Sukses

Ada Badai Pandemi, Harta 1 Persen Orang Terkaya Dunia Justru Meroket Dua Kali Lipat dari Warga Biasa

Kekayaan para orang terkaya dunia melonjak sebesar USD 26 triliun

Liputan6.com, Jakarta - [Kekayaan](/5176656 "") para orang terkaya dunia ternyata bertambah jauh lebih cepat dibandingkan masyarakat lain selama dua tahun terakhir.

Hal itu diungkapkan dalam laporan terbaru ketidaksetaraan tahunan yang dirlis oleh organisasi non-pemerintah yang berfokus pada pemberantasan kemiskinan, Oxfam.

Melansir CNN Business, Senin (16/1/2023) Oxfam dalam laporan terbarunya mengatakan, 1 persen masyarakat terkaya telah meraup kekayaan baru hampir dua kali lipat dari penduduk di seluruh dunia selama dua tahun terakhir.

Kekayaan para orang kaya melonjak sebesar USD 26 triliun, sedangkan 99 persen lainnya hanya melihat kekayaan bersih mereka naik sebesar USD 16 triliun, ungkap laporan Oxfam Sementara itu, mereka yang kurang beruntung secara finansial sedang berjuang.

Laporan Oxfam menyebut, sekitar 1,7 miliar pekerja tinggal di negara-negara di mana tingkat inflasi sudah melampaui upah. 

Selain itu, pengentasan kemiskinan kemungkinan terhenti tahun lalu setelah jumlah orang miskin global meroket pada tahun 2020.

"Sementara orang biasa berkorban setiap hari untuk hal-hal penting seperti makanan, orang super kaya bahkan telah mengalahkan impian terbesar mereka," ujar Gabriela Bucher, direktur eksekutif Oxfam International.

"Hanya dalam dua tahun, dekade ini akan menjadi yang terbaik bagi para miliarder - ledakan tahun 20-an yang menderu-deru untuk orang terkaya di dunia," bebernya.

Laporan ketidaksetaraan tahunan Oxfam, yang mengacu pada data yang dikumpulkan oleh Forbes, bertepatan dengan dimulainya pertemuan Forum Ekonomi Dunia tahunan di Davos, Swiss, sebuah pertemuan elit dari beberapa orang terkaya dan pemimpin dunia.

2 dari 4 halaman

Miliarder Cuan dari Tren Pandemi

Meskipun terjadi penurunan pada kekayaan miliarder dunia selama setahun terakhir, menurut Oxfam, mereka masih jauh lebih kaya daripada saat awal pandemi.

Kini, kekayaan miliarder dunia bisa mencapai USD 11,9 triliun, menurut Oxfam. Jumlah itu terlepas dari penurunan hampir USD 2 triliun dari akhir 2021, dan masih jauh di atas USD 8,6 triliun yang dimiliki miliarder pada Maret 2020.

Menurut Nabil Ahmed, direktur keadilan ekonomi Oxfam America, miliarder dunia  mendapat manfaat dari tiga tren.

Tren itu adalah, saat awal pandemi, pemerintah, terutama di negara-negara kaya, menggelontorkan triliunan dolar ke ekonomi mereka untuk mencegah keruntuhan. Upaya itu mendorong lonjakan pada saham dan nilai aset lainnya.

"Begitu banyak dari uang segar itu berakhir dengan orang-orang yang sangat kaya, yang mampu mengatasi lonjakan pasar saham ini, ledakan aset ini," kata Ahmed.

"Dan pagar perpajakan yang adil tidak ada," sebutnya.

Juga, banyak perusahaan telah melakukan kinerjanya dengan baik dalam beberapa tahun terakhir.

Sekitar 95 perusahaan makanan dan energi memperoleh keuntungan lebih dari dua kali lipat pada tahun 2022, kata Oxfam, karena inflasi membuat harga melonjak.

Sebagian besar uang ini dibayarkan kepada pemegang saham.

Selain itu, tren jangka panjang dari pencabutan hak-hak pekerja dan konsentrasi pasar yang lebih besar meningkatkan ketimpangan.

Sebaliknya, kemiskinan global meningkat pesat di awal pandemi. Meskipun beberapa kemajuan dalam pengentasan kemiskinan telah dibuat sejak saat itu, namun diperkirakan terhenti pada tahun 2022, sebagian karena perang di Ukraina, yang memperburuk harga pangan dan energi yang tinggi, menurut data Bank Dunia yang dikutip oleh Oxfam.

Ini adalah pertama kalinya kekayaan ekstrem dan kemiskinan ekstrem meningkat secara bersamaan dalam 25 tahun, kata Oxfam.

3 dari 4 halaman

Oxfam Serukan Penambahan Pajak pada Miliarder

Untuk mengatasi ketimpangan yang semakin meningkat, Oxfam menyerukan kepada pemerintah untuk menaikkan pajak bagi penduduk terkaya mereka.

Organisasi itu menyarankan untuk segera dikenalkannya pajak kekayaan satu kali dan pajak rejeki untuk mengakhiri pencatutan dari krisis global, serta meningkatkan pajak secara permanen pada 1 persen penduduk terkaya menjadi setidaknya 60 persen dari pendapatan mereka dari tenaga kerja dan modal.

Oxfam percaya bahwa tarif di atas 1 persen harus cukup tinggi untuk secara signifikan mengurangi jumlah dan kekayaan mereka. Dana tersebut kemudian harus didistribusikan kembali.

"Kami benar-benar menghadapi krisis konsentrasi kekayaan yang ekstrem," kata Ahmed.

"Dan pertama-tama, menurut saya, penting untuk menyadari bahwa hal itu tidak bisa dihindari. Prasyarat strategis untuk mengekang ketidaksetaraan ekstrem adalah membebani orang yang sangat kaya," dia mengakui.

4 dari 4 halaman

Harta Miliarder Dunia Merosot Rp 29,7 Kuadriliun di 2022

Tahun 2022 menjadi masa yang cukup sulit bagi para miliarder dunia. Setelah menambah triliunan kekayaan kolektif pada 2020 dan 2021, orang-orang terkaya di dunia akhirnya terguncang oleh pasar saham yang goyah selama 12 bulan terakhir ini, dari perang di Eropa hingga inflasi yang merajalela.

Melansir Forbes, Kamis (28/12/2022), para miliarder yang ada di planet ini telah kehilangan sampai USD 1,9 triliun atau sekitar Rp 29,7 kuadriliun pada tahun 2022, dengan kekayaan kolektif yang turun dari USD 13,8 triliun pada Tahun Baru menjadi USD 11,9 triliun pada 9 Desember.

Bahkan jumlah miliarder pun ikut turun, dari 2.671 menjadi 2.523, menurut data Real-Times Forbes. Salah satunya dirasakan oleh Sam Bankman-Fried, Kanye West, dan pendiri Rivian RJ Scaringe yang telah turun dari peringkat.

Tidak ada yang terpukul lebih keras daripada 300 atau lebih, miliarder teknologi dunia secara kolektif telah kehilangan lebih dari USD 1 triliun pada tahun 2022.

Setelah beberapa tahun yang riuh ketika ledakan pandemi dan investor yang terlalu bersemangat meningkatkan saham teknologi dan penilaian perusahaan rintisan, banyak hal lain terjadi dan telah membuat kekayaan anjlok, dari perusahaan yang memangkas biaya hingga merumahkan pekerja dan menarik IPO.

Seperti saham Amazon yang merosot hampir 50 persen. Hal itu tentu berdampak pada kekayaan bersih Jeff Bezos yang berkurang lebih dari USD 80 miliar.

Ada lagi saham Google-parent Alphabet yang turun 36 persen, berkurang lebih dari USD 40 miliar masing-masing dari kekayaan pendiri Larry Page dan Sergey Brin.