Sukses

Hai Bos, Lakukan Ini Usai PHK Demi Mempertahankan Karyawan Tersisa

Sebab, perusahaan yang mengalami PHK sering ditinggalkan oleh karyawan yang kurang percaya, kurang berkomitmen, dan kurang puas, kata para ahli.

Liputan6.com, Jakarta Di tahun 2022 beberapa perusahaan besar mengumumkan pemutusan hubungan kerja atau PHK untuk para karyawan.

Menghadapi hal tersebut, para pemimpin di perusahaan sebaiknya perlu mengadakan peningkatan moralitas dan produktivitas khususnya bagi yang bertahan.

Seperti perusahaan dunia Amazon dan Salesforce, keduanya termasuk perusahaan teknologi terbaru yang mengumumkan pemutusan hubungan kerja setelah perekrutan cepat selama beberapa tahun terakhir.

Untuk setiap perusahaan yang mengumumkan PHK, para pemimpin dan manajer senior harus membuat karyawan yang tersisa tetap termotivasi dan produktif.

“Manajer harus tahu apa yang diharapkan setelah PHK,” kata Pendiri Monarch Consulting Group Connie Whittaker Dunlop, yang mengembangkan pemimpin, tim, dan organisasi melalui pembinaan dan pelatihan seperti melansir CNBC, Jumat (13/1/12023).

Dia menambahkan, PHK yang dilakukan dengan salah akan menimbulkan biaya tambahan untuk perekrutan dan menggagalkan tujuan awal.

Buntut dari PHK sangat penting tidak hanya bagi mereka yang kehilangan pekerjaan, tetapi juga bagi yang tetap bertahan.

Sebab, perusahaan yang mengalami PHK sering ditinggalkan oleh karyawan yang kurang percaya, kurang berkomitmen, dan kurang puas, kata para ahli.

Memimpin dan Mengelola ‘Penyintas PHK’

Sekitar 70 persen dari “penyintas PHK” mengatakan motivasi di tempat kerja telah menurun sejak PHK, menurut survei yang dilakukan pada akhir November oleh BizReport.

Selain itu, 66 persennya melaporkan bahwa mereka merasa terlalu banyak bekerja sejak pemutusan hubungan kerja, dan sepertiga dari mereka yang selamat dari pemutusan hubungan kerja percaya bahwa keadaan akan memburuk bagi perusahaan mereka di masa depan.

Pekerja merasa tidak aman dalam pekerjaannya dan tingkat stres yang lebih tinggi menyebabkan beberapa karyawan berhenti karena frustrasi.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Komunikasi

Untuk mengatasi sentimen negatif tersebut, para ahli mengatakan bahwa para pemimpin perlu mengomunikasikan tujuan dan rencana jangka pendek organisasi dengan sangat jelas kepada para manajer garis depan.

“Pemimpin harus menunjukkan bagaimana mereka selaras dengan hal terpenting yang harus dicapai tim mereka dengan lebih sedikit orang,” kata presiden sebuah perusahaan konsultan yang berfokus pada pengembangan bakat North Star Communications Consulting Mark Dollins.s

Memiliki cerita yang jelas dan menarik tentang bagaimana PHK akan mempersiapkan perusahaan dengan lebih baik untuk masa depan merupakan komponen penting untuk mengelola perubahan.

Itu berarti “memberikan kepercayaan kepada karyawan bahwa kami melakukan ini karena ini bukan hanya hal reaktif,” kata Dollins, “dan ketika kami mencapai akhir dari keadaan ini, sebagai akibat dari restrukturisasi atau PHK ini atau apa pun yang kami sebut itu, kita akan berada di tempat yang lebih baik.”

 

3 dari 3 halaman

Bersikaplah Transparan Tentang ‘Perekrutan Diam-Diam’

“Perekrutan diam-diam” biasanya terjadi saat organisasi memperoleh keterampilan baru tanpa benar-benar mempekerjakan karyawan penuh waktu baru. Itu mungkin berarti karyawan saat ini untuk sementara pindah ke peran baru.

Untuk menghindari tekanan balik dari para penyintas PHK yang sudah merasa kewalahan, para ahli mengatakan bahwa para pemimpin harus memberi tahu pekerja keahlian apa yang akan dibutuhkan dan bagaimana mereka bisa mendapatkannya dan mengomunikasikannya dengan jelas. Jika tidak, mereka berisiko mendapat reaksi balik dari pegawai negeri.

“Pekerja tidak lagi mengeluarkan ini di ruang istirahat, mereka mengeluarkannya di TikTok,” kata pendiri dan CEO platform pelatihan tenaga kerja 1Huddle Sam Caucci.

Memberi Sinyal

PHK cenderung datang ketika akhir tahun fiscal. Hal itu karena perusahaan menutup pembukuan dan melakukan penyesuaian untuk masa depan. Tentu saja, kondisi ekonomi selalu dapat berubah, tetapi memberikan sinyal ‘semua jelas’ kepada karyawan ketika perusahaan selesai melakukan PHK dapat membantu mengatur ulang tahapan tersebut. “Itu menciptakan kesan ‘Oke, sekarang ayo kembali bekerja’,” kata Dollins.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.