Liputan6.com, Jakarta Target penyerapan beras pada saat panen raya yang harus dilakukan Perum Bulog tahun 2023 ini bertambah menjadi 2,4 juta ton. Sebelumnya, tahun lalu hanya ditugaskan menyerap 1,2 juta ton beras.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas)/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi saat ditemui usai kunjungan di Gudang Bulog, Jakarta Utara, Jumat (13/1/2023).
Baca Juga
Arief menegaskan penyerapan Bulog tersebut nantinya akan termasuk dalam cadangan beras guna menjaga stabilisasi harga beras di pasaran.
Advertisement
"Tahun ini Bulog ditugaskan menyerap bukan 1,2 juta ton beras lagi, tetapi 2,4 juta ton beras. Termasuk sejumlah 1,2 juta ton beras untuk menjaga stabilisasi harga pasar," kata Arief.
Alhasik dengan perhitungan tersebut, Bulog kemungkinan akan memiliki cadangan beras sebanyak 1 juta ton saat akhir tahun 2023.
Badan Pangan Nasional berharap penyerapan beras Bulog tahun ini bisa berjalan lancar, agar target itu bisa tercapai dengan baik.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Bulog Mokhamad Suyamto mengungkapkan beberapa strategi yang akan dilakukan Bulog agar bisa memenuhi target penyerapan 2,4 juta ton beras di tahun ini.
Panen Raya
Suyamto mengatakan pihaknya akan memanfaatkan momentum panen raya yang diprediksi mulai pada Maret hingga Mei 2023, dengan menyerap beras petani.
Bahkan, Bulog menargetkan bisa menyerap hingga 70 persen dari total penugasan ketika panen raya nanti.
Disamping itu, Suyamto mengatakan Pemerintah saat ini sedang mengkaji penyesuaian harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah dan beras petani.
"Akan ada penyesuaian HPP, Bulog operator, nanti diatur semuanya oleh Badan Pangan Nasional," pungkas Suyamto.
Advertisement
Bulog Bakal Sebar 35.000 Ton Beras di Jabodetabek
Badan Pangan Nasional (Bapanas) melalui Perum Bulog akan menggelontorkan cadangan beras pemerintah (CBP) sebanyak 35.000 ton untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Hal itu bertujuan untuk meredam tingginya harga beras, terutama di DKI Jakarta harga beras masih tembus di angka Rp 11.000 per kilogram. Oleh karena itu, Bapanas meminta Bulog untuk melepaskan CBP supaya harga beras di level konsumen bisa lebih terjangkau.
"Sekarang stok beras di Kelapa Gading (gudang Bulog) ini ada 40.000 ton. Sudah keluar sekitar 4.000 atau 6.000 ton. Jadi ada sekitar 35.000 untuk stabilisasi di Jabodetabek," kata Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi saat ditemui usai kunjungan di Gudang Bulog, Jakarta Utara, Jumat (13/1/2023).
Dia menjelaskan 35.000 beras tersebut sebagian berasal dari beras impor dan beras hasil panen petani. Bulog rencananya aman menyalurkan beras dengan kisaran harga Rp 8.300 hingga Rp 8.900 per kilogram. Sehingga pedagang bisa menjual ke konsumen dengan harga Rp 9.450 per kilogram.
Untuk penyaluran CBP ini dilakukan melalui skema Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Dalam prosesnya, penyaluran ini akan diawasi oleh Satgas Pangan dan Kementerian Perdagangan. Satgas pangan juga akan mengawasi pedagang beras agar tidak terjadi penimbunan.
Pembatasan stok beras bagi pedagang itu mengacu pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting. Dimana pedagang hanya boleh menyimpan stok beras maksimal tiga kali lipat dari pembelian.
Lebih lanjut, dia mengatakan penyaluran beras medium melalui program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) bersumber dari Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di gudang Bulog yang berasal dari pembelian langsung baik yang dibeli dengan menggunakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), harga fleksibilitas, pengalihan stok komersial, maupun pengadaan dari luar atas penugasan Pemerintah.
“Saat ini sampai panen raya, kita minta Bulog untuk mengeluarkan stok CBP yang ada di gudang, termasuk mengeluarkan beras dari luar yang sudah masuk bersamaan dengan stok beras lokal yang dimiliki Bulog. Saat ini waktunya kita keluarkan untuk stabilisasi Pasokan dan Harga Beras Nasional, jangan ditahan,” pungkasnya.