Sukses

Penerimaan Pajak Hotel, Restoran dan Parkir Naik 120 Persen, Sri Mulyani Semringah

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut pajak daerah, restoran, hotel, perkiran naik hingga 120 persen.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui tahun 2022 merupakan masa yang diselimuti penuh dengan ketidakpastian. Namun dalam waktu yang bersamaan, kondisi ekonomi Indonesia menunjukkan tren pemulihan yang mampu mendongkrak ekonomi nasional.

Hal ini tercermin dari tingkat konsumsi masyarakat yang terus tumbuh. Beberapa sektor yang semula tumbang dihantam pandemi mulai menunjukkan kebangkitannya.

"Pajak daerah, restoran, hotel, perkiran ini naiknya engga 11 persen atau 12 persen tapi 60 pesen dan 120 persen," kata Sri Mulyani saat memberikan sambutan di acara CEO Banking Forum di Jakarta, Senin (9/1).

Sri Mulyani mengatakan kenaikan sektor-sektor tersebut tidak hanya terjadi di Jakarta saja, melainkan di berbagai wilayah Indonesia lainnya. Bahkan pertumbuhan ekonomi di setiap pulau menunjukan peningkatan. Hanya di Pulau Sumatera yang tingat pertumbuhan ekonominya sekitar 4 persen.

"Ini bukan hanya di Jakarta tapi hampir di semua daerah," ungkapnya.

Selama tahun 2022, bendahara negara ini menilai tingkat konsumsi masyarakat sudah kembali pulih. Terlihat dari dana pihak ketiga (DPK) di perbankan yang sudah turun ke level 9,5 persen dari sebelumnya di atas 10 persen.

"Artinya kelompok menengah ini sudah mulai melakukan konsumsi dan ini mendukung ekonomi kita," kata dia.

Pertumbuhan kredit di perbankan juga mengalami peningkatan. Termasuk pertumbuhan investasi yang udah di level 6 persen. Termasuk juga kinerja ekspor yang selama 31 bulan mengalami surplus.

"Kredit gross ini mudah-mudahan bisa tumbuh 2 digit dan bertahan," kata dia.

Begitu juga dengan pasar saham yang pada akhir tahun 2022 ditutup dengan tumbuh di atas 4 persen. Kondisi Indonesia dinilai jauh lebih baik dari pasar saham di Amerika Serikat yang kehilangan valuasi USD 30 triliun selama tahun 2022.

"Jadi itu yang saya sebut kan 2022 was not ordinary time," kata dia.

Modal fundamental ekonomi di tahun 2022 ini, menjadikan Indonesia bisa tumbuh optimis dan gagah di tahun 2023.

 

2 dari 3 halaman

Sri Mulyani Ungkap Ketakutan Menkeu dan Bos Bank Sentral di Seluruh Dunia

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyoroti optimisme yang sempat dikabarkan para pelaku keuangan di 2022. Alih-alih pulih dari pandemi Covid-19, banyak negara maju dunia yang harus berhadapan dengan lonjakan inflasi akibat permintaan kenaikan gaji.

Sri Mulyani lantas menceritakan pengalamannya saat berbagi kisah dengan para ekonom dan bankir dunia di 2022. Sesudah 3 tahun hibernasi, pelaku usaha disebutnya sempat merasa percaya diri lagi untuk kembali melakukan kegiatan ekonomi, pasca ditemukannya vaksin Covid-19. Sayangnya, kenyataan belum selancar yang diperkirakan.

"Ternyata enggak semuanya kembali secara smooth dan lancar. Karena ternyata manusia itu tidak bisa kayak listrik, di on and off," kata Sri Mulyani dalam acara CEO Banking Forum, Senin (9/1/2023).

Nyatanya, ia melanjutkan, aktivitas kemudian berjalan namun belum ditopang sisi suplai. Restoran-restoran kembali dibuka, tapi rekrutmen untuk pelayannya tidak terjadi dengan gampang.

"Toko-toko dibuka, pelayannya tidak cukup, barangnya masih stranded. Kontainer waktu itu 3 tahun ada yang di Amerika, Eropa, Asia, Tanjung Priok, karena 3 tahun tidak terjadi traffic, demand-nya di mana, supply-nya di mana, kontainernya di mana," paparnya.

Ketika pergerakan barang sudah terjadi, Sri Mulyani menambahkan, kebanyakan supir truk di pelabuhan ogah mengangkutnya. Pasalnya, mereka hanya mau menyupiri dengan syarat dibayar jauh lebih mahal.

"Jadi kalau kamu mau saya keluar dari hybernated saya, bayar saya lebih tinggi. That's memicu inflasi dari sisi wage, upah harus dinaikkan untuk menarik orang dari kandangnya," ungkapnya seraya menirukan permintaan para supir truk pengangkut logistik.

"Itu memicu jumlah barang, jumlah permintaan, jumlah services, then gaji-gaji yang meningkat. Itu fenomena yang to be very honest, di negara-negara maju, para policy makers taken aback. Mereka surprise dengan situasi itu," imbuhnya.

Mengutip prediksi ekonom dan bankir dunia, Sri Mulyani menyebut lonjakan inflasi yang terjadi hanya bersifat temporary. Tapi kenyataannya, inflasi makin kesurupan hingga memicu permintaan kenaikan gaji atau upah.

"If you expect the economy to move again, then you have to pay higher. Itu lah yang sebetulnya paling dikhawatirkan para policy makers dari sisi moneter," ujar Sri Mulyani.

3 dari 3 halaman

Ekonom Ini Ramal Ekonomi Global Bakal Tak Baik-baik Saja Hingga 10 Tahun ke Depan

Penulis dan kepala ekonom di Tressis Gestion, Daniel Lacalle memprediksi perekonomian global akan menghadapi perlambatan hingga satu dekade ke depan.

"Saya pikir kita mungkin akan memasuki satu dekade pertumbuhan yang sangat, sangat buruk di mana negara ekonomi maju akan menemukan diri mereka beruntung dengan pertumbuhan 1 persen per tahun, jika mereka mampu mencapainya, dan apa yang lebih disayangkan daripada yang lainnya adalah dengan tingkat inflasi yang tinggi," kata Lacalle, mengutip CNBC International, Rabu (4/1/2023).

"Saya pikir kita sedang menjalani reaksi dari paket stimulus besar-besaran yang diterapkan pada tahun 2020 dan 2021. Hal itu tidak menghasilkan potensi pertumbuhan yang diharapkan banyak ekonom," sambungnya, kepada Squawk Box Europe CNBC.

Selain itu, dibukanya kembali aktivitas ekonomi China secara penuh akan menjadi langkah positif terbesar yang diharapkan pasar untuk tahun 2023 ini.

"Kami telah melihat gambaran yang sangat suram untuk ekonomi China, tidak hanya untuk pertumbuhan seluruh dunia tetapi khususnya untuk Amerika Latin dan juga untuk Afrika," sebut Lacalle.

Dia mengakui, dibukanya kembali aktivitas ekonomi China memang akan memberikan dorongan yang signifikan untuk pertumbuhan ekonomi dunia, tetapi eksportir dari negara Eropa salah satunya Jerman dan Prancis masih merasakan tekanan dari lockdown dan pelemahan bisnis di negara itu.

Menurutnya, dorongan tersebut belum cukup untuk mendekati tingkat pertumbuhan ekonomi sebelum pandemi.

Namun terlepas dari prospek yang suram, Lacalle masih optimis upaya mencegah krisis ekonomi masih bisa dilakukan.

“Saya pikir pasar mulai menghargai lingkungan di mana situasi global bukan lagi berfokus pada tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang tinggi, tetapi situasi yang menghindari krisis keuangan, dan jika itu terjadi, itu pasti positif," pungkasnya.

Seperti diketahui, perekonomian dunia telah bergulat dengan banyak guncangan mulai dari perang di Ukraina hingga kebijakan nol-Covid-19 di China dan lonjakan inflasi.

Dana Moneter Internasional (IMF) kini memproyeksikan bahwa pertumbuhan PDB global akan melambat dari 6 persen pada tahun 2021 menjadi 3,2 persen pada tahun 2022 dan 2,7 persen pada tahun 2023.

IMF menyebut hal itu sebagai pertumbuhan terlemah sejak tahun 2001 kecuali untuk krisis keuangan global dan fase akut dari pandemi Covid-19.