Sukses

Harga Pangan Dunia Termahal Sepanjang Sejarah, Erick Thohir: Harus Diantisipasi!

Harga pangan dunia saat ini mengalami kenaikan hingga 14 persen. Menteri BUMN Erick Thohir menyebut, kenaikan tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah.

Liputan6.com, Jakarta Harga pangan dunia saat ini mengalami kenaikan hingga 14 persen. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut, kenaikan tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah.

"Harga pangan di dunia naik sampai kurang lebih 14 persen. Ini tertinggi dalam sejarah," kata Erick saat ditemui di ICE BSD City, Tangerang, Banteng, Sabtu (14/1) malam.

Kenaikan harga pangan ini pun harus diantisipasi. Mengingat Indonesia masih ketergantungan beberapa komoditas pangan seperti gula, garam daging sapi hingga susu.

"Kita ada impor gula, garam, daging. Nah ini kan harus kita antisipasi," kata dia.

Tak hanya itu, Indonesia juga masih ketergantungan bahan baku pupuk yakni postat fosfat yang memang tidak dimiliki Indonesia. "Artinya masalah pupuk ini ini harus diutamakan," kata dia.

Erick mengatakan saat ini pihaknya telah diminta mempelajari menjadi pemasok bahan pangan (offtaker). Sehingga nantinya akan membeli hasil produksi petani untuk kemudian dijual kembali ke masyarakat dengan strategi pemerataan. Agar tingginya harga pangan tidak berdampak pada kenaikan tingkat inflasi.

"Nah ini yang kita sedang akan siapkan, rancangan membeli kebutuhan pokok," kata dia.

Selain itu, Erick telah memerintahkan perusahaan negara untuk melakukan efisiensi biaya operasional. Misalnya Pertamina yang berhasil melakukan efisiensi hingga Rp28,71 triliun di 2021 dan Rp600 triliun tahun 2021.

Kemudian PLN yang mendorong efisiensi Capex hingga 30 persen. Makanya percepatan pembayaran utang sudah mulai dilakukan. Dari total utang Rp500 triliun, sudah mulai dicicil Rp96 triliun.

"Yang tadinya utang PLN Rp500 triliun jadi Rp404 triliun, jadi Rp96 sudah dicicil" kata Erick Thohir mengakhiri.

2 dari 3 halaman

Mendag Zulkifli Hasan: Harga Cabai di Sejumlah Daerah Mulai Turun

Harga beberapa komoditas seperti cabai di awal Januari ini terpantau mahal. Dilansir dari laman Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, harga cabai rawit merah masih di angka Rp 63.100 per kilogram (kg).

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menjelaskan, sebenarnya harga cabai mulai melandari di awal tahun ini. Saat kunjungannya ke Lampung, harga cabai dibanderol Rp 40.000 per kg, dan bahkan di Jawa Tengah sudah normal di angka Rp 35.000 per kg.

"Saya kemarin ke Lampung Rp 40 ribu per kilo, tapi di Jawa Tengah cabai rawit Rp 35 ribu, saya pergi ke Kendal Rp 35 ribu untuk cabai rawit," kata Mendag Zulkifli Hasan saat ditemui di SCTV Tower, Jakarta, Rabu (11/1/2023).

Zulkifli Hasan menjelaskan, kenaikan harga kebutuhan pokok memang sudah biasa terjadi jika permintaan meningkat, maka harganya pun dinaikkan oleh penjual. Begitupun sebaliknya, jika permintaan menurun harga juga ikut turun.

"Ayam bertelur hari ini dijualnya besok, kalau permintaan banyak harga naik, permintaan turun langsung turun. Ayam dijual hari ini dijual hari ini kalau pagi harga ayam mahal, dan siang lebih murah. Cabai begitu, kalau panen dijualnya besok maka lusa sudah busuk," ujarnya.

Oleh karena itu, Pemerintah sudah membentuk Badan Pangan Nasional untuk mengatur stok kebutuhan pangan supaya bisa dikendalikan. Namun, untuk saat ini baru mampu memenuhi stok beras, komoditas pangan lainnya belum.

"Yang baru bisa kita stok itu baru beras. Kita sudah gak impor beras 3 tahun, karena harga beras naik maka bulog menghabiskan stoknya dengan harga murah Rp 9000," katanya.

Sebagai informasi, Bulog memang menargetkan impor beras sebanyak 500 ribu ton untuk mengisi Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Dari total tersebut, Bulog telah melakukan impor beras 200.000 ton pada 2022 yang berasal dari Thailand Vietnam, Pakistan, Myanmar.

Beras impor tersebut, nantinya ditujukan untuk operasi pasar agar harga beras stabil di masyarakat. Kemudian sisanya 300 ribu ton rencananya akan dilakukan impor pada akhir Februari, sehingga pada masa panen di dalam negeri, Bulog bisa menyerap beras petani.

"Impor beras sampai Januari, karena Februari- Maret sudah panen," pungkas Mendag.

3 dari 3 halaman

Cuaca Ekstrem Bikin Petani Cabai Sulit Panen

Cuaca ekstrem yang terjadi belakangan turut berdampak ke banyak sektor, termasuk pertanian. Petani cabai yang terdampak mengaku kesulitan panen karena hujan yang berkepanjangan.

Ketua Asosiasi Champion Cabai Indonesia Tunov Mondro Atmojo mengatakan kondisi cuaca saat ini berimbas pada rusaknya tanaman cabai.

"Cuaca ekstrim sangat berpengaruh di tanaman cabai, dampak cuaca ekstrim jelas merusak tanaman cabai yg notabene rentan cuaca dan hama," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (6/1/2023).

Dia menyebut, hujan yang terjadi sepanjang hari juga menghambat petani untuk panen. Dengan begitu, stok cabai menjadi menyusut, yang pada akhirnya mempengaruhi harga jual di tingkat petani dan tingkat hilir.