Liputan6.com, Jakarta Pemerintah masih terus menghitung alokasi kuota Pertalite 2023. Keputusan akan naik atau tidaknya masih menunggu hasil kajian antar kementerian, khususnya Kementerian Keuangan dimana Sri Mulyani dan kolega selaku pengelola uang negara.
"Ini harus dikaji bersama, di Ditjen Migas (Kementerian ESDM), Kementerian Keuangan, kan ngitung juga. Ngitung kemampuan pemerintah seberapa, baru nanti diturunkan," kata Direktur BBM BPH Migas Sentot Harijady di Jakarta, Selasa (3/1/2023).
Baca Juga
"Kemampuan pemerintah itu dari Kementerian Keuangan baru diturunkan dalam kebutuhan alokasi tadi. Jadi belum kelihatan," imbuh dia.
Advertisement
Sentot pun belum bisa memastikan apakah kuota Pertalite tahun ini akan dinaikan atau tidak, mengingat pembatasan sosial PPKM kini telah dicabut. Itu semua disebutnya tetap tergantung pada kekuatan anggaran.
"Belum ketahuan juga. Kalau dibilang naik nanti anggaran pemerintah enggak muat, enggak bisa juga," ujar Sentot.
Adapun dalam kesempatan terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membeberkan, pemerintah telah menggelontorkan Rp 551,2 triliun untuk subsidi BBM dan kompensasi BBM di 2022. Angka ini, merupakan angka sementara sebelum dilakukan audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Sri Mulyani menjelaskan, pemerintah dalam APBN Tahun Anggaran 2022 awalnya memperkirakan rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) sebesar USD 63 per barel. Namun, akibat perang Rusia dan Ukraina, harga minyak mentah melonjak dan sempat menembus USD 126 per barel.
Â
Rata-Rata ICP
Pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98/2022, asumsi rata-rata ICP kemudian dinaikkan menjadi USD 100 per barel. Secara keseluruhan, rata-rata ICP pada 2022 mencapai USD 97 per barel.
Sang Bendahara Negara lantas mengibaratkan, jika pada September 2022 pemerintah tidak melakukan penyesuaian dari sisi belanja dengan menaikan subsidi dan kompensasi, maka harga BBM di dalam negeri berpotensi naik hingga empat kali lipat.
Meski sudah menaikkan alokasi anggaran untuk subsidi dan kompensasi, pemerintah masih harus menaikkan harga BBM bersubsidi. Tapi kenaikannya relatif masih rendah, hanya sekitar 30 persen.
"Kita lihat subsidi kompensasi mencapai Rp 551,2 triliun. Bahkan lebih besar dari yang kami jelaskan waktu itu yaitu subsidi kompensasi akan melonjak ke Rp 502,3 triliun," terang Sri Mulyani.
Advertisement
Usai Harga BBM Pertamax Cs Turun, Apakah Pertalite Bakal Ikutan?
Pemerintah resmi menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi mengekor harga minyak mentah dunia. Lalu bagaimana dengan harga BBM pertalite?
Pemerintah mengaku masih mempertimbangkan untuk ikut menurunkan harga BBM subsidi karena mempertimbangkan banyak hal.
Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan, Isa Rachmatawarta mengatakan pemerintah tidak bisa buru-buru menurunkan harga BBM subsidi ketika harga minyak mentah dunia mengalami penurunan.
Itu karena harga minyak mentah dunia selalu berubah-ubah mengikuti sentimen atau kondisi dunia.
"Kita harus mewaspadai kemungkinan gejolak harga minyak dunia. Ini perlu diantisipasi dan dicermati dan tidak buru-buru," kata Isa dalam Konferensi Pers APBN KiTa, Jakarta, Selasa (3/1).
Isa menjelaskan menurunkan harga BBM yang diatur pemerintah berhubungan dengan anggaran subsidi dan kompensasi. Perhitungannya pun harus dilakukan selama 1 tahun anggaran.
Dia mengingatkan penurunan harga BBM Subsidi tidak hanya melihat harga minyak mentah dunia yang sedang turun. Tetapi ada aspek lain seperti nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar. Termasuk juga konsumsi masyarakat terhadap BBM subsidi.
"Ada kurs juga yang memengaruhi harga BBM dan konsumsi," kata dia.
Isa mengatakan meskipun pada September 2022 lalu pemerintah menaikkan harga BBM subsidi, namun secara volume tidak mengalami penurunan. Sebaliknya malah mengalami peningkatan. "Jadi ini perlu kita antisipasi mengenai harga kurs atau volume BBM kita," kata dia.