taksi yang kolaps, kecuali blue bird semua itu dipengelolaan di sana, itu sama seperti dia di terminal udara yang lain ada," terangnya.
"Kalau sekarang kondisi pengusaha taksi banyak yang ambruk sehingga ada yang hilang juga dari Halim," tambahnya.
Â
Advertisement
Operator Lain Masuk Halim Perdanakusuma
Di sisi lain, Shafruhan tak menutup kemungkinan adanya operator lain yang masuk untuk melayani angkutan di Bandara Halim Perdanakusuma. Dia menyebut, hal itu bisa saja terjadi dan operator di bandara maupun Organda akan terbuka menyambut hal itu.
Hanya saja, yang menjadi persoalan adalah keterbatasan armada dari operator taksi konvensional yang eksisting. Di samping itu, masih minimnya permintaan di Bandara Halim Perdanakusuma jadi pertimbangan operator untuk masuk.
"Saya sih pikir kalau perusahaan (operator taksi lain) mulai mau masuk juga mungkin terbuka, tapi disana ada ketentuannya. Bukan persoalan monopolinya," kata dia.
"Kan kecil kalau di Halim, kecil marketnya sehingga sementara ini mungkin banyak yang beroperasi itu armadanya dari koperasi Puskopau. Mereka tak menutup diri untuk perusahaan taksi yang lain, tapi yang lain sudah hilang dari peredaran," sambungnya.