Liputan6.com, Jakarta Potret kinerja saham-saham terkait dengan figure Politik sepanjang perdagangan di tahun 2022 menarik untuk diamati, karena di tahun 2023 Tahapan Pemilu 2024 sudah memasuki fase Pencalonan Presiden dan Wapres (19 Okt - 25 Nov 2023) serta anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota (6 Des 2022 - 25 Nov 2023) serta Masa Kampanye pun dimulai di 2023 ini yaitu pada 28 November 2023.
Ada beberapa figur pebisnis yang selama ini dikaitkan dengan dunia politik seperti Happy Hapsoro yang juga memiliki keterkaitan dengan beberapa emiten baik itu kepemilikan langsung ataupun memiliki hubungan bisnis yang erat.
Baca Juga
Dari kelompok bisnis yang selama ini dikaitkan dengan Happy Hapsoro, suami Ketua DPR RI, dari partai “Merah” saham RAJA memimpin kinerja dgn kenaikan +480.5 persen diikuti oleh SINI (+229.8 persen) dan PSKT (+32 persen).
Advertisement
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Agus Herta Sumarto berpendapat dinamika pergerakan harga saham berafiliasi politik di tahun 2022 lebih condong dikarenakan figur kedeketan dengan lingkaran penguasa.
"Saya kira pada tahun 2022 kemarin sebagian besar pergerakan harga saham yang berafiliasi politik lebih diakibatkan sentimen pelaku pasar terhadap kedekatan mereka ke lingkaran penguasa. Pada tahun 2022 kemarin saya kira tidak begitu banyak aksi korporasi di sektor riil yang dapat meningkatkan nilai fundamental perusahaan mereka.," kata Agus melalui keterangan tertulisnya, Senin (2/1/2023).
Menurutnya di tahun 2023 di mana tahun politik lebih kuat karena mendekati Pemilu, investor akan lebih berhati-hati dan condong memilih saham tak terafiliasi politik yang lebih aman. Tentu saja meski tak terlalu beresiko namun imbal balik diterima tidak akan terlalu besar.
"Pada tahun 2023, risiko untuk jenis-jenis emiten yang berafiliasi politik akan lebih besar. Investor mungkin akan jauh lebih berhati-hati dan akan lebih memilih saham-saham netral yang tidak berafiliasi politik dan pergerakan harga sahamnya murni dipengaruhi kinerja perusahaan. Saham jenis ini labih aman namun tentunya imbal hasil yang ditawarkan tidak begitu besar," tukas Agus.
Kendati demikian, saham yang terafiliasi dengan lingkaran politik disampaikan Agus masih akan menjadi bidikan para trader jangan pendek. Trader jangan pendek menganggap volatilitas harga saham tersebu akan tinggi dan memberikan keuntungan besar.
"Untuk para trader jangka pendek, saham-saham yang terafiliasi politik lebih menarik karena volatilitas harga saham-saham tersebut akan tinggi dan mereka berpotensi mendapatkan keuntungan dari volatilitas harga tersebut," tandasnya.
Meneropong Peluang Investasi Reksa Dana pada 2023
Memasuki 2023, terdapat sejumlah instrumen investasi yang dinilai menarik bagi investor, salah satunya reksa dana. Sejumlah manajer investasi pun memberikan pandangan terkait reksa dana yang prospektif pada tahun depan.
Head of Research STAR Asset Management, David Arie Hartono menuturkan, berdasarkan konsensus pasar di mana suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) masih akan mengalami kenaikan hingga semester I 2023 dari level saat ini di 3,75 persen - 4 persen di mana konsensus pasar mengestimasi kenaikan akan sampai di level 5 persen - 5,25 persen.
"Pada kuartal III bisa melihat inflasi yang lebih rendah dan stabil, sehingga ada harapan untuk the Fed untuk menghentikan kenaikan suku bunga, dan lebih baik lagi adanya potensi penurunan suku bunga," kata David kepada Liputan6.com, ditulis Kamis (29/12/2022).
David menyebutkan, terdapat sejumlah reksa dana yang masih menarik dicermati pada 2023, yakni reksadana saham, reksa dana pasar uang, dan reksa dana campuran.
Tak hanya itu, ia juga menilai prospek investasi reksa dana masih baik pada tahun depan dan investor disarankan untuk melihat kondisi global untuk menerapkannya di dalam investasi reksa dana.
Pada kuartal I dan II 2023, David melihat reksa dana pasar saham, reksa dana pasar uang, dan reksa dana campuran cukup menarik.
"Pada kuartal III 2023, di mana konsensus berekspekatasi ada nya penurunan suku bunga, kita bisa melihat ada nya investasi yang menarik di reksadana fixed income dan juga reksa dana saham," ujarnya.
Advertisement
Sentimen
Ia mengatakan, terdapat beberapa sentimen yang pengaruhi investasi reksa dana pada 2023, salah satunya potensi perlambatan ekonomi global.
"Pada 2023 investor perlu memperhatikan dua hal, yakni potensi perlambatan ekonomi global dan potensi berakhirnya pengetatan kebijakan moneter. Kenaikan tingkat suku di negara maju seperti AS dan Eropa diproyeksikan mendorong perlambatan ekonomi," kata dia.
Di sisi lain, jika inflasi melandai dan kebijakan suku bunga mulai melonggar akan jadi sentimen positif untuk aset yang lebih berisiko.
"Indonesia yang masih banyak mengandalkan konsumsi domestik dan juga komoditas menjadi salah satu pembeda dengan negara yang berada di AS maupun Eropa di mana mereka mengalami inflasi yang sangat tinggi, dan kenaikan suku bunga," jelasnya.
Dia menambahkan, Indonesia diproyeksi lebih aman dari ancaman resesi, di mana saat ini Indonesia masih diuntungkan dengan tingginya harga komoditas.
Sementara itu, Direktur PT Panin Asset Manajemen, Rudiyanto mengatakan, prospek reksa dana pada tahun depan masih baik.
Untuk strateginya, Rudiyanto menyarankan investor untuk melakukan investasi secara berkala dan diversifikasi.
"Beli saham yang fundamental bagus, valuasi murah, dan atau diuntungkan di tengah situasi penurunan bunga yang mungkin terjadi tahun depan," kata Rudiyanto.