Liputan6.com, Jakarta Perekonomian di Indonesia, terutama yang berkaitan dengan inflasi pada Desember 2022 dapat dikendalikan pada angka 5,51%. Saat ini, Indonesia pun masih berada pada batas inflasi yang terkendali.Â
Demikian dikatakan Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin sekaligus menyampaikan apresiasinya ke Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Menurut Ma'ruf, di bawah kepemimpinannya, ketersediaan pangan terjaga.Â
Baca Juga
"Saya memberikan apresiasi kepada Menteri Pertanian. Indonesia bisa menjaga produktivitas pangan nasional di saat tantangan yang begitu besar," ungkap Ma'ruf saat membuka kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pembangunan Pertanian Tahun 2023, di Hotel Bidakara, Jakarta, pada Rabu (25/1) pagi.
Advertisement
Ma'ruf mengatakan bahwa tantangan penyediaan pangan ke depan semakin berat, apalagi pandemi covid-19 belum sepenuhnya berakhir. Ditambah saat ini dunia dihadapkan pada tantangan dampak perubahan iklim dan iklim ekstrim yang sangat sulit diprediksi.Â
Selain itu, tekanan geopolitik dunia turut menyebabkan harga pangan semakin mahal dan menyebabkan terjadinya krisis pangan global.
"Beban pertanian kita sangat berat. Kita harus bisa menyediakan pangan untuk lebih dari 275 juta jiwa. Stabilitas produksi dan harga pangan menjadi kritikal dan harus terus dijaga," jelas Ma'ruf.
Untuk itu, Ma'ruf meminta semua kalangan untuk bekerja sama demi meningkatkan produktivitas pangan nasional. Dirinya percaya, dengan kerjasama semua pihak, masalah produksi bisa diatasi. Ma'ruf pun meminta Kementerian Pertanian (Kementan) untuk membuat terobosan demi peningkatan produktivitas pangan.
"Sektor pertanian menjadi salah satu sektor unggulan kita untuk mengantisipasi krisis dan juga mengendalikan inflasi. Jadi pemenuhan kebutuhan pangan menjadi sebuah keniscayaan," ujar Ma'ruf.
Â
Meski demikian, Indonesia mendapatkan penghargaan dari Lembaga Penelitian Padi Internasional (International Rice Research Institute/IRRI) atas keberhasilannya membangun sistem pertanian dan pangan Indonesia yang tangguh terhadap berbagai tantangan, serta pencapaian swasembada beras selama 2019-2021.Â
Ke depannya, Ma'ruf meminta Kementan terus memperkuat diversifikasi pangan. Upaya meningkatkan dan memperluas diversifikasi pangan lokal harus digarap dengan baik, untuk mengurangi ketergantungan beras.
"Masyarakat masih tergantung pada beras. Konsumsi beras harus kita turunkan dari 92 kg menjadi 85 kg per kapita per tahun," kata Ma'ruf yang menyambut positif upaya Kementan dalam memperkuat sektor pertanian sebagai pengendali inflasi dalam menghadapi krisis pangan dunia.Â
"Saya juga meminta Kementan harus mampu mengidentifikasi komoditas pangan yang akan difokus untuk dikembangkan dalam menghadapi krisis pangan dunia khususnya dalam pengendalian inflasi , termasuk target produksi dan juga lokasi dimana saja," kata Ma'ruf.Â
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengamini pernyataan Ma'ruf. Menurutnya, tantangan pangan semakin berat ke depannya. Tapi Syahrul memastikan pihaknya akan terus memaksimalkan peningkatan produksi pangan.
"Apapun yang terjadi besok, Indonesia tidak boleh bersoal karena masih tersedianya pangan buat rakyat. Kami tidak bisa main-main dengan kepentingan rakyat," ujar Syahrul.
Dalam upaya menghadapi potensi krisis pangan global, Kementan tetap menjalankan program-program peningkatan produksi pangan yang selama ini telah berjalan dengan baik, sekaligus memberikan perhatian serius pada sejumlah program.Â
Pertama melakukan peningkatan kapasitas produksi pangan untuk komoditas pengendali inflasi seperti cabai dan bawang merah, serta untuk mengurangi impor seperti kedelai, jagung, gula tebu, dan daging sapi. Kedua, pengembangan pangan substitusi impor seperti ubi kayu, sorgum, dan sagu untuk substitusi gandum, serta domba/kambing dan itik untuk substitusi daging sapi.Â
Ketiga, Peningkatan ekspor seperti sarang burung walet, porang, ayam, dan telur. Menteri Pertanian mensyukuri berbagai capaian sektor pertanian pada tiga tahun terakhir. Setelah melalui upaya keras dengan melakukan penyesuaian berbagai strategi, program dan kegiatan di tengah pandemi Covid-19, hasilnya memperlihatkan bahwa sektor pertanian tetap konsisten tumbuh positif.Â
Hal itu terlihat pada Triwulan (TW) II 2020, dimana PDB Sektor Pertanian tumbuh positif 16,24% (q to q) dan terus berlanjut pada 2022. Nilai Tukar Petani (NTP) terus membaik, bahkan pada penutupan tahun 2022 (Desember 2022) mencapai 109,0.Â
"Semoga peran penting sektor pertanian sebagai bantalan ekonomi nasional semakin nyata dalam menghadapi krisis pangan dunia ke depan," ujar Syahrul.
Â
(*)