Sukses

Harga Minyak Dunia Naik 2 Persen Didukung Persediaan AS Turun

Harga minyak dunia Brent berjangka naik USD 1,31 atau 1,7 persen menjadi USD 79,15 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik USD 1,29 atau 1,8 persen menjadi USD 74,13 per barel.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia naik hampir 2 persen pada perdagangan Kamis. Kenaikan harga minyak dunia ini terjadi setelah sebelumnya membukukan pelemahan dalam dua hari yang merupakan pelemahan terbesar di awal tahun dalam tiga dekade.

Kenaikan harga minyak mentah ini karena data AS menunjukkan persediaan bahan bakar yang lebih rendah sehingga memberikan dukungan ke harga minyak mentah. Namun, kekhawatiran akan ekonomi membatasi kenaikan.

Penurunan besar dalam dua hari sebelumnya didorong oleh kekhawatiran tentang resesi global. Terutama karena tanda-tanda ekonomi jangka pendek di dua konsumen minyak terbesar dunia, yaitu Amerika Serikat dan China, tampak lemah.

Mengutip CNBC, Jumat (6/1/2023), mendorong harga lebih tinggi. Energy Information Administration menyatakan bahwa perdagangan hari Kamis stok bensin AS turun 346.000 barel minggu lalu. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan 486.000 barel.

Stok minyak sulingan, yang meliputi solar dan minyak pemanas, turun 1,4 juta dalam seminggu, dibandingkan ekspektasi untuk penurunan 396.000 barel.

Namun, persediaan minyak mentah naik lebih dari yang diperkirakan sebesar 1,7 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk kenaikan 1,2 juta barel.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent berjangka naik USD 1,31 atau 1,7 persen menjadi USD 79,15 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik USD 1,29 atau 1,8 persen menjadi USD 74,13 per barel.

 

2 dari 3 halaman

Penutupan Pipa

Mendukung harga minyak dunia di awal sesi pada hari Kamis adalah pernyataan dari operator pipa AS Colonial Pipeline, yang mengatakan Jalur 3 telah ditutup untuk pemeliharaan yang tidak terjadwal dengan dimulainya kembali lini produksi pada 7 Januari.

Broker minyak PVM Tamas Varga mengatakan, rebound harga minyak di awal sesi disebabkan oleh penutupan pipa. "Tidak ada keraguan bahwa sebenarnya pasar minyak mentah tengah turun. Ini adalah tanda-tanda bearish," jelas dia.

Pada hari Rabu, manufaktur AS mengalami kontraksi lebih lanjut pada bulan Desember sehingga menekan harga. Begitu pula kekhawatiran tentang gangguan ekonomi karena COVID-19 merebak di China, yang tiba-tiba menurunkan pembatasan ketat pada perjalanan dan aktivitas.

“Pandemi China dan tantangan pembukaan kembali membebani suasana pasar dan menempatkan tesis bullish dari rebound permintaan di bawah pengawasan,” kata Norbert Rücker, analis di bank swasta Swiss Julius Baer.

3 dari 3 halaman

Perdagangan Kemarin

Harga minyak dunia susut lebih dari USD 4 per barel. Dengan harga minyak Brent menanggung persentase kerugian terbesar dalam dua hari perdagangan pertama tahun ini sejak 1991.

Penyebab hal itu karena kekhawatiran permintaan terkait dengan ekonomi global dan meningkatnya kasus Covid-19 di China yang kembali menghancurkan harga minyak mentah.

Melansir laman CNBC, Kamis (5/1/2023), harga minyak Brent berjangka menetap di posisi USD 77,84 per barel, turun USD 4,26, atau 5,2%. Sementara harga minyak mentah AS menetap di posisi USD 72,84 per barel, turun USD 4,09, atau 5,3%.

Harga minyak Brent turun sekitar 9,4%, kerugian dua hari terbesarnya di awal tahun sejak Januari 1991, menurut data Refinitiv Eikon.

"Minyak mentah diperdagangkan lebih rendah di tengah kekhawatiran seputar COVID-19 China dan The Fed memaksa resesi global... keduanya menuntut peristiwa penghancuran," kata Bob Yawger, Direktur Energi Berjangka di Mizuho di New York.

Data dari China menunjukkan bahwa meskipun tidak ada varian virus corona baru yang ditemukan di sana, negara tersebut kurang merepresentasikan berapa banyak orang yang meninggal dalam wabah baru-baru ini yang menyebar dengan cepat, kata pejabat Organisasi Kesehatan Dunia.

Keadaan ekonomi global dan kenaikan suku bunga bank sentral juga membebani harga minyak mentah.

Manufaktur AS mengalami kontraksi lebih lanjut pada bulan Desember, turun untuk bulan kedua berturut-turut menjadi 48,4 dari 49,0 pada bulan November, angka terlemah sejak Mei 2020, kata Institute for Supply Management (ISM).