Sukses

Ada Potensi Gelombang Tinggi, Pelni Percepat Waktu Sandar Kapal

Dalam beberapa waktu kebelakang, perjalanan kapal Pelni sempat terganggu cuaca ekstrem seperti gelombang tinggi.

Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi akan terjadinya gelombang tinggi 6 meter di beberapa wilayah perairan di Indonesia pada 3-5 Januari 2023. Menanggapi hal ini, PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni melakukan sejumlah upaya.

Salah satunya adalah mempercepat waktu sandar kapal di pelabuhan. Dengan lamanya sandar kapal yang lebih singkat, jadwal kapal selanjutnya diharapkan tak terganggu.

"Ada beberapa pelabuhan yang dipercepat waktu keberangkatannya, sehingga harapannya kapal akan tiba di pelabuhan tujuan tepat waktu," kata Kepala Kesekretariatan Perusahaan PT PELNI Opik Taupik kepada Liputan6.com, Rabu (4/1/2023).

Dia menerangkan kalau dalam beberapa waktu kebelakang, perjalanan kapal Pelni sempat terganggu cuaca ekstrem. Maka, penyesuaian waktu sandar kapal pun dilakukan perusahaan dan otoritas di pelabuhan.

"Jika dimungkinkan, sebagai contoh, jika lama sandar 3 sampe 4 jam, kita percepat menjadi dua atau tiga jam saja. Aktivitas yang dilakukan saat sandar seperti memuat bahan makanan, air tawar maupun BBM," papar Opik.

Keterlambatan kapal PELNI umumnya terhambat gelombang tinggi saat berlayar, khususnya untuk kapal penumpang tipe 1000 dan 2000 yang memiliki panjang antara 99 hingga 146 meter, tinggi haluan 9 hingga 100 meter dan bobot kapal mencapai 1.450 hingga 3.175 ton. Dengan ukuran tersebut, kapal PELNI masih dapat diijinkan berlayar menembus ombak mencapai 4 hingga 6 meter.

"Namun kami selalu memperhatikan dan menaati maklumat pelayaran yang dikeluarkan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan setempat. Jika otoritas pelabuhan menyatakan gelombang terlalu tinggi, maka kami akan menunda pelayaran. Kami mohon maaf kepada penumpang yang perjalanannya terganggu akibat cuaca buruk," ujarnya.

 

2 dari 4 halaman

8 Kapal Pelni Sempat Terganggu

Opik mencatat sebanyak 8 perjalanan kapal Pelni mengalami keterlambatan akibat cuaca buruk selama periode Natal dan Tahun Baru 2023 (Nataru). Penyesuaian waktu sandar dilakukan untuk mengurangi efek keterlambatan di pelabuhan-pelabuhan berikutnya.

Mengacu data, keterlambatan kapal selama periode Nataru terhitung 8 hingga 28 Desember 2022.

"Selama periode tersebut, terdapat delapan jadwal perjalanan dari tujuh kapal PELNI yang mengalami keterlambatan lebih dari 6 jam," ungkap Opik.

Data yang dimiliki PELNI menunjukan, cuaca buruk membuat kapal rata-rata mengalami keterlambatan jadwal ketibaan. Kapal dan wilayah yang tercatat antara lain KM Sinabung di Surabaya yang mengalami keterlambatan 8 jam pada tanggal 24 Desember 2023.

Data keterlambatan kapal PELNI lainnya yaitu KM Leuser di Pelabuhan Ambon (6 jam pada 26 Desember); KM Tidar di Makassar (8 jam pada 24 Desember); KM Wilis di Makassar (72 jam pada 24 Desember). Kemudian KM Egon di Pelabuhan Pare-Pare (14 jam pada 24 Desember) dan Pelabuhan Batulicin (48 jam pada 26 Desember); KM Dobonsolo di Pelabuhan Bau-Bau (7 jam pada 26 Desember); serta KM Bukit Raya di Pontianak (9 jam pada 27 Desember).

 

 

3 dari 4 halaman

Himbauan Menhub

Menhub Budi mengamini adanya gelombang tinggi di bebera alokasi. Seperti di perairan Bali, Nusa Tenggara Barat, hingga laut Arafuru. Dia meminta hal ini menjadi perhatian seluruh pihak.

"Ini jadi menjadi catatn bagi teman-teman semuanya para teman-teman pengelola, (sektor transportasi) laut terutama," ujarnya dalam Penutupan Posko Angkutan Nataru, Rabu (4/1/2023).

Dia menyebut, informasi yang dirilis secara periodik oleh BMKG perlu menjadi acuan bersama. Utamanya, dalam mengantisipasi dampak yang terjadi akibat anomali cuaca yang terjadi.

Sebelumnya, dia juga menyinggung soal cuaca ekstrem yang terjadi belakangan turut berimbas pada pelayanan transportasi. Sebut saja penerbangan yang ditunda hingga perjalana kereta api yang terhambat.

"Memang, info BMKG ini sangat relevan untuk dicermati, udara, laut secara khusus tapi tak kecuali kereta api dan darat. Karena kejadian (banjir) rob di Semarang itu akan bisa kita atasi apabila sejak awal kita lakukan dengan baik," pintanya.

Diketahui, pada 31 Desember 2022 lalu, sejumlah perjalanan kereta api jalur utara yang melewati Semarang terhambat akibat banjir. Sedikitnya ada 4 relasi yang terdampak.

Sebagian perjalan KA tersebut bahkan dialihkan melalui jalur selatan. Dalam 2 hari, banjir tersebut pun akhirnya surut. Maka, pada 2 Januari 2023 lalu perjalanan KA jalur utara yang melewat Semarang sudah kembali normal.

4 dari 4 halaman

Cuaca Ekstrem

Gelombang tinggi 6 meter berpotensi terjadi di beberapa perairan di Indonesia, 3-5 Januari 2023. Hal itu diungkapkan Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). BMKG mengimbau masyarakat yang berada di pesisir dan pengguna perairan untuk waspada terhadap potensi tersebut.

"Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada," kata Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo, Selasa (3/1/2023).

Eko mengatakan, pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari Barat Laut-Timur Laut dengan kecepatan angin berkisar 6-20 knot, sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari Barat Daya-Barat Laut dengan kecepatan angin berkisar 8-35 knot.

Kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Jawa bagian timur, Samudra Hindia Selatan Jawa Tengah, Samudra Hindia Selatan Kupang, Laut Sawu, perairan Kupang-P. Rote, perairan P. Sabu, Laut Timor, Laut Arafuru bagian barat, dan Laut Sawu.

Kondisi itu, kata Eko Prasetyo, menyebabkan terjadinya peluang peningkatan gelombang setinggi 1,25-2,5 meter di perairan utara Sabang, perairan barat P. Simeulue, Samudra Hindia Barat Aceh-P. Simeulue, perairan Bengkulu, Teluk Lampung bagian selatan, Selat Sunda bagian utara, Selat Ombai-Selat Wetar, perairan timur Bintan, Laut Natuna, perairan Bangka Belitung, Selat Karimata, perairan selatan Kalimantan, Laut Jawa bagian barat, perairan utara Jawa Barat.

Kondisi serupa juga berpotensi terjadi di perairan selatan Baubau, Teluk Bone, Selat Makassar bagian selatan, perairan selatan Kep. Wakatobi, perairan Kep. Sangihe-Kep. Talaud, Laut Sulawesi bagian timur, perairan Bitung-Kep. Sitaro, Laut Maluku, perairan utara Kep. Sula, perairan Kep. Halmahera, Laut Halmahera, perairan utara Raja Ampat-Jayapura, Samudra Pasifik Utara Halmahera-Jayapura, Laut Banda bagian utara, perairan Kep. Kai-Kep. Aru.