Sukses

Bos Antam Bicara Tantangan Indonesia Jadi Produsen Baterai Kendaraan Listrik

Perpres menjadi landasan bagi pelaku industri otomotif di Indonesia untuk membangun dan mengembangkan mobil listrik.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo mengatakan sebagai pemilik 23 persen cadangan nikel dunia, Indonesia tengah mengembangkan ekosistem industri kendaraan seperti mobil listrik dari hulu sampai ke hilir.

Bahkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Percepatan Pengembangan Kendaraan Bermotor Listrik (Mobil Listrik) juga telah diteken Presiden Joko Widodo. Perpres tersebut menjadi landasan bagi pelaku industri otomotif di Indonesia untuk membangun dan mengembangkan mobil listrik.

Salah satunya PT Aneka Tambang Tbk (Antam) telah menandatangani Conditional Share Purchase Agreement (CSPA) dengan Contemporary Amperex Technology Co Limited (CATL) yang merupakan produsen terbesar EV baterai listrik di dunia.

"Kalau untuk baterai listrik memang kita ini baru saja menandatangani CSPA dengan CATL, yaitu The biggest produser daripada EV Baterai sale di dunia. Jadi, kita sudah bermitra dengan mereka," jelas Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (Antam) Nicolas Carter saat melakukan kunjungan ke EMTEK, Jakarta, Kamis (28/1/2023).

Kendati demikian, Dirut Antam melihat ekosistem pengembangan EV ini masih memiliki tantangan, utamanya terkait regulasi dari Pemerintah.

Regulasi mengenai EV baterai ini harus lebih diperkuat, agar produsen bisa bersaing secara global dengan baik.

"Jadi, kami melihat di ekosistem ini yang menjadi tantangan tentunya pertama regulasi dari pemerintah karena ini adalah suatu challenge yang cukup panjang dan juga regulasi ini penting sekali agar supaya kita bisa bersaing nanti di end produknya," ujarnya.

 

2 dari 3 halaman

Tantangan Lain

Disamping itu, di sektor EV baterai ini belum terlihat dengan jelas standarisasi konsumennya. Dia menyebut EV baterai ini sifatnya customer niche, yakni pemasar yang menyasar kelompok ini harus sangat fokus terhadap suatu jenis produk atau layanan tertentu.

"Karena baterai sales ini sangat-sangat customer Niche-nya tertentu. Jadi, belum bisa kita lihat standarisasinya ini akan menjadi tantangan," katanya.

Namun, bagi Indonesia sendiri ini akan menjadi suatu warisan 'legacy' yang baik, karena Indonesia merupakan salah satu penyuplai nikel terbesar di dunia. Oleh karena itu, Indonesia harus memiliki ekosistem EV baterainya.

"Selain kita bisa mensuplai untuk bahan baku, baterai berbasis nikel ini tentunya kita harus menjadi playernya. Kalau dilihat dari the wholesale EV baterai ini semuanya itu akan berubah karena Green energy sehingga EV baterai Cars ini akan menguasai dunia nantinya," ujarnya.

 

 

 

3 dari 3 halaman

Jual Beli Listrik

Maka dari itu, dia optimis kalau Indonesia memiliki peluang yang besar menjadi produsen utama dunia untuk kendaraan listrik. Tapi bukan berarti Indonesia langsung mengambil alih pasar tersebut.

"Nah, kalau untuk kesempatan ini tentunya kita tidak mungkin langsung mengambil alih. Tetapi paling tidak dengan Indonesia bisa menjadi salah satu negara di ASEAN yang memiliki EV baterai ekosistem, karena kita bukannya hanya hulu sampai hilir, tapi recycle baterai pun akan menjadi ikut di dalam memiliki saham di situ. Kesempatan kita besar tapi bukan hanya nikel base baterai saja tapi juga ada pemakaian lain," pungkasnya.

Antam juga melakukan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) dengan PT PLN. "Nanti akan menghasilkan 75 Megawatt tambahan. Jadi, kalau dilihat apa yang Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) dengan PT PLN Insya Allah di semester 2 ini akan mulai beroperasi," kata Nicolas Carter.

Â