Liputan6.com, Jakarta Menteri BUMN Erick Thohir tengah mengkaji tarif parkir yang lebih murah bagi mobil dan motor listrik. Ini jadi bagian upaya memberikan keuntungan ketika menggunakan kendaraan listrik.
Nantinya tarif parkir lebih murah ini bisa berada di aset-aset milik Kementerian BUMN atau BUMN, sebagai contoh seperti di bandara.
Baca Juga
Timnas Indonesia yang Gagal di Piala AFF 2024 Awalnya Direncanakan untuk Pertahankan Medali Emas di SEA Games
Erick Thohir Kecewa, Timnas Indonesia Seharusnya Bisa Melindas Laos dan Filipina serta Lolos Semifinal Piala AFF 2024
Tersingkir dari Piala AFF 2024, Cristian Gonzales Tawarkan Diri ke Erick Thohir untuk Latih Striker Timnas Indonesia
"Kami dari Kementerian BUMN juga sedang me-review fasilitas parkir yang ada di seluruh Kementerian BUMN dan airport, mungkin nanti kalau pakai mobil dan motor listik parkirnya lebih murah," kata dia kepada wartawan di SPBU Pertamina Jalan MT Haryono, Jakarta, Selasa (3/1/2023).
Advertisement
Konsep besar rencana ini adalah ekosistem kendaraan listrik kedepannya. BUMN diketahui juga memiliki kontribusi besar dalam mengejar implementasi kendaraan listrik.
Sebut saja perintah Erick beberapa waktu lalu kepada sejumlah BUMN untuk menggunakan mobil listrik sebagai kendaraan dinas. BUMN juga terlibat dalam membangun pabrik baterai kendaraan listrik.
Lebih jauh, Erick memandang, dengan penggunaan kendaraan listrik bisa menekan impor BBM yang saat ini porsinya masih cukup besar.
"Kita ini membangun ekosistem. Karena kenapa? Kalau mobil listrik ini bisa dipakai sampai 50 persen di Indonesia artinya kita mengurangi impor BBM yang sejak (tahun) 1993 kita sudah impor terus," paparnya.
Adaptasi
Erick menyebut kalau industri kendaraan listrik nantinya tak akan menggerus industri mobil bermesin konvensional atau yang menggunakan BBM. Nantinya, akan ada proses adaptasi yang berjalan agar bahan bakar yang digunakam lebih ramah lingkungan.
Terkait bahan bakar ini juga jadi misi yang akan dijalankan oleh Pertamina sebagai pemegang penjualan BBM terbesar di Indonesia.
"Seperti hari ini ada mobil ada motor listrik. Tetapi industri mobil yang pakai mesin apakah berhenti? Belum tentu, akan bersaing di pasaran. Mungkin nanti bensinnya ethanol, jadi B35. Nah itu yang Pertamina juga akan beradaptasi," kata dia.
Â
Pertamina Hemat USD 1,9 Miliar di 2020-2022
Â
Menteri BUMN Erick Thohir menyebut kalau PT Pertamina (Persero) mampu melakukan efisiensi anggaran atau menghemat senilai USD 1,9 miliar dari 2020-2022. Ini jadi salah satu bukti dari pembentukan holding dan subholding Pertamina.
Erick mencatat, pada 2020-2021 Pertamina mampu menghemat anggaran USD 1,3 miliar. Serta pada 2022, Pertamina mampu menghemat USD 600 juta. Totalnya, jika dibulatkan adalah USD 1,9 miliar dalam 3 tahun terakhir.
"Dari review saya di 2020 hingga 2021 itu ongkos operasional Pertamina secara menyeluruh ada penghematan 1,3 miliar dolar AS. Artinya, kalau ada persepsi Pertamina tidak melakukan efisiensi, salah besar," ujar Erick kepada wartawan di SPBU Pertamina, di Jalan MT Haryono, Selasa (3/1/2023).
Dia menuturkan kalau ini juga jadi buah dari proses efisiensi di era digitalisasi saat ini. Digitalisasi ditambah dengan pembentukan holding-subholding, membuat kegiatan operasional Pertamina menjadi lebih efektif.
Â
Advertisement
Keuntungan Pertamina
Dari kacamata Erick, keuntungan yang didapat Pertamina tak hanya dari penjualan BBM, tapi dari proses efisiensi bisnis yang didorongnya tersebut.
"Pertamina sendiri begini, ini persepsinya, Keuntungan yang didapatkan Pertamina itu tidak semata-mata dari jualan BBM. Harus ada efisiensi, tadi disampaikan ada efisiensi USD 1,3 miliar di 2021, 2022 USD 600 juta," paparnya.
"Karena itu, kenapa ada holding subholding, ini tidak lain untuk memetakan ongkos operasional, Pertamina harus lebih efisien. Nah itu yang terjadi sekarang kalau kita lihat sekarang di proses kilang yang selama ini rugi, datanya saya gak ingat, sekarang sudah untung lagi," sambungnya.
Contoh lainnya, di sektor perkapalan dan logistik, dimana dia menyebut kedepannya akan ada perubahan seperti penggunaan bahan bakar. Dari semula menggunakan BBM, menjadi penggunaan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan semisal blue hydrogen.
"Artinya apa? Mesin yang di dalam kapal pun akan dirubah," imbuh Erick Thohir.