Sukses

Lewat Bank Literasi, Peternak Bisa Bayar Asuransi Pakai Limbah Ternak

Petrokimia Gresik memiliki inovasi Lingkungan Peternakan Sapi Terintegrasi (Literasi) yang menjadi salah satu inovasi sosial bagi Petrokimia Gresik.

Liputan6.com, Jakarta Dalam hal ini, Petrokimia Gresik memiliki inovasi Lingkungan Peternakan Sapi Terintegrasi (Literasi) yang menjadi salah satu inovasi sosial bagi Petrokimia Gresik.

"Program Literasi Petrokimia Gresik di Lamongan berangkat dari problem lingkungan dari sektor pertanian dan peternakan yang ada di masyarakat, dan saat ini mampu menjadi solusi komprehensif yang menginspirasi dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat," ujar Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (30/12/2022).

Melalui Literasi, lahirlah tabungan limbah ternak, produk media tanam, serta kemudahan membayar premi Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS) yang dapat melindungi usaha peternak dan Asuransi Usaha Tani Jagung (AUTJ).

Dimana limbah ternak maupun limbah hasil pertanian jagung yang disetorkan kepada Bank Literasi ditukar dengan rupiah yang dapat digunakan untuk membayar premi asuransi.

Sedangkan tabungan limbah ternak itu sendiri digunakan sebagai bahan baku media tanam atau pupuk kompos yang dimanfaatkan untuk budidaya tanaman hortikultura. Selanjutnya, hasil panen dari tanaman hortikultura diolah menjadi produk jamu dan katering yang dapat dijual langsung ke konsumen. 

Dengan adanya program Literasi, anggota menganggap beternak sapi bukan lagi sebagai kerja sambilan. Sehingga mereka lebih fokus dalam mengembangkan usaha ini untuk peningkatan kesejahteraan.

 

 

 

 

 

2 dari 3 halaman

Proper Emas

Petrokimia Gresik, perusahaan Solusi Agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia berhasil mempertahankan Proper Emas yang merupakan penghargaan tertinggi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI dalam pengelolaan lingkungan.

Penghargaan diserahkan langsung oleh Wakil Presiden (Wapres) RI, KH. Ma’ruf Amin kepada Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo disaksikan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI, Siti Nurbaya di Jakarta, baru-baru ini.

Menteri LHK dalam laporannya menyampaikan bahwa terdapat 51 perusahaan dengan penilaian PROPER peringkat Emas, 170 perusahaan peringkat Hijau, 2.031 perusahaan peringkat Biru, 887 perusahaan peringkat Merah, 2 perusahaan peringkat Hitam, serta 59 perusahaan tidak dapat diumumkan karena sedang berproses di Ditjen Gakkum KLHK dan tidak lagi beroperasi. Penilaian dilakukan oleh Dewan Pertimbangan Proper Emas yang imparsial, independen, dan beranggotakan dari unsur akademisi dan tokoh masyarakat. 

“Adapun variabel penilaian terus berkembang dari waktu ke waktu yang ditetapkan dan disusun secara konseptual,” tandas Menteri LHK.

 

 

Sementara, usai menerima penghargaan, Dwi Satriyo menyampaikan bahwa, Petrokimia Gresik menyadari jika lingkungan merupakan instrumen penting bagi perusahaan dalam meningkatkan daya saing, apalagi saat ini Petrokimia Gresik bersama Pupuk Indonesia tengah berkompetisi menjadi leader di pasar internasional.

Untuk itu, perusahaan terus berupaya meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan tiap tahunnya yang saat ini telah menjadi isu global.

"Perolehan Proper Emas juga menjadi bukti jika Petrokimia Gresik berupaya menyelaraskan pembangunan bisnis dengan kelestarian lingkungan hidup, sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, tahun ini adalah tahun kedua kami memperoleh Proper Emas," tandas Dwi Satriyo.

3 dari 3 halaman

Arahan Wapres

Ia menambahkan, sesuai arahan Wapres dalam awarding, PROPER mendorong setiap aktivitas bisnis tidak sekadar pemenuhan ketaatan terhadap peraturan lingkungan hidup, tapi menjadi platform bagi praktik bisnis berkelanjutan dengan menerapkan prinsip ekonomi hijau. Kriteria penilaian PROPER tiap tahun kian kompleks mengikuti kebutuhan dan tuntutan zaman.

Tahun ini penilaiannya sudah mencakup life cycle assessment (LCA) dan pelaksanaan inovasi sosial yang masuk dalam kriteria penilaian lebih dari yang dipersyaratkan dalam peraturan atau beyond compliance.

Selain itu, green leadership juga menjadi penilaian pada PROPER. Poin ini untuk mengukur komitmen pemimpin perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan seperti mini policy.

"Pencapaian PROPER ini memang yang tertinggi, tapi upaya pengelolaan lingkungan bukan berarti berhenti sampai di sini. Komitmen ini harus terus ditingkatkan, karena semakin baik pengelolaan lingkungan hidup sebuah perusahaan, maka semakin banyak dampak positif yang bisa diberikan maupun didapatkan,” tutup Dwi Satriyo.