Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menemukan adanya potensi gelombang tinggi hingga 6 meter yang akan terjadi 3 hingga 5 Januari 2023. Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi meminta semua pihak mengantisipasi.
Menhub Budi Karya memastikan bahwa gelombang tinggi bukan cuma mitos tetapi sudah terjadi di bebera alokasi. Seperti di perairan Bali, Nusa Tenggara Barat, hingga laut Arafuru. Dia meminta hal ini menjadi perhatian seluruh pihak.
Baca Juga
"Ini jadi menjadi catatan bagi teman-teman semuanya para teman-teman pengelola, (sektor transportasi) laut terutama," ujarnya dalam Penutupan Posko Angkutan Nataru, Rabu (4/1/2023).
Advertisement
Informasi yang dirilis secara periodik oleh BMKG perlu menjadi acuan bersama. Utamanya, dalam mengantisipasi dampak yang terjadi akibat anomali cuaca yang terjadi.
Sebelumnya, dia juga menyinggung soal cuaca ekstrem yang terjadi belakangan turut berimbas pada pelayanan transportasi. Sebut saja penerbangan yang ditunda hingga perjalana kereta api yang terhambat.
"Memang, info BMKG ini sangat relevan untuk dicermati, udara, laut secara khusus tapi tak kecuali kereta api dan darat. Karena kejadian (banjir) rob di Semarang itu akan bisa kita atasi apabila sejak awal kita lakukan dengan baik," pintanya.
Diketahui, pada 31 Desember 2022 lalu, sejumlah perjalanan kereta api jalur utara yang melewati Semarang terhambat akibat banjir. Sedikitnya ada 4 relasi yang terdampak.
Sebagian perjalan KA tersebut bahkan dialihkan melalui jalur selatan. Dalam 2 hari, banjir tersebut pun akhirnya surut. Maka, pada 2 Januari 2023 lalu perjalanan KA jalur utara yang melewat Semarang sudah kembali normal.
Â
Potensi Gelombang Tinggi
Diberitakan sebelumnya, Gelombang tinggi 6 meter berpotensi terjadi di beberapa perairan di Indonesia, 3-5 Januari 2023. Hal itu diungkapkan Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). BMKG mengimbau masyarakat yang berada di pesisir dan pengguna perairan untuk waspada terhadap potensi tersebut.
"Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada," kata Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo, Selasa (3/1/2023).
Eko mengatakan, pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari Barat Laut-Timur Laut dengan kecepatan angin berkisar 6-20 knot, sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari Barat Daya-Barat Laut dengan kecepatan angin berkisar 8-35 knot.
Kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Jawa bagian timur, Samudra Hindia Selatan Jawa Tengah, Samudra Hindia Selatan Kupang, Laut Sawu, perairan Kupang-P. Rote, perairan P. Sabu, Laut Timor, Laut Arafuru bagian barat, dan Laut Sawu.
Kondisi itu, kata Eko Prasetyo, menyebabkan terjadinya peluang peningkatan gelombang setinggi 1,25-2,5 meter di perairan utara Sabang, perairan barat P. Simeulue, Samudra Hindia Barat Aceh-P. Simeulue, perairan Bengkulu, Teluk Lampung bagian selatan, Selat Sunda bagian utara, Selat Ombai-Selat Wetar, perairan timur Bintan, Laut Natuna, perairan Bangka Belitung, Selat Karimata, perairan selatan Kalimantan, Laut Jawa bagian barat, perairan utara Jawa Barat.
Kondisi serupa juga berpotensi terjadi di perairan selatan Baubau, Teluk Bone, Selat Makassar bagian selatan, perairan selatan Kep. Wakatobi, perairan Kep. Sangihe-Kep. Talaud, Laut Sulawesi bagian timur, perairan Bitung-Kep. Sitaro, Laut Maluku, perairan utara Kep. Sula, perairan Kep. Halmahera, Laut Halmahera, perairan utara Raja Ampat-Jayapura, Samudra Pasifik Utara Halmahera-Jayapura, Laut Banda bagian utara, perairan Kep. Kai-Kep. Aru.
Â
Advertisement
Pelayanan Selama Nataru Menantang
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebut pelayanan posko angkutan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru) cukup menantang. Salah satu faktornya adalah adanya cuaca ekstrem yang terjadi di sejumlah wilayah.
Pasalnya, cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini langsung berpengaruh pada kegiatan transportasi. Baik itu adanya gelombang tinggi, hingga banjir yang menghambat perjalanan di darat.
"Kalau kita melihat ke semua ini apa yang kita lakukan struggling atau menantang karena cuaca. Cuaca ini mempengaruhi, baik hujan, angin, arus, semua itu secara langaung berdampak pada kegiatan teansportasi. Laut, darat, udara semua terdampak,"ujarnya dalam Penutupan Posko Angkutan Nataru, Rabu (4/1/2023).
Â
Keterlambatan Penerbangan
Dia mengisahkan, salah satunya adalah keterlambatan dari penerbangan pesawat. Dengan cuaca yang tak menentu, maka pesawat tak bisa melakukan lepas landas atau mendarat. Sehingga, jadwal yang seharusnya sesuai, kembali mundur beberapa waktu.
"Saat di (sektor) udara juga terganggu satu aktivitas yang terganggu dimana penerbangan yang mestinya terjadi tepat waktu ada keterlambatan," jelasnya.
Terkait kendala akibat cuaca ini, Menhub Budi meminta jajarannya dan seluruh pihak terkait untuk melakukan evaluasi. Tujuannya agar ada perbaikan saat menghadapi momen mudik selanjutnya.
"Bahwa apa yang kita catat dalam apa yang dilakukan selama periode ini perlu dapat perhatian dan evaluasi. Perlu ada evaluasi karena evaluasi ini penting untuk (menghadapi momen) lebaran dan untuk persiapan konektivitas jadi lebih baik," bebernya.
Advertisement