Sukses

Harga BBM Naik Bisa Buat Ekonomi Indonesia Kocar-Kacir Jika Tak Ditambal APBN

Kenaikan harga minyak dunia yang terjadi di 2022 menjadi salah satu tantangan. Utamanya dalam menyetabilkan harga BBM di dalam negeri

Liputan6.com, Jakarta Kenaikan harga minyak dunia yang terjadi di 2022 menjadi salah satu tantangan. Utamanya dalam menyetabilkan harga BBM di dalam negeri termasuk BBM Subsidi seperti Solar dan BBM Khusus Penugasan, Pertalite.

Kenaikan harga terpantau pernah mencapai USD 126 per barel, dan turun diakhir 2022 menjadi sekitar USD 73 per barel. Bahkan, rata-rata sepanjang tahun berada di angka USD 97 per barel mengacu Indonesia Crude Price (ICP).

Angka ini jauh lebih tinggi dari perkiraan awal ICP di APBN sebesar USD 63 per barel. Pemerintah mengeluarkan Perpres 98 Tahun 2022 untuk mengubah asumsi ICP menjadi USD 100 per barel.

Hal ini yang juga memaksa Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memutar otak untuk merumuskan besaran subsidi dan kompensasi energi, khususnya BBM. Alhasil, kucuran subsidi dan kompensasi energi bengkak ke Rp 551,2 triliun di 2022.

"Kalau seandainya waktu itu tidak dilakukan adjustment, baik dari sisi belanja kita dengan menaikkan subsidi dan kompensasi, maka kita bisa bayangkan harga dari minyak itu harusnya naik sampai 4 kali lipat," kata Menkeu dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (3/1/2023).

Jika tak ditambal APBN melalui alokasi tersebut, Sri Mulyani berujar kalau ekonomi Indonesia bisa mengalami pelambatan. Sama halnya yang terjadi dengan Eropa saat ini dengan kenaikan yang cukup tinggi.

"Sama seperti di Eropa yang sekarang mengalami pelemahan ekonomi sangat dahsyat karena mereka harus meng-absorb shock secara langsung dalam bentuk harga komoditas, yaitu listrik dan BBM mereka (yang) naiknya begitu tinggi," paparnya.

 

2 dari 4 halaman

Penyesuaian Harga BBM

Pemerintah kembali mengambil langkah sulit dengan melakukan penyesuaian harga BBM Subsidi dan penugasan. Yakni, Pertalite dipatok Rp 10.000 per liter dan Solar dipatok Rp 6.800 per liter pada awal September 2022 lalu.

Salah satu alasannya adalah beban terhadap APBN yang begitu berat menopang harga jual BBM Subsidi di sisi hilir untuk menjaga daya beli masyarakat. Kendati, harga itu pun masih berada di bawah harga keekonomian.

"Nah masyarakat kita kemarin (menghadapi) kenaikan untuk Pertalite hanya 30 persen dan diesel (solar) juga relatif modest (ringan). Ini karena kita tetap melindungi momentum pemulihan (daya beli dan ekonomi)," jelas Bendahara Negara.

"Tapi konsekuensinya subsidi dan kompensasi kita melonjak lebih dari 3 kali lipat, dari Rp 152 triliun (Rp 152,5 triliun), kita tambah alokasi mejadi Rp 502,4 triliun dan pada akhir tahun ini kita melihat realisasinya bahkan lebih tinggi lagi (mencapai) Rp 551,2 triliun," tambahnya.

 

3 dari 4 halaman

Harga Pertamax

Diberitakan sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir memastikan harga jual Pertalite dan Solar subsidi tetap berada di Rp 10.000 dan Rp 6.800 per liter. Menyusul adanya penyesuaian harga bahan bakar yang dilakukan Pertamina per 3 Januari 2023 ini.

Untuk diketahui, Pertamina menurunkan harga Pertamax menjadi Rp 12.800 per liter mulai 3 Januari 2023, pukul 14.00 WIB. Sementara, harga BBM Subsidi masih tetap dengan harga yang berlaku saat ini.

"Catatan penting juga, BBM yang dibantu pemerintah seperti Pertalite, itu yang harganya (minyak) dunia nya masih tinggi, harga jual kita Rp 10.000 (per liter), itu masih dibantu pemerintah Rp 1.100 (per liter)," ujar dia kepada wartawan di SPBU Jalan MT Haryono, Jakarta, Selasa (3/1/2023).

Erick menegaskan, harga BBM Subsidi ini jadi bukti kepedulian pemerintah terhadap masyarakat.

"Jadi luar biasa pemerintah ini membantu masyarakat, karena kenapa? Pemerintah peduli daripada membantu masyarakat," tambah dia.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memberikan penjelasan terkait harga Pertalite dan Solar ini. Menurutnya, dengan harga saat ini, subsidi yang digelontorkan pemerintah masih sangat besar.

"Dan khusus tadi Solar dan Pertalite harganya tetap. Kenapa? Karena hari ini yang Solar itu subsidi pemerintah besar sekali," bebernya.

 

4 dari 4 halaman

Besaran Subsidi

Lebih lanjut, Nicke menerangkan besaran subsidi yang digelontorkan oleh pemerintah. Sebut saja untuk Solar yang dipatok Rp 6.800 per liter, mendapat subsidi sekitar Rp 6.500 per liter.

"Contoh seperti Solar, Solar kita jual Rp 6.800 padahal kalau kita lihat kompetiitor ini lebih dari dua kali lipatnya. Artinya yang disubsidi negara ini masih sangat besar. Jadi (disubsidi) Rp 6.500-an, jadi setengahnya, Kita tuh jual harga setengahnya dari harga pasar. Dimana pemerintah mensubsidi Rp 6.500 per liter untuk solar," kata Nicke menjelaskan.

Sementara itu, untuk BBM setara Pertalite dengan RON 90, harga yang dijual oleh kompetitor Pertamina, kata Nicke berkisar Rp 12.000-13.000 per liter. Dengan begitu, dia menyimpulkan besaran subsidi yang digelontorkan masih sangat besar.