Liputan6.com, Jakarta Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia angkat bicara soal kasus yang terjadi di PT Gunbuster Nickel Industry (GNI), Morowali Utara, Sulawesi Tengah beberapa waktu lalu. Bahlil menyayangkan kejadian tersebut dan meminta peristiwa tersebut sebagai bahan evaluasi kepada semua pihak.
“Kaitannya dengan PT GNI, kejadian ini patut disayangkan bersama karena ini jadi materi evaluasi baik investor, karyawan lokal dan karyawan asing, pemerintah,” kata Bahlil di kantor Kementerian Investasi, Jakarta Pusat, Selasa (24/1/2023).
Baca Juga
Bahlil meminta tidak ada pihak yang saling menyalahkan atas peristiwa naas tersebut. Sebaiknya semua pihak diminta untuk melakukan evaluasi.
Advertisement
“Tidak usah saling menyalahkan, kita evaluasi diri saja. Ini pasti ada gesekan-gesekan,” ungkap Bahlil.
Sebagai bagian dari pemerintah, Bahlil meminta semua pihak juga bisa berlaku adil kepada, investor dan negara. “Kalau saya ditanya, ya kita harus berlaku adil, adil ke investor dan adil ke negara,” pungkasnya.
Sebagai informasi, aksi unjuk rasa anarkistis berujung bentrok terjadi di lokasi industri pengolahan nikel (smelter) PT Gunbuster Nickel Industri (GNI) di Desa Bunta, Kecamatan Petasia Timur, pada Sabtu (14/1/2023) siang sampai malam hari.
Kerusuhan yang terjadi di lingkungan PT GNI tersebut dilaporkan menimbulkan dua orang korban tewas, seorang TKI dan seorang TKA serta kerugian material yang cukup besar.
Dilaporkan pula terjadi penjarahan di asrama putri TKI serta pembakaran aset perusahaan. Sekitar 70 orang telah ditahan kepolisian untuk diusut tuntas terkait aksi anarkistis tersebut.
Bentrok Maut PT GNI Bisa Ganggu Target Investasi Rp 1.400 Triliun
Kasus bentrok maut di PT Gunbuster Nickel Industri (PT GNI) turut mengganggu rencana pemerintah, yang menargetkan investasi Rp 1.400 triliun di 2023. Insiden bentrok ini memakan dua korban jiwa, satu merupakan tenaga kerja Indonesia (TKI) dan satu lainnya tenaga kerja asing (TKA) asal China.
PT GNI merupakan perusahaan pengolahan bijih nikel di Morowali Utara, Sulawesi Tengah yang dimiliki pengusaha tambang asal China. Pabrik smelter PT GNI masuk dalam proyek strategis nasional (PSN) di bidang hilirisasi mineral dan batubara (minerba).
Menurut kabar beredar, total TKA yang bekerja di PT GNI berjumlah 1.300 orang. Mereka hadir dan dipekerjakan untuk mentransfer ilmu kepada TKI yang berjumlah 11 ribu orang.
Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menilai, kasus bentrokan maut di PT GNI tentunya akan berimbas pada target investasi Rp 1.400 triliun yang fokus untuk sektor hilirisasi.
"Bentrok PT GNI pasti akan ada pengaruh, tetapi akan bergantung kepada bagaimana penyelesaian yang ditempuh oleh pemerintah," ujar Piter kepada Liputan6.com, Rabu (18/1/2023).
Advertisement
Investor China
Oleh karenanya, ia berharap pemerintah segera menyelesaikan kasus tersebut. Sehingga tidak mengganggu minat investor untuk menanamkan modalnya di Tanah Air.
"Apabila penyelesaiannya dinilai memuaskan investor, tidak akan terpengaruh negatif. Penyelesaian yang bisa diterima semua pihak," imbuhnya.
Piter lantas berfokus pada investor asal China. Selain sebagai pihak penanam modal terbesar, ia menyebut pelaku usaha asal Negeri Tirai Bambu pastinya menanti hasil penyidikan kasus PT GNI yang telah menewaskan satu orang pekerja asal negaranya.
"Saya kira investor China masih menunggu bagaimana penyelesaiannya. Kasusnya sendiri belum akan menjadi sentimen negatif," kata Piter.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com