Sukses

Jelang Tahun Baru Imlek, Warga China Mulai Berbondong-bondong Bepergian

Menjelang Tahun Baru Imlek, ada sekitar 34,7 juta perjalanan yang dilakukan melalui jalan darat, kereta api, air atau udara di China pada 7 Januari 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat di China mulai bepergian menjelang musim libur Tahun Baru Imlek 2023. Besarnya jumlah warga China yang bepergian untuk libur Tahun Baru Imlek pun menjadi salah satu tanda berakhirnya kebijakan nol-Covid-19 yang memberi jalan bagi pemulihan aktivitas ekonomi.

Melansir South China Morning Post, Jumat (13/1/2023) Kementerian Perhubungan China mengungkapkan ada sekitar 34,7 juta perjalanan dalam negeri yang dilakukan melalui jalan darat, kereta api, air atau udara pada Sabtu, 7 Januari 2023. 

7 Januari menjadi hari pertama dari kesibukan perjalanan Tahun Baru Imlek 2023 di China. Kemudian pada hari Minggu, 8 Januari 203 jumlah itu bertambah menjadi 35,4 juta. Jumlah pelaku perjalanan di China tahun ini bahkan 40 persen lebih tinggi daripada tahun 2022 lalu.

Wakil Menteri Transportasi China Xu Chengguang memperkirakan, negara itu akan melihat sekitar 2,1 miliar perjalanan selama keseluruhan periode 40 hari Festival Musim Semi, yang disebut Chunyun.

Peningkatan perjalanan di China, bersama dengan indikator mobilitas lainnya menunjukkan lonjakan penggunaan kereta bawah tanah dan kemacetan lalu lintas. 

Hal ini menjadi pertanda baik bagi prospek ekonomi negara itu, dan menunjukkan bahwa gelombang Covid-19 terburuk mungkin akan segera berakhir di kota-kota besar. Sejumlah ekonom juga menaikan perkiraan mereka untuk pertumbuhan ekonomi China setelah pencabutan kebijakan nol-Covid-19 menjelang Tahun Baru Imlek.

Barclays pekan lalu menaikkan proyeksi pertumbuhan PDB China menjadi 4,8 persen untuk 2023 dari 3,8 persen pada pembukaan kembali yang lebih cepat dari perkiraan. "Aktivitas di China telah pulih secara signifikan," kata Tommy Xie, kepala penelitian China di Oversea-Chinese Banking Corporation.

"Tingkat kemacetan di kota-kota seperti Beijing dan Chengdu yang pertama kali dilanda wabah Covid-19 sudah pulih sepenuhnya," ungkapnya.

2 dari 4 halaman

Kemacetan Lalu Lintas China Naik 116 Persen jelang Tahun Baru Imlek

Kemacetan lalu lintas di 15 kota besar di China per 8 Januari juga naik menjadi 116 persen daripada tingkat yang terlihat pada Januari 2021, menurut indeks yang disusun oleh BloombergNEF berdasarkan data lalu lintas Baidu.

Indeks tersebut melacak rata-rata pergerakan lalu lintas dalam tujuh hari.

Penggunaan kereta bawah tanah di puluhan kota besar China juga terus meningkat setelah mencapai titik terendah bulan lalu, menurut data yang dikumpulkan Bloomberg.

Jumlah penumpang kereta bawah tanah harian di 11 kota besar melonjak 20 persen untuk pekan yang berakhir pada hari Minggu, dibandingkan dengan pekan sebelumnya.

Meskipun demikian, masih ada jalan yang harus dilalui sebelum China kembali ke level yang belum pernah terlihat sejak sebelum pandemi.

Ukuran lalu lintas penumpang kereta bawah tanah untuk minggu lalu masih 24 persen lebih rendah dari periode yang sama tahun 2021.

Selain itu, volume penumpang pada hari pertama dan kedua periode perjalanan libur Tahun Baru Imlek hanya sekitar setengah dari yang tercatat pada 2019, menurut Kementerian Perhubungan China.

Pada akhir periode, jumlah total perjalanan diharapkan mencapai 70 persen dari tingkat pra-pandemi, kata Wakil Menteri Transportasi China Xu Chengguang.

3 dari 4 halaman

Libur Tahun Baru Imlek 2023, 10 Negara Ini Jadi Tujuan Favorit Turis China

Sejak 8 Januari 2023, China membuka perbatasannya bagi pelancong asing. Dicabutnya kebijakan ketat Covid-19 di negara itu juga membebaskan turis China untuk berlibur di luar negeri menjelang perayaan Tahun Baru Imlek.

Mengutip CNBC International, Rabu (11/1/2023) perusahaan layanan pemesanan perjalanan Trip.com Group mengungkapkan, warga China telah bergegas merencanakan perjalanan ke luar negeri untuk Tahun Baru Imlek pada akhir Januari 2023.

Dalam waktu setengah jam setelah perubahan kebijakan yang diumumkan China, penelusuran untuk perjalanan ke luar negeri melonjak ke level tertinggi dalam tiga tahun, kata perusahaan tersebut.

Ada 10 negara yang menjadi destinasi pilihan favorit bagi turis China untuk merayakan libur Tahun Baru Imlek, dengan volume pencarian yang tumbuh paling cepat sebagai berikut : 

1. Jepang

2. Thailand

3.  Korea Selatan

4. Amerika Serikat

5.  Singapura

6. Malaysia

7. Australia

8. Inggris 

9. Makau

10. Hong Kong

Uniknya, dari daftar destinasi tersebut tidak terdapat negara di kawasan eropa.

4 dari 4 halaman

Warga China di Australia Rela Bayar Rp 129,1 Juta Demi Pulkam Rayakan Tahun Baru Imlek

China pada 8 Januari 2023 membuka perbatasannya bagi pelancong asing. Menjelang Tahun Baru Imlek 2023, warga China di luar negeri yang hendak pulang kampung mengungkapkan pengalamannya ketika lonjakan harga tiket penerbangan menjadi salah satu tantangan untuk mereka.

Salah satunya negara yang menghadapi mahalnya harga tiket ke China, adalah Australia. 

Melansir Sydney Morning Herald, Selasa (10/1/2023) saat ini belum ada maskapai penerbangan di Australia yang memiliki layanan harian masuk dan keluar dari China, yang berarti tarif tinggi dan sedikit kursi kemungkinan akan bertahan di masa mendatang.

Qantas, yang merupakan satu-satunya maskapai penerbangan Australia yang melayani penerbangan ke China sejauh ini belum mengumumkan kembalinya rute perjalanan ke negara tersebut.

Maskapai terbesar Hong Kong Cathay Pacific juga masih menghadapi masalah kepegawaian dan secara signifikan membatasi layanannya ke China selama tiga bulan ke depan.

Seorang warga China di Australia, yakni Simon Jiang mengungkapkan mahalnya harga tiket perjalanan ke China saat ini.

Mertua Simon Jiang tiba di Sydney dari Beijing pada November 2022 setelah berbulan-bulan penundaan karena upaya mendapatkan visa, paspor, dan penerbangan mereka. 

Keluarga Simon masing-masing terpaksa untuk mengeluarkan uang sebesar 12.000 dollar Australia atau sekitar Rp. 129,1 juta (asumsi kurs Rp. 10.700 per dollar Australia) untuk harga tiket pesawat penerbangan ekonomi, tiket sekali jalan yang dijadwal ulang beberapa kali.

"Sebelum Covid-19, harga tiket hanya sekitar 5000 dollar hingga 6000 untuk pulang pergi, saya bahkan mendengar tiket yang lebih mahal dibeli oleh beberapa teman lain sekitar setahun yang lalu yang saat itu naik menjadi 30 atau 40 ribu dollar per tiket," katanya.