Sukses

Wapres Ma'ruf Berikan Strategi Wujudkan Pertanian Kuat dan Mampu Kendalikan Inflasi Pangan di Rakernas 2023

Ma'ruf memberikan beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan secara masif oleh Kementan.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) berupaya mewujudkan pembangunan pertanian tahun 2023 yang mampu melahirkan sektor pangan kuat dan adaptif, terhadap tantangan yang semakin beragam. Upaya itu mendapat apresiasi dari Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin. 

Ma'ruf berharap, penguatan sektor pertanian sekaligus mampu mengendalikan inflasi utamanya pangan guna menghadapi krisis pangan dunia. Menurut Ma'ruf saat ini beban sektor pertanian cukup berat dan harus mampu menyediakan pangan bagi lebih dari 275 juta jiwa edi Indonesia. 

"Ketersediaan pangan dan stabilitas harga pangan menjadi persoalan kritikal yang harus senantiasa dikelola dengan baik, seiring meningkatnya tren pertumbuhan penduduk," demikian dikatakan Ma'ruf Amin dalam arahannya pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pembangunan Pertanian 2023 dengan tema "Memperkuat Sektor Pertanian Sebagai Pengendali Inflasi Dalam Menghadapi Krisis Pangan Dunia" yang berlangsung di Jakarta, Rabu (25/1).

Agar mampu mengendalikan inflasi dalam menghadapi krisis pangan dunia, Ma'ruf memberikan beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan secara masif oleh Kementan. Pertama, mengidentifikasi komoditas pangan yang tepat dalam menghadapi krisis pangan dunia serta fokus mendorong pengembangannya.

"Kedua, adalah fakta bahwa lahan pertanian semakin menyusut karena alih fungsi lahan pertanian menjadi non-pertanian. Hal ini dinilai dapat menjadi ancaman nyata ketahanan pangan, apabila tidak dibarengi dengan upaya menggenjot produksi," ujar Ma'ruf.

Ketiga, penguatan program diversifikasi pangan lokal secara masif. Saat ini masyarakat Indonesia masih tergantung pada beras sebagai sumber makanan pokok, untuk itu Kementan diharapkan menargetkan konsumsi beras turun ke posisi 85 kg per kapita per tahun, dari sekitar 92 kg per kapita pada 2020 . 

"Selanjutnya, Kementerian Pertanian perlu terus bersinergi dengan kementerian terkait, pemerintah daerah serta berbagai pihak, untuk menyukseskan prioritas pembangunan nasional, seperti korporasi petani dan modernisasi pertanian," kata Ma'ruf.

Berkaitan dengan kinerja sektor pertanian hingga saat ini, Ma'ruf mengapresiasi produksi pangan beberapa tahun terakhir ini mengalami surplus. Produksi beras misalnya, berdasarkan data BPS selalu surplus setiap tahun sehingga peningkatan angka surplus ke depannya harus lebih ditingkatkan.

"Tahun 2022, beras surplus 1,74 juta ton. Saya minta fokus kita agar jangan hanya pada surplusnya saja, tetapi juga pada besaran angkanya. Harapannya jumlah surplus terus meningkat dari tahun ke tahun. Artinya produksi beras juga meningkat dari tahun ke tahun diikuti juga peningkatan surplusnya," kata Ma'ruf. 

Selain itu Ma'ruf juga mengapresiasi kolaborasi dan kinerja sektor pertanian yang dibangun selama ini. Itu karena sistem pertanian dan pangan Indonesia dipandang tangguh dan berhasil mencapai swasembada beras selama 2019-2021, bahkan berhasil mendapat penghargaan dari Lembaga Penelitian Padi Internasional (International Rice Research Institute/IRRI). 

Menurutnya, capaian tersebut bukan hanya harus dipertahankan, tetapi juga perlu untuk terus ditingkatkan. Itu sangat penting demi mewujudkan kemandirian pangan yang berkelanjutan dan kesejahteraan nyata bagi masyarakat dan tentunya para petani.

"Saya berharap, Rakernas Pembangunan Pertanian 2023 ini dapat mendorong pada sinergi dan kesiapan semua pihak untuk menghadapi beragam tantangan, khususnya dalam pengendalian inflasi dan antisipasi krisis pangan dunia. Manfaatkan dan ciptakan peluang-peluang untuk terus berbenah diri menuju kinerja dan capaian yang lebih baik," ujar Ma'ruf.

 

Pada kesempatan yang sama, Mentan Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) juga memaparkan kinerja sektor pertanian selama tahun 2020-2022 yang membanggakan. Setelah melalui upaya keras dengan melakukan penyesuaian berbagai strategi, program dan kegiatan di tengah pandemi Covid-19, hasilnya memperlihatkan bahwa sektor pertanian tetap konsisten tumbuh positif.

"Tantangan pembangunan sektor pertanian 2023 bukan hal mudah namun dukungan Presiden dan Wakil Presiden RI mampu mendorong semangat kami untuk bekerja lebih giat lagi. Terima kasih Pak Wapres atas kehadirannya hari ini, kami mohon arahan untuk sektor pertanian kedepan," kata Mentan Syahrul.

Berdasarkan data BPS, PDB Sektor Pertanian pada triwulan II 2020 tumbuh positif 16,24 persen (q to q) dan terus berlanjut pada 2022. Nilai Tukar Petani (NTP) terus membaik, bahkan pada penutupan tahun 2022 (Desember 2022) mencapai 109,0. 

Selain itu, lanjutnya, ekspor pertanian juga menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Pada tahun 2022, ekspor produk pertanian mencapai Rp658,18 triliun dan meningkat 6,79% dibandingkan pada periode yang sama tahun 2021.

"Kementerian Pertanian juga terus mendorong pemanfaatan KUR dalam mengakselerasi pembangunan pertanian. Selama 2020-2022 kinerja KUR bidang pertanian menggembirakan. Realisasi KUR 2020 sebesar Rp55,3 triliun, realisasinya 110,62% dari target Rp50 triliun," ujarnya.

Kemudian pada 2021 mencapai Rp85,62 triliun, realisasinya 122,31% di atas target Rp 70 triliun dan per 30 Oktober 2022 dengan realisasi KUR mencapai Rp95,43 triliun dan realisasinya 106,03% dari target Rp 90 triliun. 

Lebih lanjut, Mentan SYL menyebutkan sektor pertanian di tahun 2023 menghadapi tantangan yang tidak biasa-biasa saja. Dampak pandemi covid 19 saat ini belum sepenuhnya pulih dan bahkan muncul varian-varian baru, dampak perubahan iklim dan terjadinya ketegangan geopolitik dunia telah menyebabkan produksi dan distribusi pangan terganggu, serta menyebabkan harga pangan semakin mahal yang dapat menyebabkan krisis pangan dunia.

"Kementerian Pertanian pada 2023, selain tetap menjalankan program-program peningkatan produksi pangan yang selama ini telah berjalan dengan baik, akan memberikan perhatian serius pada program peningkatan kapasitas produksi pangan untuk komoditas pengendali inflasi seperti cabai dan bawang merah serta untuk mengurangi impor seperti kedelai, jagung, gula tebu, dan daging sapi," kata Mentan SYL.

Program berikutnya yaitu pengembangan pangan substitusi impor seperti ubi kayu, sorgum, dan sagu untuk substitusi gandum. Pengembangan ternak domba/kambing dan itik untuk substitusi daging sapi dan program peningkatan ekspor seperti sarang burung walet, porang, ayam, dan telur.

Menurutnya, Indonesia tidak boleh bersoal pangannya apapun ancaman dan tantangan yang akan dihadapi. 

"Maka dari itu, melalui Rakernas ini, kami hadirkan konsolidasi emosional, kita bangkitkan, kita hadirkan kerja nyata dalam menyediakan pangan yang cukup bagi rakyat," tutup Mentan SYL.

 

(*)